Minggu, 03 Mei 2015

DRAMA BANGSAWAN



SEJARAH DRAMA BANGSAWAN DI TANAH MELAYU
DAN SINGAPURA

2.1  Latar Belakang Permulaan Seni Drama Dunia
2.1.1   Seni Drama Dunia
Seni drama dunia adalah hasil perkembangan seni tarian dan sebenarnya mempunyai kaitan dengan keagamaan. Cara memuja tuhan tuhan dengan membuat pernyataan melalui tarian dan kelakuan telah diketahui sejak zaman Fir’aun dan zaman kebesaran mesir. Mengikuti ahli-ahli sejarah drama, telah  ada hasil seni drama yang nyata pada masa itu dalam sebuah cerita yang bernama Abydos Passion Play yang telah dijumpai dalam kumpulan-kumpulan penulisan pyramid atau hieroglyphics. Drama ini merupakan sebuah drama yang tertua diketahui di dunia.
2.1.2   Seni Drama Barat
Seni drama barat terdiri dari berbagai macam yaitu :
a.      Drama Yunani
Seni drama Yunani lahir sebagai perkembangan dari pemujaan tuhan orang-orang Yunani bernama Dionysos, mereka melakukannya dengan menggunakan pemujaan berupa tarian-tarian, dan dari pemujaan Dionysos inilah muncul seni drama terawal di dunia yang di sebut lakun Trajidi, yang berarti trajidi adalah panggilan kepada kambing persembahan berhala Dionysos. Drama ini merupakan drama yang mementingan kejadian sedih dan sungguh-sungguh dalam pengisahannya. Dalam zaman yunani juga terdapat drama lain yang di sebut Lakun Komidi yang merupakan kebalikan dari Lakun Trajidi, yaitu lebih mementingkan unsur kejadian-kejadian lucu dalam kehidupan sehari-hari.
Tokoh-tokoh terkenal dalam seni drama Yunani adalah Airon, Thespis, Aeschylus (525-456 SM ), Sophocles(497-406 SM) dan Euripides(485-406 SM), sedangkan tokoh pengkritik seni drama Yunani yaitu Aristotle (384-322 SM). Pada zaman drama Yunani merupakan zaman permulaan penggunaan pentas dalam seni drama.
b.      Drama Romawi
Pada zaman Romawi merupakan zaman perkembangan dalam penggunaan hiasaan dan peralatan yang berlebih-lebihanan yang menimbulkan zaman baru dalam pementasan drama, pentas-pentas drama dilengkapi dengan peralatan dan hiasan yang cantik, serta bangunan pentas yang digunakanpun sudah di beri ukiran-ukiran yang menarik. Tetapi mutu seni drama pada zaman Romawi telah jatuh atau menurun karena unsur-unsur keagamaan dalam pertunjukan drama telah menghilang tidak seperti pada zaman Yunani yang unsur keagamaannya masih kental. Pada drama Romawi lebih dominan mementaskan drama yang menceritakan tentang pertunjukan-pertunjukan peperangan dan pertandingan kekuatan antara manusia dengan binatang buas, yang ngeri dan tidak berperikemanusiaan. Pada zaman Romawi terdapat para artis terkemuka dan mendapat sanjungan dibidang drama seperti Q. Roscius Gallus Naevius dan Titus Marcius Plautus (254-184 SM).
c.       Drama Eropa
Zaman Eropa telah membawa perubahan pemikiran manusia yang condong kepada keagamaan, mereka kepemikiran yang lebih revolusioner. Pada zaman ini drama berubah menjadi satu bentuk hiburan yang menarik. Pada zaman ini telah muncul cabang-cabang baru dari bentuk asli bentuk trajidi maupun komidi seperti mime, pantomime, dan melodrama.
2.1.3   Seni Drama Timur
a.      Drama di India
Ahli-ahli sejarah drama India telah membuat kajian terhadap kelahiran seni drama dalam masyarakat Hindu. Dari hasil kajian ini timbul anggapan bahwa kelahiran seni drama di Timur sama seperti juga di Barat, yaitu berkaitan dengan agama. Bedanya hanya dari segi fungsi kelahirannya. Di Barat seni drama lahir sebagai satu daya memuja tuhan-tuhan, tetapi di India lahir sebagai daya memperkembangkan agama Hindu kepada rakyat jelata dengan cara yang paling mudah yaitu melalui drama.
b.      Penapakan Bangsawan di Tanah Melayu dan Singapura
Pengaruh Hindu dalam seni drama di tanah melayu telah melibatkan bentuk seni drama bangsawan. Nama ini merupakan nama popular bentuk seni drama di tanah melayu. Tahun 1870 an datang rombongan seni drama dari India. Untuk menunjukkan lakonan mereka di pulai Pinang, sebuah wilayah di Utara tanah melayu. Rombongan ini bernama wayang parsi atau mendu yang terdiri dari pelakon laki-laki dan perempuan yang mahir dalam berakting. Cerita-cerita yang dipertunjukkan adalah cerita yang membawa penonton mengembara ke alam khayal   dimana efek ini timbul atas pilihan tema-tema, tarian-tarian dan nyanyian yang menarik. Namun lama kelamaan wayang parsi semakin tenggelam karena sudah banyak bernumculan di tanah melayu sehingga anggota dari wayang parsi banyak yang pulang ke negeri masing-masing dan ada juga yang menetap di tanah melayu. hartanya telah di jual kepada seorang hartawan di pulau pinang bernama Mamak Pushi atau Mohammad Puisi, dan nama rombongan wayang parsi diabadikan dalam sebuah lagu yang bernama lagu Parsi Balik sebagai kenangan. Hingga setelah wayang parsi hilang muncullah seni drama baru yang bernama “Drama Bangsawan” yang dapat diartikan  bangsa berarti sekumpulan orang yang sudah bersatu dan wan adalah golongan manusia yang berketurunan raja-raja. Sedangkan di daerah sumatera drama bangsawan di ketuai oleh Mamat Masyhur.
2.2     Zaman Kemakmuran Drama Bangsawan
Seni drama bangsawan telah maju bagai bentuk hiburan yang menguntungkan. Pada tahun 1915 drama bangsawan yang terkenal pada tahun ini yaitu Malay Opera Of Malacca dari Malaka. Oleh Wan Yet al-Kaf pemeran terkenalnya adalah Cik Salleh dan Cik Ngur, pada tahun 1916 seorang bangsawan Ceylon yang memeluk agama islam membuka drama bangsawan di Kuala Lumpur bergelar Malaya Opera of Selangor. Mat dan Pahlawan dan Wan Maryam adalah pemerannya, di Singapura tahun 1919 bernama star opera pemeran utamanya bernama Khairuddin Tairo, kemudian ia membuka kumpulannya sendiri bergelar Fatimah Opera yang bermain di Taman hiburan Happy World di Kula Lumpur.
2.3  Sifat-Sifat Tertentu Drama Bangsawan
Corak drama bangsawan mempunyai beberapa sifat unik. Keunikan tersebut adalah pada pelakon yang mengimprovisasikan kata-kata di dalam naskah drama. Meskipun cerita telah telah diberi pengarahan dengan adanya naskah, tetapi pelakon terpaksa menjalankan lakonannya dengan senikata yang diubah sendiri. Nilai peranan pelaku di dalam sebuah drama bergantung kepada sambutan penontonnya.
Drama bangsawan bertentangan dengan drama tradisional seperti Mak Yong dan Wayang Kulit. Jalan cerita Mak Yong dan Wayang kulit akan tetap tinggi mutunya pada tiap-tiap pertunjukkan tanpa ditentukan oleh penonton. Tetapi drama Bangsawan tidak pernah mencapai peringkat tradisi seni drama istana karena unsur improvisasinya. Cerita yang menjadi kegemaran di dalam drama Bangsawan adalah cerita yang menggambarkan pola tradisional, di mana jalan cerita bekisar di sekitar pengembaraan, dugaan dan kesengsaraan seorang wira dan wirawati untuk mencari pasangan hidup.
Sebagai bentuk Bangsawan yang diperdagangkan, drama ini memerlukan minat yang dari penonton sehingga keaslian dan mutu seninya telah diabaikan. Persembahan drama Bangsawan tidak lagi menitiberatkan soal drama dan unsur-unsur estetikanya, tetapi lebih suka menonjolkan unsur spectacle. Spekulasi anak-anak Bangsawan menyebabkan segala unsur-unsur dramatik di belakangkan untuk mengutamakan kehendak dari penonton. Apabila penonton menginginan kepada ahli pelawak, maka peranan lucu sengaja ditonjol-tonjolkan dalam adegan cerita. Hal ini yang mengakibatkan jalan cerita terpotong-potong. Selagi adegan tersebut mendapat perhatian dari penonton, maka drama tersebut akan popular.
2.4     Cerita-Cerita Yang Menjadi Pilihan Lakonan Bangsawan
Pola cerita dalam persembahan Bangsawan hampir sama semua, tetapi pengambilan bahan-bahan ceritanya bercorak kebudayaan yang ada di Tanah Melayu dan Singapura. Dikaji dari kandungan cerita dan nama-nama wataknya ada lima jenis cerita yang menjadi pilihan dalam lakonan Bangsawan, yaitu:
a.      Cerita-cerita dari sejarah setempat
Cerita berkenaan dengan kisah bersejarah di Tanah Melayu, merupakan kisah kebesaran raja-raja, riwayat hidup mereka dan kisah tokoh-tokoh pahlawan Melayu. Penontonnya kebanyakan dari Melayu yang suka dengan kisah kebesaran Negara dan bangsa mereka.
Tema-tema cerita yang menjadi kegemaran dari cerita sejarah setempat:
a.       Kisah kezaliman rakyat jelata dan pembalasan kezalimannya.
b.      Kezaliman permaisuri muda terhadap putra/putri dan terhadap permaisuri tua dan pembalasan kejahatannya.
c.       Kisah putri yang mencari tunangannya atau putra yang mencari jodohnya yang dipertemukan kepadanya melalui mimpi atau wasiat. Cerita in merupakan episode-episod dalam pengembaraan mencari jodoh yang berakhir dengan pertemuan dan perkawinan.
d.      Kisah cinta antara raja dunia dengan putri khayangan yang berakhir dengan suka dan duka.
e.       Kisah percintaan antara dua kekasih dari dua peringkat kedudukan yang berbeda, yaitu antara seorang raja dengan rakyat biasa.
f.       Kisah pahlawan-pahlawan dengan kegagahannya.
Dari tema-tema di atas contoh cerita-cerita yang menjadi pilihan adalah:
a.       Sultan Mahmud Mangkat Dijulang
b.      Hikayat Bistamam
c.       Dandan Setia
d.      Jula Juli Bintang Tiga
e.       Jula Juli Bintang Tujuh
f.       Laksamana Mati Dibunuh
g.      Siti Muslihat/Beliung Emas
h.      Hang Tuah
i.        Amuk Tuk Nading
j.        Si Badang dan lain sebagainya.
b.      Cerita-Cerita Kejadian Sezaman
Cerita yang digolongkan ke dalam bagian ini adalah kisah yang ada di dalam negeri maupun yang di ambil dari kebudayaan asing. Pemilihan cerita yang dijadikan bahan lakonan telah diubah oleh anak Bangsawan untuk menarik minat penontonnya. Cerita bergantung pada keadaan tempat dimana suatu kelompok masyarakat hidup. Seperti di kawasan pedalaman yang belum mendapat pengaruh dari kebudayaan Barat kemudian baru mendapat pengaruh dari kesultanan yang berkebudayaan Hindu-Islam, maka anak Bangsawan akan melakonkan cerita dengan jiwa penduduk-penduduk setempat.
Beberapa contoh cerita pada kejadian sezaman:
a.       Bawang Putih Bawang Merah
b.      Batu Belah Batu Bertangkup
c.       Saudagas Sailok (Merchant of Venice)
d.      Nyai Dasimah
Yang menjadi kegemaran dalam bahagian cerita kejadian sezaman adalah karena cerita-cerita tersebut mendidik. Seperti Bawang Putih Bawang Merah, Batu Belah Batu Bertangkup, Nyai Dasimah, Jembatan Patah, Pintu Hantu, Antara Dua Peti Mati menjadi kegemaran penonton Melayu yang berjiwa sentimental dan simpati. Cerita-cerita corak pengajaran ini sangat sesuai untuk menarik perhatian penonton terutama orang-orang Melayu karena jiwa simpati mereka.
c.       Cerita-Cerita Hindu
Cerita yang berasal dari india ini mempunya pengaruh Hindu. Pengaruh Wayang Parsi masih sangat kuat dan ceritanya masih ala Hindustan, meski begitu bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Cerita yang sangat populer adalah Hawa-i-Majlis selain itu ada lagi seperti Laila Baba, Sukaryit, Ali Candran, Gul Bakawali, Hikayat Bistamam, dan Topeng Besi.
d.      Cerita-Cerita Islam
Di tanah Melayu seperti Asia Tenggara, Islam datang melalui Parsi-India. Prinsip Islam yang asli dari negeri Arab telah bercampur aduk dengan kepercayaan dan kebudayaan dari Parsi dn India, tetapi dari segi kesenian percampuran ini merupakan satu kekayaan. Cerita yang benar-benar menunjukkan aspek keagamaan tidak disukai karena pegangan anak-anak Bangsawan dan orang ramai dengan kepercayaan agama islam yang tidak dapat dilakukan denga terus terang. Misalnya dalam sebuah cerita yang menghendaki perwatakan Nabi adalah dianggap satu kesalahan melakukan watak ini. Kehadirannya dalam cerita tidak dilakukan oleh seseorang pelakon tertentu, hanya disebut oleh pelakon-pelakon lain. cerita yang menjadi pilihan adalah cerita yang tegolong dalam sastra roman dari pada sastra agama seperti Aladin dengan Lampu Ajaib, Ali Baba dengan 40 Pencuri, Tajul Muluk, Abu Nawas, Hikayat Mala’un Takadir, dan Laila Majnun.
e.       Cerita-Cerita Cina
Cerita Cina tidak begitu popular, cerita ini lebih mendapat sambutan dari golongan masyarakat Bandar yang sebagian besar adalah orang Cina seperti Kuala Lumpur dan Ipoh. Untuk mendapat sambutan dari penonton bukan dari kalangan orang Melayu, cerita yang lebih dekat dengan jiwa mereka. Cerita Cina yang menjadi lakonan Bangsawan Melayu yang popular adalah Panglima Ah Chong, Sampit Ng Tai, Siti Zuabidah dan lain-lain.
f.       Cerita-Cerita Indonesia dan Thailand
Selain di Tanah Melayu dan Singapura, Drama Bangsawan juga mendapat sambutan dari Indonesia. Dimana namanya beruba menjadi “Sandiwara”, kelompok Bangsawan di Tanah Melayu dengan kelompok sandiwara dari Indonesia memiliki hubungan yang baik. Cerita yang digemari dari Indonesia adalah Raden Mas dari negri Jawa, Siti Jamilah dari Minang, dan Bukan Salah Ibu Mengandung dari Sumatra. Dari Thailand Bangsawan tidak diambil bentuk dramanya ke dalam perbendaharaan seni drama Thai, tetapi Bangsawan sendiri yang mengambil cerita Thailand untuk dilakonkan seperti cerita Paratcha.
2.5     Drama Bangsawan sebagai Persembahan Kesenian  Melayu
Meskipun pemilihan cerita untuk persembahan bangsawan harus berdasarkan keadaan masa, tempat dan penonton, namun kekendoran tersebut dalam pemilihan bahan cerita oleh drama Bangsawan Melayu masih jelas sifat tradisionalnya dari aspek-aspek di dalam ceritanya. Karena  cerita-cerita Bangsawan menyerupai cerita dongeng dari kesusastraan Melayu lama.
Dari segi tema, drama Bangsawan biasanya menggunakan tema yang tergolong raja-raja, kesaktian, kehebatan raja, dan juga tema percintaan. Dari segi perwatakan menunjukkan unsur tradisional, yaitu seorang watak yang baik, mempunya kecantikan dan kesempurnaan rupa paras, bijaksana dan gagah perkasa, tabah hati serta amanah. Sedangkan watak yang jahat seperti rupanya yang bodoh, berprilaku buruk dan perangai, rakus dan kasar dalam berbahasa, tidak sopan santun.
Keseluruhan drama menitiberatkan suasana latar dan latar belakang cerita yaitu mnimbulkan reaksi pancaindera penglihatan dan pendengaran dari penonton. Drama Bangsawan lebih mementingkan unsur persembahan teknik daripada membawa nilai estetik, daya traik drama ini lebih berat pada peralatan pentas dan pakaian pelakon-pelakonnya.
2.6  Aspek  teknikal dalam persembahan drama bangsawan
a.      Pementasan
Bentuk drama tradisional di Tanah Melayu sebelum drama Bangsawan seperti Mak Yong, Wayang Kulit, Menor dan Barongan tidak menggunakan suatu pentas yang khas. Permainan diadakan di satu kawasan lapang dimana penonton mengelilingi pelakun-pelakun dalam sebuah bulatan yang dibentuk oleh penonton-penonton tadi. Kerap juga lakunan diadakan di atas satu kawasan yang lebih tinggi sedikit dari kawasan sekeliling yang dipenuhi oleh penonton-penonton dari hadapan dan kiri kanannya.
Pertunjukan-pertunjukan seperti ini disebabkan penumpuan adalah kepada lakunan cerita tanpa menggunakan alat-alat latar elaborate. Pelakun-pelakun juga tidak perlu menukar pakaian untuk menunjukkan waktu dan peredaran masa dalam lakunan. Lakonan Mak Yong pula tidak mementingkan latar belakang. Tekanan unsur dramanya terletak pada tarian-tarian yang membawa cerita seperti juga bentuk drama tradisional di India, Jawa dan Thailand. Pakaian secara kebetulan dibuat dengan elaborate karena kisah yang ditariakan adalah kisah-kisah raja dan orang Bangsawan. Jadi jika dilihat pada drama-drama tradisional sebelum drama Bangsawan jelas sekali tidak mementingkan aspek-aspek selain daripada cerita, dimana pelakun-pelakun dan peralatan cerita adalah seperlunya saja. Kedatangan bentuk drama Bangsawan telah memperkenalkan teknik pementasan yang rumit dan teratur.
Sebenarnya penggunaan bentuk pentas yang tertutup dan di hadapan pentas dikhususkan untuk penonton-penonton mulai dikenal pada pementasan seni drama Inggris pada K.M. XIV dengan konsep wayang tertutupnya. Drama-drama karya William Shakespeare adalah yang mula-mula menggunakan konsep ini dengan sepenuhnya, dimana peralatan pentas sangat diperhatikan.
Dalam sejarah pementasan drama di Tanah Melayu penggunaan pentas mula-mula dibawa oleh pelakun Wayang Parsi atau lebih dikenal dengan panggilan Wayang Mendu dari India. Tetapi di antara seni drama Melayu, Bangsawanlah yang mula-mula menggunakan teknik pementasan seperti drama-drama di negeri Inggris dan negeri-negeri lain di Barat.
b.      Jenis Pentas dalam Persembahan Drama Bangsawan
Dalam persembahan drama Bangsawan Melayu terdapat tiga jenis pentas yang digunakan oleh kumpulan-kumpulan Bangsawan.
·         Kumpulan-kumpulan kecil
Menggunakan pentas dengan kelengkapan pentas yang perlu saja. Biasanya terdapat kurang lebih 30 orang anak-anak Bangsawan. Ukuran pentas tidak begitu luas, biasanya lebar bagian depan kurang lebih hanya 16 kaki pada tirai pertama. Tetapi lebar dari tirai pertama ke bagian depan pentas biasanya sedikit lebih luas  yaitu lebih kurang 18 kaki untuk kemudahan penonton terutama mereka yang duduk di bagian tepi pentas. Tiap-tiap kumpulan Bangsawan wajib mempunyai 6 tirai asas dengan pemandangan-pemandangan.
·         Pentas Kumpulan Besar
Kumpulan-kumpulan besar biasanya mempunyai bilangan anak-anak Bangsawan atau lebih. Seandainya kumpulan-kumpulan besar ingin mendirikan sebuah pentas maka, luas ruang pentas adalah lebih kurang 20-26 kaki dibagian depan dan 22-28 kaki untuk bagian dekat proscemium. Tinggi pentas ialah 5 kaki dari tanah ke lantai pentas dan 15 kaki dari lantai ke bagian tertinggi pentas.
·         Pentas Kumpulan Besar dan Masyur
Bangunan pentas sebenarnya terdiri dari canvas tebal yang didirikan diatas 2 atau 3 batang tiang agung dan kemah yang mempunyai ukuran panjang lebih kurang 100 kaki. Luas kawasan untuk penonton ialah 600 orang yaitu 100 orang di bagian hadapan, 200 orang di bagian tengah dan 300 orang dibagian belakang.
2.7  Perlengkapan Pentas Lainnya
·         Efek Penerangan Pentas
            Bagi tiap-tiap pementasan bangsawan, lampu-lampu terpaksa digunakan untuk menerangi penonton-penonton dan juga menimbulkan efek siang atau malam diatas pentas. Lampu-lampu wajib disediakan di kawasan penonton sebanyak 2 atau 3 buah dan 2 lagi dibagian depan pentas.

·         Latar Belakang Musik
Bunyi-bunyian sebagai latar belakang suasana dalam lakunan ataupun untuk mengiringi tarian-tarian dan nyanyian dimaksudkan untuk menghidupkan suatu lakunan drama. Pada permulaannya alat-alat musik yang digunakan hanyalah tabla, harmonium dan dol. Pada akhir-akhir zaman kegemilangan bangsawan, piano telah menjadi alat musik yang diwajibkan bagi tiap-tiap orkhestra kumpulan bangsawan dari bekas pemain-pemain musik orkhestra bangsawan terdapat tokoh-tokoh yang masih hidup seperti Pak Zubir Said, Dol Ramli, Sharif Medan dan sebagainya.
Bagi kumpulan-kumpulan wayang bangsawan yang besar seseorang tauke sanggup mengeluarkan modal berpuluh-puluh ribu ringgit untuk memulakan pergerakan kumpulan itu. Kumpulan besar memerlukan modal besar antara 20 ribu ringgit hingga 30 ribu ringgit. Kumpulan-kumpulan kecil yang didirikan oleh bekas-bekas anak bangsawan yang hanya menunjukkan permainan di kawasan-kawasan perkampungan atau Bandar-bandar kecil hanya membutuhkan modal tiga ribu ringgit.
Pengarah ialah orang yang ditugaskan menasehat dan membimbing para pelakon untuk mencapai mutu lakonan yang dikehendaki. Bakat seseorang pengarah dapat dilihat dari kebolehannya mengarang cerita yang cocok untuk persembahan bangsawan. Jika ceritanya menarik ia akan diberi kesempatan untuk mengarahkan ceritanya sendiri.
2.8     Pelakon atau tokoh
·         Pelakon Utama
Pelakon-pelakon utama terdiri dari pada lelaki dan perempuan yang mengikut peringkat-peringkat mereka:
1.      Pelakon Wira
Dalam bangsawan pelakon Wira dikenal sebagai orang muda. Pemilihan untuk watak ini berdasarkan beberapa factor yaitu seseorang lelaki mempunyai suara yang baik supaya boleh membawa lagu-lagu yang diperuntukkan kepadanya dalam lakonan kelak. Selain itu suaranya harus jelas kedengaran oleh penonton serta dengan nada yang nyaman didengar.
2.      Pelakon Wirawati
Dalam persembahan Bangsawan, pelakon wirawati disebut dengan seri panggung. Peranan Seri Panggung dipegang oleh orang laki-laki. Keadan ini karena masyarakat dahulu tidak menganggap baik terhadap kaum wanitayang berkecimpung dalam suatu pekerjaan di luar rumah. Pelakon-pelakon ini diambil dari pemuda-pemuda belasan tahun yang berwatak keperempuanan. Tetapi setelah tahun 1900, perempuan mulai berani memberanikan diri menjadi Seri Panggung, penari dan peranan wanita.
Seri Panggung disebut juga dengan Prima Donna. Kecantikan Seri Panggung akan menjadi daya tarik dan alat perdagangan sebuah kumpulan Bangsawan. Dalam kelompok-kelompok yang besar, Seri Panggung tidak pernah mendapat peranan tambahan seperti dayang-dayang kecuali peranan menyamar sebagai sahaja. Biasanya Seri panggung mendapat peranan seperti:
a.    Tuan putri atau permaisuri yang disalah anggap oleh raja lalu melarat tetapi diterima kembali keistana.
b.    Anak atau putri jin yang walaupun ayahnya raja jin yang mempunyai rupa dan bentuk badan yang menakutkan, tetapi ia tetap jelita dan manis.
c.    Perempuan kampong yang hina tetapi mempunyai sifat baik sehingga disukai pangeran muda atau raja yang memerintah di negeri tempat ia tinggal.
3.      Ahli Lawak
Peranan lawak sama pentingnya dengan peranan orang muda dan seri anggung. Pelakon-pelakon yang mengambil peranan lawak ini disebut dengan ahli lawak. Setiap persembahan wajib diselipkan dengan lawak jenaka. Watak-watak lawak dalam Bangsawan adalah merupakan watak tipa yaitu mempunyai kebebasan mengeluarkan kata-kata.
Dalam Bangsawan ahli lawak mengambil nama Badut. Ahli lawak yang sangat terkenal pada zamannya ialah Aman Belon atau nama aslinya adalah Abdul Rahman Barakmah. Selain Aman Belo ada juga ahli lawak yang terkenal yaitu Mohd. Noor (Boyan) yang juga mempunyai kebolehan melawak dan sebanding dengan Aman Belon.
4.      Raja Jin
Peranan raja jin adaah watak antagonis atau watak jahat dalam lakonan Bangsawan. Perwatakannya ditunjukkan sebagai besar, hebat, kasar dan jahat. Peranan sebagai raja jin adalah berdasarkan bentuk tubuh yang tegap dan suara yang kuat dan garau.
5.      Raja
Watak raja adalah watak yang standar dalam Bangsawan. Dalam suatu kelompok peranan ini dipegang oleh seorang anak Bangsawan sahaja. Peranan ini biasanya diberikan kepada seorang yang dianggap sudah mahi dalam melakonkan peranan sebagai raja. Sikap watak raja harus mempunyai kebesaran dan kesopanan. Kebesarannya digambarkan melalui pakaiannya. Segi kesopannya yaitu raja tidak diperkenankan tertawa terbahak-bahak walau bagaiama lucunya kejadian lakonan dari pemeran lain yang dilihatnya.
·         Pelakon Tambahan
1.      Menteri
Watak menteri hanya untuk mengangkat sembah, serta membalas atau menyambut titah perintah raja. Lebih kerap watak ini diberi kepada pemain-pemain baru sebagai satu batu loncatan untuk menuju kepada peranan yang lebih penting.


2.      Orang Pertapaan
Peranan ini kadangkala dimunculkan dalam lakonan Bangsawan. Seorang pertapa mempunyai awet tua, berkumis dan berjanggut putih dengan sebatang tongkat ditangannya.
3.      Hulubalang
Peranan tambahan ini hanya wajib dalam cerita-cerita yang memerlukan watak raja seperti cerita-cerita istana dan dewa dewi. Dia tidak memerlukan dialog, malah ada di antara watak-watak hulubalang yang pada tiap babak hanya berdiri tanpa bergerak-gerak dari tempatnya dengan memegang lembing. Hulubalang ini untuk menunjukkan kebesaran raja.
4.      Dayang-dayang
Peranan dayang-dayang juga diadakan dalam cerita-cerita yang memerlukan watak tuan putri. Iya merupakan pengasuh tuan putri. Watak dayang biasanya dibagi menjadi dua, yaitu dayang tua dan dayang muda. Dayang tua sebagai pengasuh tuan putri, dan dayang muda sebagai penghibur bagi putri dengan menyanyi dan menari. Peranan dayang tua lebih penting daripada dayang muda karena ia perlu berdialog panjang lebar dengan tuan putri.
2.9     Kostum Pelakon atau Tokoh
a.      Kain Hias Pelakun- Pelakun
         Drama bangsawan amat mengutamakan aspek pemandangan penampilan pelakunnya, untuk itu tiap pelakun harus menggunakan pakaian yang indah dan menarik perhatian penonton.
b.      Pakaian Seri Panggung
Pakaian jenis ini hanya dikenakan oleh pelakun utama, pakaian ini lebih menonjolkan hal yang membuat menarik penonton, disesuaikan dengan tema cerita, keindahan akan lebih terlihat dengan ditambahnya tatanan rambut pelakun semenarik mungkin.
c.       Pakaian dan Hiasan Orang Muda
Selain pakaian yang harus mengikuti peran, para pelakun juga dihias hingga mirip seperti yang dikarakterkan, pelakun muda tidak diberi hiasan janggut, wajah harus bersih, tidak diberi tambahan apapun agar terlihat muda.
d.      Pakaian dan Hiasan Ahli Lawak
Pelawak adalah tokoh yang memberi kesan lucu kepada penonton, pakaian dan dan rupa pelakun dibuat lucu dengan memberikan make up aneh serta mengenakan pakaian mencolok
e.       Pakaian dan Hiasan Lain- Lain Pelakun
Dalam sebuah penampilan drama, tidak hanya memiliki tokoh utama saja, ataupun tokoh yang memberi kesan lucu, melainkan memiliki tokoh pelakun sampingan dan tambahan sebagai pelengkap dari cerita drama tersebut, misal tokoh orang tua, anak- anak, orang gila dan sebagainya. semua bentuk pelakun itu akan terlihat dengan memberikan pakaian yang sesuai serta dandanan yang sesuai sehingga penonton dapat dengan mudah menentukan karakter si pelakun tersebut.
2.10 Waktu- Waktu Persembahan Bangsawan
Sebagai sebuah seni hiburan , bangsawan diperkenalkan ke masyarakat dengan mengambil cerita dari kisah- kisah kehidupan kebanyakan masyarakat, kedatangan bangsawan terhadap suatu wilayah akan menjadi sesuatu yang ditunggu- tunggu, dikarenakan bangsawan merupakan suatu hiburan yang paling menarik pada masa itu, penampilan bangsawan sebenarnya tidak ditentukan waktunya, hanya saja mengikuti kehendak peminatnya, jika masyarakat menginginkan penampilannya, maka bangsawan akan ditampilkan.
Penampilan bangsawan bukan lah suatu ritual atau penampilan yang bersifat keagamaan, oleh karena itu setiap ada keinginan suatu tokoh maka akan ditampilkan lah bangsawan tersebut.


2.11 Batasan Dalam Persembahan Bangsawan
Bangsawan sebagai suatu bentuk seni drama juga berfungsi penyampai dan gambaran dari kejadian- kejadian nyata dan hayalan dalam kehidupan. pada hakikatnya membayangkan kenyataan atau kemungkinan dalam hidup. oleh karena itu secara teorinya drama bangsawan tidak perlu dibatasi selama tidak bertentangan dengan norma dan moral masyarakat. namun untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyrakat kumpulan bangsawan membatasinya pada dua aspek, yaitu :
v  Batasan Sosial
Para pelakun harus tetap pada aturan – aturan yang berlaku di masyarakat, realisme sangat dibutuhkan dalam menggambarkan suatu watak tokoh yang akan diperankan, pelakun tidak boleh sembarangan mengarang tokoh. Begitu juga dengan karakteristik tokoh yang akan diperankan haruslah sesuai dan tidak dikarang sembarangan, misalnya sosok ibu tiri yang pada kebanyakan masyarakat memandang adalah sosok wanita jahat terhadap anak- anak tirinya.
v  Batasan Agama
Oleh karena bangsawan terdiri dari  orang melayu yang identik dengan agama islam, pelakun harus membatasi perannya agar tidak menyimpang dari agama. contohnya yaitu, sebuah drama yang menceritakan kehidupan suami istri, para pelakun hanya memerankan peran masing- masing sebatasnya saja, tidak boleh berlebihan yang sama seperti hubungan dalam suami istri yang sebenarnya, peran romantisme harus memiliki batasan yang sesuai dengan syariat agama
2.12    Kedudukan Bangsawan Dahulu dan Sekarang
               Drama bangsawan yang mula- mula diperkenalkan oleh mamak Phusi di Pulau pinang dalam tahun 1885, merupakan bentuk hiburan terbaru, didirikan atas dasar wayang parsi serta alat- alat music yang digunakan juga merupakan kumpulan wayang parsi, namun bahasa yang digunakan bukan bahasa hindi melainkan bahasa melayu. Para bangsawan  mengidentifikasikan diri mereka sebagai golongan atasan karena peran bangsawan terhadap kesenian yang begitu istimewa di dalam masyarakat, pada awal perkembangannya seni drama dan para lakonnya memiliki imej baik dimata masyarakat, oleh karena itu para pelakon harus dapat menjaga sikap dan kelakuan mereka untuk dapat dicontoh oleh masyarakat.
Bangsawan sebagai sebuah seni drama  melayu berbeda dengan seni drama sebelumnya seperti Mk Yong, Menora, Wayang kulit, dan lain- lain. Banyak terdapat perubahan pada bangsawan, pemilihan ceritanya bersumber dari cerita- cerita melayu tradisional yang berkenaan raja- raja, dewi- dewi, dan segi kehidupan lainnya, perubahan yang mencolok adalah bentuk dan corak pementasannya, seni drama sebelumnya tidak menggunakan suatu bangunan khas sebagai pentas, pementasan bisa diadakan dimana- mana, lain halnya dengan bangsawan, penonton hanya dapat menyaksikan lakunan dari satu sudut pandang saja karena tiga sudut lain merupakan bangunan pentas tertutup. Peralatan pentas pada bangsawan juga cukup menarik, seperti tirai- tirai untuk menunjukkan latar berbagai babak, pada pementasannya, latar harus disesuaikan dengan judul pementasan, apabila berada di hutan, maka latarnya berupa hutan, karena itu lah peralatan dan perlengkapan pada drama seni bangsawan ini dikatakan cukup rumit.
Drama seni bangsawan ini tidak hanya digunakan sebagai hiburan saja, melainkan sebagai sumber mata pencarian oleh pelakonnya. Pada jaman permulaan penapakan bangsawan hanya terdapat dua atau tiga kumpulan yang terbilang aktif, dan pada masa jaman ini tidak terjadi perbandingan antara perkumpulan tersebut, tiap- tiapkumpulan diberi beban untuk menjaga mutu dan kualita mereka di halayak ramai.
Apabila potensi bangsawan sebagai suatu sumber perusahaan yang menguntungkan mulai disadari, bangsawan  mulai dilirik dan diberi modal oleh sekelompok orang sebagai suatu asset yang menguntungkan, jelas terbukti antara tahun 20-an dan 30-an kumpulan bangsawan tumbuh dan mati seperi cendawan diwaktu hujan. Walau bagaimanapun sebuah kumpulan hanya hidup untuk seetahun atau dua tahun saja. Tambahan pula kehilangan pelakun utama dari sebuah kumpulan merupakan suatu pukulan hebat terhadap kepopoularitas kumpulan tersebut.
2.13       Sebab- Sebab Kemerosotan Drama Bangsawan
              Drama bangsawan dianggap oleh kalangan masyarakat sebagai hiburan semata dan cendrung mengambil nilai- nilai dari maksud pementasan tersebut, hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat berasal dari golongna buta huruf, mereka menghayati sebuah pementasan dikarenakan cerita yang diambil adalah bagian dari bentuk kehidupan masyarakat yang penuh dengan penderitaan, hal ini dimanfaatkan oleh kalangnan pelakon drama sebagai lahan penghasil materi dan tidak mengedepankan seni lagi, penampilan mereka semata untuk memperoleh hasil, pelakon lebih mengutamakan factor interest penonton di bandingkan mutu mutu estetika lakunnya.
Kemerosotan seni drama juga dipengaruhi oleh pihak pemilik modal, kendurnya modal membuat gairah kekereatifitasan drama bangsawan merosot, oleh karena mundur maju bangsawan terletak pada pelakunnya , mereka juga lah yang menentukan tinggi rendahnya mutu dari pementasan mereka.
Hilangnya pelakun utama dari sebuah kumpulan tertentu dikarenakan :
a.       Memasuki kumpulan bangsawan lain karena mendapat pembayaran yang lebih besar.
b.      Karena menikah dengan janda- janda kaya ( pelakun pria).
c.       Karena menikah dengan para hartawan (pelakun wanita).
Kehilangan pengurus kumpulan juga salah satu penyebab kemerosotan seni drama bangsawan karena :
a.       Tidak membuat suatu rekod khas berkenaan aktifitas kewewenangan kumpulan hingga tercipta lah kerugian berupa materi
b.      Adanya penyelewengan dana oleh pengurus.
2.14          Unsur- Unsur Modenisasi
Perubahan bentuk kegiatan seni drama bangsawan dari zaman tradisional ke zaman modern berdasarkan minat masyarakat merupakan satu cirri modenisasi yang berkembang bersama bertambhanya popularitas bangsawan. Pada masa- masa ini segala tingkah pelakun bangsawan  menjadi satu bahan perubahan corak dan gaya, mereka patokan perubahan zaman, selalu memberi kesan baru kepada masyarakat. Kalau dikaji unsur-unsur permodenan  pada seni drama bangsawan  diiringi kedatangan pengaruh barat amat rentan , ditandai dengan perubahan nama bangsawan menjadi opera yang telah dimulai pada tahun 20an, pemilihan cerita juga kian beragam , juga telah dimasuki cerita- cerita yang berasal dari inggris seperti Macbeth, dan lain- lain.
Lebih jauh lagi perubahan telah menjalar kepada peralatan pentas, jika dulunya cahaya penerang pentas berasal dari lampu minyak tanah, sekarang telah menggunakan listrik, perubahan antara siang dan malam dalam sebuah pementasan menjadi efisien dan tidak sulit, begitu juga dengan kostum yang digunakan, tidaka hanya menggunakan pakaian ala timur saja, tetapi telah mengenakan pakaian ala barat, dan lain- lain. Seiring dengan perubahan kostum dan pakaian, model rambut pun turut mengalami perubahan.
2.15          Kemungkinan Untuk Popular Kembali
Seni drama bangsawan bukan satu bentuk yang membawa unsure pembaharuan , ia lebih cenderung kepada unsure penghibur semata, merupakan seni drama tradisional  yang sudah tidak aktif lagi, beragam cara dilakukan untuk mempopulerkan kembali namun pencapaiannya tidak sebaik pada masa kejayannya dulu.
Berawal dengan pementasan melalu radio, namun hasilnya hanya sedikit peminta, seiring dengan waktu, muncullah hiburan dalam bentuk media televise di tanah melayu. Pada bagian inilah terlihat kemajuan dan bertambahnya minta masyarakat terhadap bangsawan, namun hali ini memiliki kelemahan yaitu tidak adanya pembedaan warna, pada masa ini  televise hanya memiliki dua warna saja, yaitu hitam dan putih sehingga membuat pementasan menjadi kurang menarik.
Kemungkinan untuk popular  kembali selalu ada, mungkin hanya dapat terjawab dengan berjalannya waktu dan teknologi serta sumber daya manusia yang memadai, perubahan pun ditandai dengan munculnya tokoh- tokoh bangsawan baru  sebagai tokoh pengganti dari pelakun utama yang telah kebanyakan meninggal dunia. Di tangan para tokoh muda ini lah nasib seni drama akan maju atau mundur.
2.16          Usaha- Usaha Mempertahankan Seni Drama Bangsawan
Beragam usaha untuk kembali mempopulerkan drama bangsawan telah dilakukan dimulai dari pementasannya melalui radio dan televise adalah sebagai tanda banyaknya dukungan terhadap perkembangan drama bangsawan tersebut, para generasi muda turut berjuang membantu menumbuhkan kembali sastra ini dengan membentuk berbagai kumpulan , namun tindakan ini tidak banyak mendapat minat dari masyarakat. Pada awal tahun 60-an , beberapa pecinta seni drama bangsawan telah membentuk sebuah organisasi PARTA atau persatuan artis tanah air yang bertujuan memperkenalkan bangsawan kepada masyarakat muda, tetapi organisasi ini tidak memperoleh hasil apapun.

DAFTAR PUSTAKA

Bujang, Rahmah. 1975. Sejarah Perkembangan Drama Bangsawan Di Tanah Melayu dan Singapura. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar