PEMEROLEHAN
dan PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
1.
Pemerolehan
dan Pembelajaran Bahasa Kedua
Bahasa
kedua adalah bahasa yang diperoleh seseorang setelah dia memperoleh bahasa
pertama (atau bahasa ibu). Pemerolehan bahasa kedua ini, menurut Ellis (dalam
jurnal Imam Suroso), terjadi dalam dua setting yang berbeda, yaitu secara
naturalistik (naturalistic SLA) dan dalam lingkungan kelas (classroom
SLA). Pemerolehan secara naturalistik adalah pemerolehan yang terjadi
secara alamiah dan tanpa disadari sebagaimana terjadi dalam pemerolehan bahasa
pertama, sedangkan pemerolehan dalam lingkungan kelas berlangsung secara formal
di dalam ruang kelas dan keformalannya ditandai dengan adanya pengajar, pembelajar,
kurikulum, silabus, materi dan tujuan serta evaluasi.
Belajar
bahasa secara alami akan memperlihatkan hasil kemampuan berbahasa yang lebih
baik daripada melalui lingkungan formal yang lebih menitikberatkan pada
pemerolehan bahasa secara sadar tentang aturan-aturan bahasa ataupun pemakaian
bentuk formal linguistik. Bahwa cara pembelajar berkomunikasi, baik komunikasi
satu arah, komunikasi dua arah terbatas maupun penuh, sangat berpengaruh pada
pemerolehan bahasa kedua. Dalam komunikasi satu arah, pembelajar hanya membaca
atau mendengar bahasa kedua, tetapi pembelajar tidak dapat merespon. Dalam
komunikasi dua arah terbatas pembelajar akan mendengar bahasa kedua, kemudian
memberikan respon secara nonverbal atau tidak menggunakan bahasa sasaran. Dari
hal ini dapat dilihat betapa pentingnya lingkungan bahasa memberikan masukan
bahasa kedua, yang memungkinkan pembelajar mampu berkomunikasi dua arah penuh.
Tentunya hal ini terjadi secara bertahap. Adanya acuan bahasa yang konkret juga
harus diperhatikan dalam proses berbahasa
Pada
situs (http://nenggelisfransori.wordpress.com) Pemerolehan bahasa kedua
tidak sama dengan pemerolehan bahasa pertama. Pada pemerolehan bahasa pertama
siswa berawal dari awal (saat kanak-kanak belum menguasai bahasa apa pun) dan
perkembangan pemerolehan bahasa ini seiring dengan perkembangan fisik dan
psikhisnya. Pada pemerolehan bahasa kedua, siswa sudah menguasai bahasa pertama
dengan baik dan perkembangan pemerolehan bahasa kedua tidak seiring dengan
perkembangan fisik dan psikhisnya.
Pembelajaran
bahasa merupakan proses pemerolehan bahasa kedua (B2) setelah seorang
kanak-kank memperoleh bahasa pertamanya (B2). Proses pemahaman seorang
kanak-kanak yang akan merespon dan memaknai suatu bahasa atau lambing tertentu.
Proses yang dilalui dengan proses penguasaan dengan secara sadar dan tidak
dapat diperoleh secara alamiah seperti bahasa pertama (B2).
2.
Prinsip
Bahasa Kedua
Menurut Barcroft (dalam situs
http://clampschoolholic.blogspot.com) terdapat lima prinsip dalam pemerolehan
bahasa kedua, diantaranya:
a. Present new words frequently and
repeatedly in input.
The
more frequently language learners are exposed to foreign vocabulary; the more
likely they are to remember it. Studies suggest that most learners need between
5-16 'meetings' with a word in order to retain it. Every word and phrase must
be correctly identified multiple times to obtain the highest score, while the
variety of exercises and activities prevents this repetition from being boring.
b. Use meaning-bearing comprehensible
input when presenting new words.
In
order for learners to successfully make the association between a foreign
language word and its meaning, that meaning must be conveyed in a
comprehensible manner. One method for making foreign terms comprehensible and
thus promoting vocabulary learning is to present each word in a variety of
ways.
c. Limit forced output during the
initial stages of learning new words.
Forcing
language learners to rush into sentence formation can interfere with vocabulary
learning during the beginning stages of acquiring a new language. Instead,
learners should be given time to absorb the meanings of individual words at
their own pace before being required to use them in a larger context. Language
learners who take that time are far more likely to use the words correctly when
they do choose to form sentences.
d. Limit forced semantic elaboration
during the initial stages of learning new words.
In
addition to not forcing beginning language learners to immediately produce
whole sentences, a vocabulary program should also avoid other kinds of
elaboration that might produce negative effects on the learning of new words.
Some learners may find it distracting or confusing if they are asked to perform
other tasks at the same time that they are trying to commit new words to
memory.
e. Progress from less demanding to more
demanding vocabulary-related activities.
Vocabulary
learning is most effective when learners start off with a small group of words,
then gradually add more terms as the first ones are mastered.
Kesimpulannya
adalah pada saat anak-anak memperoleh kosakata baru yang masih belum mereka
kenal, kata tersebut harus sering dan diberikan secara berulang-ulang supaya
masuk ke dalam memori jangka panjang mereka. Hal tersebut dimaksudkan supaya
mereka dapat mengingat dan menguasai lebih banyak kata yang masih terdengar
asing.
3.
Faktor-Faktor Penentu Dalam
Pembelajaran Bahasa Kedua
Pembelajaran
bahasa kedua ditentukan oleh berbagai faktor. Hal ini sesuai dengan berbagai
hipotesis yang disampaikan sebelumnya bahwa pembelajaran bahasa kedua bukan
suatu hal (proses) yang sederhana. Bahasa kedua akan rumit dipelajari jika
pembelajar tidak memiliki faktor pendukung yang memadai. Pada buku Psikolingustik:Kajian
Teoritik (dalam situs http://bahasa.kompasiana.com),
Abdul Chaer menyebutkan lima faktor penentu dalam pembelajaran
bahasa kedua, yaitu: a) faktor motivasi; b) faktor usia; c) faktor penyajian
formal; d) faktor bahasa pertama; e) faktor lingkungan.
a. Faktor Motivasi
Dalam
pembelajaran bahasa kedua ada asumsi yang menyatakan bahwa orang yang di dalam
dirinya ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam bahasa
kedua cenderung akan lebih berhasil disbanding dengan orang yang belajar tanpa
dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan, atau motivasi lain.
b. Faktor Usia
Perbedaan
umur mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan belajar bahasa kedua pada aspek
fonologi, morfologi, dan sintaksis; tetapi tidak berpengaruh dalam pemerolehan
urutan.
c. Faktor Penyajian Formal
Pembelajaran
bahasa secara formal memiliki kemiripan dengan tipe pembelajaran formal yang
sifatnya nonalamiah serta didukung oleh perangkat formal pembelajaran.
d. Faktor Bahasa Pertama
Bahasa
pertama memiliki pengaruh terhadap pembelajaran bahasa kedua. Pada saat
pembelajar menggunakan bahasa kedua kadang kala secara sadar atau tidak telah
mengalihkan unsur-unsur bahasa pertamanya sehingga menimbulkan interferensi,
alih kode, campur kode, dan kekeliruan (error). Dengan demikin, menurut
Banathy bahwa mengetahui keadaan linguistik bahasa pertama sangat penting bagi
usaha menentukan strategi pembelajaran bahasa kedua, sebab belajar bahasa kedua
tidak lain dari pada mentransfer bahasa baru di atas bahasa yang sudah ada.
e. Faktor Lingkungan
Lingkungan
bahasa sangat berpengaruh dalam pembelajaran bahasa kedua. Yang dimaksud dengan
lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajr
sehubungan bahasa kedua yang dipelajari.
DAFTAR
PUSTAKA
http://nenggelisfransori.wordpress.com/2010/04/02/pemerolehan-bahasa-kedua/(diunduh
pada minggu pukul 21.01 WIB).
http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/25/pembelajaran-bahasa-kedua/(diunduh
pada minggu pukul 20.04 WIB).
http://clampschoolholic.blogspot.com/2012/06/pemerolehan-bahasa-kedua-prinsip-teori.html(diunduh
pada minggu 21.07 WIB).
How to make money from betting on football - Work Tomake Money
BalasHapusIf you're having mens titanium wedding bands problems finding a winning bet online 온라인카지노 for งานออนไลน์ the https://deccasino.com/review/merit-casino/ day of your choosing, then there herzamanindir are plenty of opportunities available right here.