Sabtu, 02 Mei 2015

Psikolinguistik "Pemerolehan Bahasa Kedua"



PEMEROLEHAN dan PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
           
1.      Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Kedua
            Bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh seseorang setelah dia memperoleh bahasa pertama (atau bahasa ibu). Pemerolehan bahasa kedua ini, menurut Ellis (dalam jurnal Imam Suroso), terjadi dalam dua setting yang berbeda, yaitu secara naturalistik (naturalistic SLA) dan dalam lingkungan kelas (classroom SLA). Pemerolehan secara naturalistik adalah pemerolehan yang terjadi secara alamiah dan tanpa disadari sebagaimana terjadi dalam pemerolehan bahasa pertama, sedangkan pemerolehan dalam lingkungan kelas berlangsung secara formal di dalam ruang kelas dan keformalannya ditandai dengan adanya pengajar, pembelajar, kurikulum, silabus, materi dan tujuan serta evaluasi.
            Belajar bahasa secara alami akan memperlihatkan hasil kemampuan berbahasa yang lebih baik daripada melalui lingkungan formal yang lebih menitikberatkan pada pemerolehan bahasa secara sadar tentang aturan-aturan bahasa ataupun pemakaian bentuk formal linguistik. Bahwa cara pembelajar berkomunikasi, baik komunikasi satu arah, komunikasi dua arah terbatas maupun penuh, sangat berpengaruh pada pemerolehan bahasa kedua. Dalam komunikasi satu arah, pembelajar hanya membaca atau mendengar bahasa kedua, tetapi pembelajar tidak dapat merespon. Dalam komunikasi dua arah terbatas pembelajar akan mendengar bahasa kedua, kemudian memberikan respon secara nonverbal atau tidak menggunakan bahasa sasaran. Dari hal ini dapat dilihat betapa pentingnya lingkungan bahasa memberikan masukan bahasa kedua, yang memungkinkan pembelajar mampu berkomunikasi dua arah penuh. Tentunya hal ini terjadi secara bertahap. Adanya acuan bahasa yang konkret juga harus diperhatikan dalam proses berbahasa
            Pada situs (http://nenggelisfransori.wordpress.com) Pemerolehan bahasa kedua tidak sama dengan pemerolehan bahasa pertama. Pada pemerolehan bahasa pertama siswa berawal dari awal (saat kanak-kanak belum menguasai bahasa apa pun) dan perkembangan pemerolehan bahasa ini seiring dengan perkembangan fisik dan psikhisnya. Pada pemerolehan bahasa kedua, siswa sudah menguasai bahasa pertama dengan baik dan perkembangan pemerolehan bahasa kedua tidak seiring dengan perkembangan fisik dan psikhisnya.
            Pembelajaran bahasa merupakan proses pemerolehan bahasa kedua (B2) setelah seorang kanak-kank memperoleh bahasa pertamanya (B2). Proses pemahaman seorang kanak-kanak yang akan merespon dan memaknai suatu bahasa atau lambing tertentu. Proses yang dilalui dengan proses penguasaan dengan secara sadar dan tidak dapat diperoleh secara alamiah seperti bahasa pertama (B2).
2.      Prinsip Bahasa Kedua
            Menurut Barcroft (dalam situs http://clampschoolholic.blogspot.com) terdapat lima prinsip dalam pemerolehan bahasa kedua, diantaranya:
a.      Present new words frequently and repeatedly in input.
       The more frequently language learners are exposed to foreign vocabulary; the more likely they are to remember it. Studies suggest that most learners need between 5-16 'meetings' with a word in order to retain it. Every word and phrase must be correctly identified multiple times to obtain the highest score, while the variety of exercises and activities prevents this repetition from being boring.
b.      Use meaning-bearing comprehensible input when presenting new words.
       In order for learners to successfully make the association between a foreign language word and its meaning, that meaning must be conveyed in a comprehensible manner. One method for making foreign terms comprehensible and thus promoting vocabulary learning is to present each word in a variety of ways.
c.       Limit forced output during the initial stages of learning new words.
     Forcing language learners to rush into sentence formation can interfere with vocabulary learning during the beginning stages of acquiring a new language. Instead, learners should be given time to absorb the meanings of individual words at their own pace before being required to use them in a larger context. Language learners who take that time are far more likely to use the words correctly when they do choose to form sentences.
d.      Limit forced semantic elaboration during the initial stages of learning new words.
     In addition to not forcing beginning language learners to immediately produce whole sentences, a vocabulary program should also avoid other kinds of elaboration that might produce negative effects on the learning of new words. Some learners may find it distracting or confusing if they are asked to perform other tasks at the same time that they are trying to commit new words to memory.
e.       Progress from less demanding to more demanding vocabulary-related activities.
     Vocabulary learning is most effective when learners start off with a small group of words, then gradually add more terms as the first ones are mastered.
            Kesimpulannya adalah pada saat anak-anak memperoleh kosakata baru yang masih belum mereka kenal, kata tersebut harus sering dan diberikan secara berulang-ulang supaya masuk ke dalam memori jangka panjang mereka. Hal tersebut dimaksudkan supaya mereka dapat mengingat dan menguasai lebih banyak kata yang masih terdengar asing.
3.      Faktor-Faktor Penentu Dalam Pembelajaran Bahasa Kedua
            Pembelajaran bahasa kedua ditentukan oleh berbagai faktor. Hal ini sesuai dengan berbagai hipotesis yang disampaikan sebelumnya bahwa pembelajaran bahasa kedua bukan suatu hal (proses) yang sederhana. Bahasa kedua akan rumit dipelajari jika pembelajar tidak memiliki faktor pendukung yang memadai. Pada buku Psikolingustik:Kajian Teoritik (dalam situs http://bahasa.kompasiana.com), Abdul Chaer menyebutkan lima faktor penentu dalam pembelajaran bahasa kedua, yaitu: a) faktor motivasi; b) faktor usia; c) faktor penyajian formal; d) faktor bahasa pertama; e) faktor lingkungan.
a.      Faktor Motivasi
       Dalam pembelajaran bahasa kedua ada asumsi yang menyatakan bahwa orang yang di dalam dirinya ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil disbanding dengan orang yang belajar tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan, atau motivasi lain.
b.      Faktor Usia
       Perbedaan umur mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan belajar bahasa kedua pada aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis; tetapi tidak berpengaruh dalam pemerolehan urutan.
c.       Faktor Penyajian Formal
       Pembelajaran bahasa secara formal memiliki kemiripan dengan tipe pembelajaran formal yang sifatnya nonalamiah serta didukung oleh perangkat formal pembelajaran.
d.      Faktor Bahasa Pertama
       Bahasa pertama memiliki pengaruh terhadap pembelajaran bahasa kedua. Pada saat pembelajar menggunakan bahasa kedua kadang kala secara sadar atau tidak telah mengalihkan unsur-unsur bahasa pertamanya sehingga menimbulkan interferensi, alih kode, campur kode, dan kekeliruan (error). Dengan demikin, menurut Banathy bahwa mengetahui keadaan linguistik bahasa pertama sangat penting bagi usaha menentukan strategi pembelajaran bahasa kedua, sebab belajar bahasa kedua tidak lain dari pada mentransfer bahasa baru di atas bahasa yang sudah ada.
e.       Faktor Lingkungan
       Lingkungan bahasa sangat berpengaruh dalam pembelajaran bahasa kedua. Yang dimaksud dengan lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajr sehubungan bahasa kedua yang dipelajari.


DAFTAR PUSTAKA

1 komentar:

  1. How to make money from betting on football - Work Tomake Money
    If you're having mens titanium wedding bands problems finding a winning bet online 온라인카지노 for งานออนไลน์ the https://deccasino.com/review/merit-casino/ day of your choosing, then there herzamanindir are plenty of opportunities available right here.

    BalasHapus