SEJARAH DRAMA BANGSAWAN
DI TANAH MELAYU
DAN
SINGAPURA
2.1 Latar
Belakang Permulaan Seni Drama Dunia
2.1.1 Seni
Drama Dunia
Seni
drama dunia adalah hasil perkembangan seni tarian dan sebenarnya mempunyai
kaitan dengan keagamaan. Cara memuja tuhan tuhan dengan membuat pernyataan
melalui tarian dan kelakuan telah diketahui sejak zaman Fir’aun dan zaman
kebesaran mesir. Mengikuti ahli-ahli sejarah drama, telah ada hasil seni drama yang nyata pada masa itu
dalam sebuah cerita yang bernama Abydos Passion Play yang telah dijumpai
dalam kumpulan-kumpulan penulisan pyramid atau hieroglyphics. Drama
ini merupakan sebuah drama yang tertua diketahui di dunia.
2.1.2 Seni
Drama Barat
Seni drama barat
terdiri dari berbagai macam yaitu :
a. Drama
Yunani
Seni
drama Yunani lahir sebagai perkembangan dari pemujaan tuhan orang-orang Yunani
bernama Dionysos, mereka melakukannya dengan menggunakan pemujaan berupa
tarian-tarian, dan dari pemujaan Dionysos inilah muncul seni drama terawal di
dunia yang di sebut lakun Trajidi, yang berarti trajidi adalah panggilan
kepada kambing persembahan berhala Dionysos. Drama ini merupakan drama yang mementingan
kejadian sedih dan sungguh-sungguh dalam pengisahannya. Dalam zaman yunani juga
terdapat drama lain yang di sebut Lakun Komidi yang merupakan kebalikan dari
Lakun Trajidi, yaitu lebih mementingkan unsur kejadian-kejadian lucu dalam
kehidupan sehari-hari.
Tokoh-tokoh
terkenal dalam seni drama Yunani adalah Airon, Thespis, Aeschylus (525-456 SM
), Sophocles(497-406 SM) dan Euripides(485-406 SM), sedangkan tokoh pengkritik
seni drama Yunani yaitu Aristotle (384-322 SM). Pada zaman drama Yunani
merupakan zaman permulaan penggunaan pentas dalam seni drama.
b. Drama
Romawi
Pada
zaman Romawi merupakan zaman perkembangan dalam penggunaan hiasaan dan
peralatan yang berlebih-lebihanan yang menimbulkan zaman baru dalam pementasan
drama, pentas-pentas drama dilengkapi dengan peralatan dan hiasan yang cantik,
serta bangunan pentas yang digunakanpun sudah di beri ukiran-ukiran yang
menarik. Tetapi mutu seni drama pada zaman Romawi telah jatuh atau menurun
karena unsur-unsur keagamaan dalam pertunjukan drama telah menghilang tidak
seperti pada zaman Yunani yang unsur keagamaannya masih kental. Pada drama
Romawi lebih dominan mementaskan drama yang menceritakan tentang pertunjukan-pertunjukan
peperangan dan pertandingan kekuatan antara manusia dengan binatang buas, yang
ngeri dan tidak berperikemanusiaan. Pada zaman Romawi terdapat para artis
terkemuka dan mendapat sanjungan dibidang drama seperti Q. Roscius Gallus
Naevius dan Titus Marcius Plautus (254-184 SM).
c. Drama
Eropa
Zaman
Eropa telah membawa perubahan pemikiran manusia yang condong kepada keagamaan,
mereka kepemikiran yang lebih revolusioner. Pada zaman ini drama berubah
menjadi satu bentuk hiburan yang menarik. Pada zaman ini telah muncul
cabang-cabang baru dari bentuk asli bentuk trajidi maupun komidi seperti mime,
pantomime, dan melodrama.
2.1.3 Seni
Drama Timur
a.
Drama
di India
Ahli-ahli
sejarah drama India telah membuat kajian terhadap kelahiran seni drama dalam
masyarakat Hindu. Dari hasil kajian ini timbul anggapan bahwa kelahiran seni
drama di Timur sama seperti juga di Barat, yaitu berkaitan dengan agama.
Bedanya hanya dari segi fungsi kelahirannya. Di Barat seni drama lahir sebagai
satu daya memuja tuhan-tuhan, tetapi di India lahir sebagai daya
memperkembangkan agama Hindu kepada rakyat jelata dengan cara yang paling mudah
yaitu melalui drama.
b.
Penapakan
Bangsawan di Tanah Melayu dan Singapura
Pengaruh
Hindu dalam seni drama di tanah melayu telah melibatkan bentuk seni drama
bangsawan. Nama ini merupakan nama popular bentuk seni drama di tanah melayu.
Tahun 1870 an datang rombongan seni drama dari India. Untuk menunjukkan lakonan
mereka di pulai Pinang, sebuah wilayah di Utara tanah melayu. Rombongan ini
bernama wayang parsi atau mendu yang terdiri dari pelakon laki-laki dan
perempuan yang mahir dalam berakting. Cerita-cerita yang dipertunjukkan adalah
cerita yang membawa penonton mengembara ke alam khayal dimana efek ini timbul atas pilihan
tema-tema, tarian-tarian dan nyanyian yang menarik. Namun lama kelamaan wayang
parsi semakin tenggelam karena sudah banyak bernumculan di tanah melayu
sehingga anggota dari wayang parsi banyak yang pulang ke negeri masing-masing
dan ada juga yang menetap di tanah melayu. hartanya telah di jual kepada
seorang hartawan di pulau pinang bernama Mamak Pushi atau Mohammad Puisi, dan
nama rombongan wayang parsi diabadikan dalam sebuah lagu yang bernama lagu
Parsi Balik sebagai kenangan. Hingga setelah wayang parsi hilang muncullah seni
drama baru yang bernama “Drama Bangsawan” yang dapat diartikan bangsa berarti sekumpulan orang yang sudah
bersatu dan wan adalah golongan manusia yang berketurunan raja-raja. Sedangkan
di daerah sumatera drama bangsawan di ketuai oleh Mamat Masyhur.
2.2 Zaman
Kemakmuran Drama Bangsawan
Seni
drama bangsawan telah maju bagai bentuk hiburan yang menguntungkan. Pada tahun
1915 drama bangsawan yang terkenal pada tahun ini yaitu Malay Opera Of
Malacca dari Malaka. Oleh Wan Yet al-Kaf pemeran terkenalnya adalah Cik
Salleh dan Cik Ngur, pada tahun 1916 seorang bangsawan Ceylon yang memeluk
agama islam membuka drama bangsawan di Kuala Lumpur bergelar Malaya Opera of
Selangor. Mat dan Pahlawan dan Wan Maryam adalah pemerannya, di Singapura
tahun 1919 bernama star opera pemeran utamanya bernama Khairuddin Tairo,
kemudian ia membuka kumpulannya sendiri bergelar Fatimah Opera yang bermain di
Taman hiburan Happy World di Kula Lumpur.
2.3
Sifat-Sifat
Tertentu Drama Bangsawan
Corak
drama bangsawan mempunyai beberapa sifat unik. Keunikan tersebut adalah pada
pelakon yang mengimprovisasikan kata-kata di dalam naskah drama. Meskipun
cerita telah telah diberi pengarahan dengan adanya naskah, tetapi pelakon
terpaksa menjalankan lakonannya dengan senikata yang diubah sendiri. Nilai
peranan pelaku di dalam sebuah drama bergantung kepada sambutan penontonnya.
Drama
bangsawan bertentangan dengan drama tradisional seperti Mak Yong dan Wayang
Kulit. Jalan cerita Mak Yong dan Wayang kulit akan tetap tinggi mutunya pada
tiap-tiap pertunjukkan tanpa ditentukan oleh penonton. Tetapi drama Bangsawan
tidak pernah mencapai peringkat tradisi seni drama istana karena unsur
improvisasinya. Cerita yang menjadi kegemaran di dalam drama Bangsawan adalah
cerita yang menggambarkan pola tradisional, di mana jalan cerita bekisar di
sekitar pengembaraan, dugaan dan kesengsaraan seorang wira dan wirawati untuk mencari
pasangan hidup.
Sebagai
bentuk Bangsawan yang diperdagangkan, drama ini memerlukan minat yang dari
penonton sehingga keaslian dan mutu seninya telah diabaikan. Persembahan drama
Bangsawan tidak lagi menitiberatkan soal drama dan unsur-unsur estetikanya,
tetapi lebih suka menonjolkan unsur spectacle.
Spekulasi anak-anak Bangsawan menyebabkan segala unsur-unsur dramatik di
belakangkan untuk mengutamakan kehendak dari penonton. Apabila penonton
menginginan kepada ahli pelawak, maka peranan lucu sengaja ditonjol-tonjolkan
dalam adegan cerita. Hal ini yang mengakibatkan jalan cerita terpotong-potong.
Selagi adegan tersebut mendapat perhatian dari penonton, maka drama tersebut
akan popular.
2.4
Cerita-Cerita
Yang Menjadi Pilihan Lakonan Bangsawan
Pola
cerita dalam persembahan Bangsawan hampir sama semua, tetapi pengambilan
bahan-bahan ceritanya bercorak kebudayaan yang ada di Tanah Melayu dan
Singapura. Dikaji dari kandungan cerita dan nama-nama wataknya ada lima jenis
cerita yang menjadi pilihan dalam lakonan Bangsawan, yaitu:
a.
Cerita-cerita
dari sejarah setempat
Cerita
berkenaan dengan kisah bersejarah di Tanah Melayu, merupakan kisah kebesaran
raja-raja, riwayat hidup mereka dan kisah tokoh-tokoh pahlawan Melayu.
Penontonnya kebanyakan dari Melayu yang suka dengan kisah kebesaran Negara dan
bangsa mereka.
Tema-tema
cerita yang menjadi kegemaran dari cerita sejarah setempat:
a. Kisah
kezaliman rakyat jelata dan pembalasan kezalimannya.
b. Kezaliman
permaisuri muda terhadap putra/putri dan terhadap permaisuri tua dan pembalasan
kejahatannya.
c. Kisah
putri yang mencari tunangannya atau putra yang mencari jodohnya yang
dipertemukan kepadanya melalui mimpi atau wasiat. Cerita in merupakan
episode-episod dalam pengembaraan mencari jodoh yang berakhir dengan pertemuan
dan perkawinan.
d. Kisah
cinta antara raja dunia dengan putri khayangan yang berakhir dengan suka dan
duka.
e. Kisah
percintaan antara dua kekasih dari dua peringkat kedudukan yang berbeda, yaitu
antara seorang raja dengan rakyat biasa.
f. Kisah
pahlawan-pahlawan dengan kegagahannya.
Dari
tema-tema di atas contoh cerita-cerita yang menjadi pilihan adalah:
a. Sultan
Mahmud Mangkat Dijulang
b. Hikayat
Bistamam
c. Dandan
Setia
d. Jula
Juli Bintang Tiga
e. Jula
Juli Bintang Tujuh
f. Laksamana
Mati Dibunuh
g. Siti
Muslihat/Beliung Emas
h. Hang
Tuah
i.
Amuk Tuk Nading
j.
Si Badang dan lain
sebagainya.
b.
Cerita-Cerita
Kejadian Sezaman
Cerita
yang digolongkan ke dalam bagian ini adalah kisah yang ada di dalam negeri
maupun yang di ambil dari kebudayaan asing. Pemilihan cerita yang dijadikan
bahan lakonan telah diubah oleh anak Bangsawan untuk menarik minat penontonnya.
Cerita bergantung pada keadaan tempat dimana suatu kelompok masyarakat hidup.
Seperti di kawasan pedalaman yang belum mendapat pengaruh dari kebudayaan Barat
kemudian baru mendapat pengaruh dari kesultanan yang berkebudayaan Hindu-Islam,
maka anak Bangsawan akan melakonkan cerita dengan jiwa penduduk-penduduk
setempat.
Beberapa
contoh cerita pada kejadian sezaman:
a. Bawang
Putih Bawang Merah
b. Batu
Belah Batu Bertangkup
c. Saudagas
Sailok (Merchant of Venice)
d. Nyai
Dasimah
Yang
menjadi kegemaran dalam bahagian cerita kejadian sezaman adalah karena
cerita-cerita tersebut mendidik. Seperti Bawang
Putih Bawang Merah, Batu Belah Batu Bertangkup, Nyai Dasimah, Jembatan Patah,
Pintu Hantu, Antara Dua Peti Mati menjadi kegemaran penonton Melayu yang
berjiwa sentimental dan simpati. Cerita-cerita corak pengajaran ini sangat
sesuai untuk menarik perhatian penonton terutama orang-orang Melayu karena jiwa
simpati mereka.
c.
Cerita-Cerita
Hindu
Cerita
yang berasal dari india ini mempunya pengaruh Hindu. Pengaruh Wayang Parsi
masih sangat kuat dan ceritanya masih ala Hindustan, meski begitu bahasa yang
digunakan adalah bahasa Melayu. Cerita yang sangat populer adalah Hawa-i-Majlis selain itu ada lagi
seperti Laila Baba, Sukaryit, Ali
Candran, Gul Bakawali, Hikayat Bistamam, dan Topeng Besi.
d.
Cerita-Cerita
Islam
Di
tanah Melayu seperti Asia Tenggara, Islam datang melalui Parsi-India. Prinsip
Islam yang asli dari negeri Arab telah bercampur aduk dengan kepercayaan dan
kebudayaan dari Parsi dn India, tetapi dari segi kesenian percampuran ini
merupakan satu kekayaan. Cerita yang benar-benar menunjukkan aspek keagamaan
tidak disukai karena pegangan anak-anak Bangsawan dan orang ramai dengan
kepercayaan agama islam yang tidak dapat dilakukan denga terus terang. Misalnya
dalam sebuah cerita yang menghendaki perwatakan Nabi adalah dianggap satu
kesalahan melakukan watak ini. Kehadirannya dalam cerita tidak dilakukan oleh
seseorang pelakon tertentu, hanya disebut oleh pelakon-pelakon lain. cerita
yang menjadi pilihan adalah cerita yang tegolong dalam sastra roman dari pada
sastra agama seperti Aladin dengan Lampu
Ajaib, Ali Baba dengan 40 Pencuri, Tajul Muluk, Abu Nawas, Hikayat Mala’un
Takadir, dan Laila Majnun.
e.
Cerita-Cerita
Cina
Cerita
Cina tidak begitu popular, cerita ini lebih mendapat sambutan dari golongan
masyarakat Bandar yang sebagian besar adalah orang Cina seperti Kuala Lumpur
dan Ipoh. Untuk mendapat sambutan dari penonton bukan dari kalangan orang
Melayu, cerita yang lebih dekat dengan jiwa mereka. Cerita Cina yang menjadi
lakonan Bangsawan Melayu yang popular adalah Panglima Ah Chong, Sampit Ng Tai, Siti Zuabidah dan lain-lain.
f.
Cerita-Cerita
Indonesia dan Thailand
Selain
di Tanah Melayu dan Singapura, Drama Bangsawan juga mendapat sambutan dari
Indonesia. Dimana namanya beruba menjadi “Sandiwara”, kelompok Bangsawan di
Tanah Melayu dengan kelompok sandiwara dari Indonesia memiliki hubungan yang
baik. Cerita yang digemari dari Indonesia adalah Raden Mas dari negri Jawa, Siti
Jamilah dari Minang, dan Bukan Salah
Ibu Mengandung dari Sumatra. Dari Thailand Bangsawan tidak diambil bentuk
dramanya ke dalam perbendaharaan seni drama Thai, tetapi Bangsawan sendiri yang
mengambil cerita Thailand untuk dilakonkan seperti cerita Paratcha.
2.5
Drama
Bangsawan sebagai Persembahan Kesenian
Melayu
Meskipun
pemilihan cerita untuk persembahan bangsawan harus berdasarkan keadaan masa,
tempat dan penonton, namun kekendoran tersebut dalam pemilihan bahan cerita
oleh drama Bangsawan Melayu masih jelas sifat tradisionalnya dari aspek-aspek
di dalam ceritanya. Karena cerita-cerita
Bangsawan menyerupai cerita dongeng dari kesusastraan Melayu lama.
Dari
segi tema, drama Bangsawan biasanya menggunakan tema yang tergolong raja-raja,
kesaktian, kehebatan raja, dan juga tema percintaan. Dari segi perwatakan
menunjukkan unsur tradisional, yaitu seorang watak yang baik, mempunya
kecantikan dan kesempurnaan rupa paras, bijaksana dan gagah perkasa, tabah hati
serta amanah. Sedangkan watak yang jahat seperti rupanya yang bodoh, berprilaku
buruk dan perangai, rakus dan kasar dalam berbahasa, tidak sopan santun.
Keseluruhan
drama menitiberatkan suasana latar dan latar belakang cerita yaitu mnimbulkan
reaksi pancaindera penglihatan dan pendengaran dari penonton. Drama Bangsawan
lebih mementingkan unsur persembahan teknik daripada membawa nilai estetik,
daya traik drama ini lebih berat pada peralatan pentas dan pakaian
pelakon-pelakonnya.
2.6
Aspek teknikal dalam persembahan drama bangsawan
a.
Pementasan
Bentuk
drama tradisional di Tanah Melayu sebelum drama Bangsawan seperti Mak Yong,
Wayang Kulit, Menor dan Barongan tidak menggunakan suatu pentas yang khas.
Permainan diadakan di satu kawasan lapang dimana penonton mengelilingi
pelakun-pelakun dalam sebuah bulatan yang dibentuk oleh penonton-penonton tadi.
Kerap juga lakunan diadakan di atas satu kawasan yang lebih tinggi sedikit dari
kawasan sekeliling yang dipenuhi oleh penonton-penonton dari hadapan dan kiri
kanannya.
Pertunjukan-pertunjukan
seperti ini disebabkan penumpuan adalah kepada lakunan cerita tanpa menggunakan
alat-alat latar elaborate. Pelakun-pelakun juga tidak perlu menukar pakaian
untuk menunjukkan waktu dan peredaran masa dalam lakunan. Lakonan Mak Yong pula
tidak mementingkan latar belakang. Tekanan unsur dramanya terletak pada
tarian-tarian yang membawa cerita seperti juga bentuk drama tradisional di
India, Jawa dan Thailand. Pakaian secara kebetulan dibuat dengan elaborate
karena kisah yang ditariakan adalah kisah-kisah raja dan orang Bangsawan. Jadi
jika dilihat pada drama-drama tradisional sebelum drama Bangsawan jelas sekali
tidak mementingkan aspek-aspek selain daripada cerita, dimana pelakun-pelakun
dan peralatan cerita adalah seperlunya saja. Kedatangan bentuk drama Bangsawan
telah memperkenalkan teknik pementasan yang rumit dan teratur.
Sebenarnya
penggunaan bentuk pentas yang tertutup dan di hadapan pentas dikhususkan untuk
penonton-penonton mulai dikenal pada pementasan seni drama Inggris pada K.M.
XIV dengan konsep wayang tertutupnya. Drama-drama karya William Shakespeare
adalah yang mula-mula menggunakan konsep ini dengan sepenuhnya, dimana
peralatan pentas sangat diperhatikan.
Dalam
sejarah pementasan drama di Tanah Melayu penggunaan pentas mula-mula dibawa
oleh pelakun Wayang Parsi atau lebih dikenal dengan panggilan Wayang Mendu dari
India. Tetapi di antara seni drama Melayu, Bangsawanlah yang mula-mula
menggunakan teknik pementasan seperti drama-drama di negeri Inggris dan
negeri-negeri lain di Barat.
b.
Jenis
Pentas dalam Persembahan Drama Bangsawan
Dalam
persembahan drama Bangsawan Melayu terdapat tiga jenis pentas yang digunakan
oleh kumpulan-kumpulan Bangsawan.
·
Kumpulan-kumpulan
kecil
Menggunakan
pentas dengan kelengkapan pentas yang perlu saja. Biasanya terdapat kurang
lebih 30 orang anak-anak Bangsawan. Ukuran pentas tidak begitu luas, biasanya
lebar bagian depan kurang lebih hanya 16 kaki pada tirai pertama. Tetapi lebar
dari tirai pertama ke bagian depan pentas biasanya sedikit lebih luas yaitu lebih kurang 18 kaki untuk kemudahan
penonton terutama mereka yang duduk di bagian tepi pentas. Tiap-tiap kumpulan
Bangsawan wajib mempunyai 6 tirai asas dengan pemandangan-pemandangan.
·
Pentas
Kumpulan Besar
Kumpulan-kumpulan
besar biasanya mempunyai bilangan anak-anak Bangsawan atau lebih. Seandainya
kumpulan-kumpulan besar ingin mendirikan sebuah pentas maka, luas ruang pentas
adalah lebih kurang 20-26 kaki dibagian depan dan 22-28 kaki untuk bagian dekat
proscemium. Tinggi pentas ialah 5
kaki dari tanah ke lantai pentas dan 15 kaki dari lantai ke bagian tertinggi
pentas.
·
Pentas
Kumpulan Besar dan Masyur
Bangunan
pentas sebenarnya terdiri dari canvas tebal yang didirikan diatas 2 atau 3
batang tiang agung dan kemah yang mempunyai ukuran panjang lebih kurang 100
kaki. Luas kawasan untuk penonton ialah 600 orang yaitu 100 orang di bagian
hadapan, 200 orang di bagian tengah dan 300 orang dibagian belakang.
2.7 Perlengkapan
Pentas Lainnya
·
Efek
Penerangan Pentas
Bagi
tiap-tiap pementasan bangsawan, lampu-lampu terpaksa digunakan untuk menerangi
penonton-penonton dan juga menimbulkan efek siang atau malam diatas pentas.
Lampu-lampu wajib disediakan di kawasan penonton sebanyak 2 atau 3 buah dan 2
lagi dibagian depan pentas.
·
Latar
Belakang Musik
Bunyi-bunyian
sebagai latar belakang suasana dalam lakunan ataupun untuk mengiringi
tarian-tarian dan nyanyian dimaksudkan untuk menghidupkan suatu lakunan drama.
Pada permulaannya alat-alat musik yang digunakan hanyalah tabla, harmonium dan
dol. Pada akhir-akhir zaman kegemilangan bangsawan, piano telah menjadi alat
musik yang diwajibkan bagi tiap-tiap orkhestra kumpulan bangsawan dari bekas
pemain-pemain musik orkhestra bangsawan terdapat tokoh-tokoh yang masih hidup
seperti Pak Zubir Said, Dol Ramli, Sharif Medan dan sebagainya.
Bagi
kumpulan-kumpulan wayang bangsawan yang besar seseorang tauke sanggup
mengeluarkan modal berpuluh-puluh ribu ringgit untuk memulakan pergerakan
kumpulan itu. Kumpulan besar memerlukan modal besar antara 20 ribu ringgit
hingga 30 ribu ringgit. Kumpulan-kumpulan kecil yang didirikan oleh bekas-bekas
anak bangsawan yang hanya menunjukkan permainan di kawasan-kawasan perkampungan
atau Bandar-bandar kecil hanya membutuhkan modal tiga ribu ringgit.
Pengarah
ialah orang yang ditugaskan menasehat dan membimbing para pelakon untuk
mencapai mutu lakonan yang dikehendaki. Bakat seseorang pengarah dapat dilihat
dari kebolehannya mengarang cerita yang cocok untuk persembahan bangsawan. Jika
ceritanya menarik ia akan diberi kesempatan untuk mengarahkan ceritanya
sendiri.
2.8
Pelakon
atau tokoh
·
Pelakon
Utama
Pelakon-pelakon
utama terdiri dari pada lelaki dan perempuan yang mengikut peringkat-peringkat
mereka:
1. Pelakon
Wira
Dalam
bangsawan pelakon Wira dikenal sebagai orang muda. Pemilihan untuk watak ini
berdasarkan beberapa factor yaitu seseorang lelaki mempunyai suara yang baik
supaya boleh membawa lagu-lagu yang diperuntukkan kepadanya dalam lakonan
kelak. Selain itu suaranya harus jelas kedengaran oleh penonton serta dengan
nada yang nyaman didengar.
2. Pelakon
Wirawati
Dalam
persembahan Bangsawan, pelakon wirawati disebut dengan seri panggung. Peranan
Seri Panggung dipegang oleh orang laki-laki. Keadan ini karena masyarakat
dahulu tidak menganggap baik terhadap kaum wanitayang berkecimpung dalam suatu
pekerjaan di luar rumah. Pelakon-pelakon ini diambil dari pemuda-pemuda belasan
tahun yang berwatak keperempuanan. Tetapi setelah tahun 1900, perempuan mulai
berani memberanikan diri menjadi Seri Panggung, penari dan peranan wanita.
Seri
Panggung disebut juga dengan Prima Donna. Kecantikan Seri Panggung akan menjadi
daya tarik dan alat perdagangan sebuah kumpulan Bangsawan. Dalam
kelompok-kelompok yang besar, Seri Panggung tidak pernah mendapat peranan
tambahan seperti dayang-dayang kecuali peranan menyamar sebagai sahaja.
Biasanya Seri panggung mendapat peranan seperti:
a. Tuan
putri atau permaisuri yang disalah anggap oleh raja lalu melarat tetapi
diterima kembali keistana.
b. Anak
atau putri jin yang walaupun ayahnya raja jin yang mempunyai rupa dan bentuk
badan yang menakutkan, tetapi ia tetap jelita dan manis.
c. Perempuan
kampong yang hina tetapi mempunyai sifat baik sehingga disukai pangeran muda
atau raja yang memerintah di negeri tempat ia tinggal.
3. Ahli
Lawak
Peranan
lawak sama pentingnya dengan peranan orang muda dan seri anggung. Pelakon-pelakon
yang mengambil peranan lawak ini disebut dengan ahli lawak. Setiap persembahan
wajib diselipkan dengan lawak jenaka. Watak-watak lawak dalam Bangsawan adalah
merupakan watak tipa yaitu mempunyai kebebasan mengeluarkan kata-kata.
Dalam
Bangsawan ahli lawak mengambil nama Badut. Ahli lawak yang sangat terkenal pada
zamannya ialah Aman Belon atau nama aslinya adalah Abdul Rahman Barakmah.
Selain Aman Belo ada juga ahli lawak yang terkenal yaitu Mohd. Noor (Boyan)
yang juga mempunyai kebolehan melawak dan sebanding dengan Aman Belon.
4. Raja
Jin
Peranan
raja jin adaah watak antagonis atau watak jahat dalam lakonan Bangsawan.
Perwatakannya ditunjukkan sebagai besar, hebat, kasar dan jahat. Peranan
sebagai raja jin adalah berdasarkan bentuk tubuh yang tegap dan suara yang kuat
dan garau.
5. Raja
Watak
raja adalah watak yang standar dalam Bangsawan. Dalam suatu kelompok peranan
ini dipegang oleh seorang anak Bangsawan sahaja. Peranan ini biasanya diberikan
kepada seorang yang dianggap sudah mahi dalam melakonkan peranan sebagai raja.
Sikap watak raja harus mempunyai kebesaran dan kesopanan. Kebesarannya
digambarkan melalui pakaiannya. Segi kesopannya yaitu raja tidak diperkenankan
tertawa terbahak-bahak walau bagaiama lucunya kejadian lakonan dari pemeran lain
yang dilihatnya.
·
Pelakon
Tambahan
1. Menteri
Watak menteri hanya untuk mengangkat sembah, serta
membalas atau menyambut titah perintah raja. Lebih kerap watak ini diberi
kepada pemain-pemain baru sebagai satu batu loncatan untuk menuju kepada
peranan yang lebih penting.
2. Orang
Pertapaan
Peranan ini kadangkala dimunculkan dalam lakonan
Bangsawan. Seorang pertapa mempunyai awet tua, berkumis dan berjanggut putih
dengan sebatang tongkat ditangannya.
3. Hulubalang
Peranan tambahan ini hanya wajib dalam cerita-cerita
yang memerlukan watak raja seperti cerita-cerita istana dan dewa dewi. Dia
tidak memerlukan dialog, malah ada di antara watak-watak hulubalang yang pada
tiap babak hanya berdiri tanpa bergerak-gerak dari tempatnya dengan memegang
lembing. Hulubalang ini untuk menunjukkan kebesaran raja.
4. Dayang-dayang
Peranan dayang-dayang juga diadakan dalam
cerita-cerita yang memerlukan watak tuan putri. Iya merupakan pengasuh tuan
putri. Watak dayang biasanya dibagi menjadi dua, yaitu dayang tua dan dayang muda.
Dayang tua sebagai pengasuh tuan putri, dan dayang muda sebagai penghibur bagi
putri dengan menyanyi dan menari. Peranan dayang tua lebih penting daripada
dayang muda karena ia perlu berdialog panjang lebar dengan tuan putri.
2.9
Kostum
Pelakon atau Tokoh
a. Kain Hias Pelakun-
Pelakun
Drama
bangsawan amat mengutamakan aspek pemandangan penampilan pelakunnya, untuk itu
tiap pelakun harus menggunakan pakaian yang indah dan menarik perhatian
penonton.
b.
Pakaian
Seri Panggung
Pakaian
jenis ini hanya dikenakan oleh pelakun utama, pakaian ini lebih menonjolkan hal
yang membuat menarik penonton, disesuaikan dengan tema cerita, keindahan akan
lebih terlihat dengan ditambahnya tatanan rambut pelakun semenarik mungkin.
c.
Pakaian
dan Hiasan Orang Muda
Selain
pakaian yang harus mengikuti peran, para pelakun juga dihias hingga mirip
seperti yang dikarakterkan, pelakun muda tidak diberi hiasan janggut, wajah
harus bersih, tidak diberi tambahan apapun agar terlihat muda.
d.
Pakaian
dan Hiasan Ahli Lawak
Pelawak
adalah tokoh yang memberi kesan lucu kepada penonton, pakaian dan dan rupa
pelakun dibuat lucu dengan memberikan make up aneh serta mengenakan pakaian
mencolok
e.
Pakaian
dan Hiasan Lain- Lain Pelakun
Dalam
sebuah penampilan drama, tidak hanya memiliki tokoh utama saja, ataupun tokoh
yang memberi kesan lucu, melainkan memiliki tokoh pelakun sampingan dan
tambahan sebagai pelengkap dari cerita drama tersebut, misal tokoh orang tua,
anak- anak, orang gila dan sebagainya. semua bentuk pelakun itu akan terlihat
dengan memberikan pakaian yang sesuai serta dandanan yang sesuai sehingga
penonton dapat dengan mudah menentukan karakter si pelakun tersebut.
2.10
Waktu-
Waktu Persembahan Bangsawan
Sebagai
sebuah seni hiburan , bangsawan diperkenalkan ke masyarakat dengan mengambil
cerita dari kisah- kisah kehidupan kebanyakan masyarakat, kedatangan bangsawan
terhadap suatu wilayah akan menjadi sesuatu yang ditunggu- tunggu, dikarenakan
bangsawan merupakan suatu hiburan yang paling menarik pada masa itu, penampilan
bangsawan sebenarnya tidak ditentukan waktunya, hanya saja mengikuti kehendak
peminatnya, jika masyarakat menginginkan penampilannya, maka bangsawan akan
ditampilkan.
Penampilan
bangsawan bukan lah suatu ritual atau penampilan yang bersifat keagamaan, oleh
karena itu setiap ada keinginan suatu tokoh maka akan ditampilkan lah bangsawan
tersebut.
2.11
Batasan
Dalam Persembahan Bangsawan
Bangsawan
sebagai suatu bentuk seni drama juga berfungsi penyampai dan gambaran dari
kejadian- kejadian nyata dan hayalan dalam kehidupan. pada hakikatnya membayangkan
kenyataan atau kemungkinan dalam hidup. oleh karena itu secara teorinya drama
bangsawan tidak perlu dibatasi selama tidak bertentangan dengan norma dan moral
masyarakat. namun untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyrakat kumpulan
bangsawan membatasinya pada dua aspek, yaitu :
v Batasan Sosial
Para
pelakun harus tetap pada aturan – aturan yang berlaku di masyarakat, realisme
sangat dibutuhkan dalam menggambarkan suatu watak tokoh yang akan diperankan,
pelakun tidak boleh sembarangan mengarang tokoh. Begitu juga dengan
karakteristik tokoh yang akan diperankan haruslah sesuai dan tidak dikarang
sembarangan, misalnya sosok ibu tiri yang pada kebanyakan masyarakat memandang
adalah sosok wanita jahat terhadap anak- anak tirinya.
v Batasan
Agama
Oleh
karena bangsawan terdiri dari orang
melayu yang identik dengan agama islam, pelakun harus membatasi perannya agar
tidak menyimpang dari agama. contohnya yaitu, sebuah drama yang menceritakan
kehidupan suami istri, para pelakun hanya memerankan peran masing- masing
sebatasnya saja, tidak boleh berlebihan yang sama seperti hubungan dalam suami
istri yang sebenarnya, peran romantisme harus memiliki batasan yang sesuai
dengan syariat agama
2.12 Kedudukan Bangsawan
Dahulu dan Sekarang
Drama bangsawan yang mula- mula
diperkenalkan oleh mamak Phusi di Pulau pinang dalam tahun 1885, merupakan
bentuk hiburan terbaru, didirikan atas dasar wayang parsi serta alat- alat
music yang digunakan juga merupakan kumpulan wayang parsi, namun bahasa yang
digunakan bukan bahasa hindi melainkan bahasa melayu. Para bangsawan mengidentifikasikan diri mereka sebagai
golongan atasan karena peran bangsawan terhadap kesenian yang begitu istimewa
di dalam masyarakat, pada awal perkembangannya seni drama dan para lakonnya
memiliki imej baik dimata masyarakat, oleh karena itu para pelakon harus dapat
menjaga sikap dan kelakuan mereka untuk dapat dicontoh oleh masyarakat.
Bangsawan
sebagai sebuah seni drama melayu berbeda
dengan seni drama sebelumnya seperti Mk Yong, Menora, Wayang kulit, dan lain-
lain. Banyak terdapat perubahan pada bangsawan, pemilihan ceritanya bersumber
dari cerita- cerita melayu tradisional yang berkenaan raja- raja, dewi- dewi,
dan segi kehidupan lainnya, perubahan yang mencolok adalah bentuk dan corak
pementasannya, seni drama sebelumnya tidak menggunakan suatu bangunan khas
sebagai pentas, pementasan bisa diadakan dimana- mana, lain halnya dengan
bangsawan, penonton hanya dapat menyaksikan lakunan dari satu sudut pandang
saja karena tiga sudut lain merupakan bangunan pentas tertutup. Peralatan
pentas pada bangsawan juga cukup menarik, seperti tirai- tirai untuk
menunjukkan latar berbagai babak, pada pementasannya, latar harus disesuaikan
dengan judul pementasan, apabila berada di hutan, maka latarnya berupa hutan,
karena itu lah peralatan dan perlengkapan pada drama seni bangsawan ini
dikatakan cukup rumit.
Drama
seni bangsawan ini tidak hanya digunakan sebagai hiburan saja, melainkan
sebagai sumber mata pencarian oleh pelakonnya. Pada jaman permulaan penapakan
bangsawan hanya terdapat dua atau tiga kumpulan yang terbilang aktif, dan pada
masa jaman ini tidak terjadi perbandingan antara perkumpulan tersebut, tiap-
tiapkumpulan diberi beban untuk menjaga mutu dan kualita mereka di halayak
ramai.
Apabila
potensi bangsawan sebagai suatu sumber perusahaan yang menguntungkan mulai
disadari, bangsawan mulai dilirik dan
diberi modal oleh sekelompok orang sebagai suatu asset yang menguntungkan,
jelas terbukti antara tahun 20-an dan 30-an kumpulan bangsawan tumbuh dan mati
seperi cendawan diwaktu hujan. Walau bagaimanapun sebuah kumpulan hanya hidup
untuk seetahun atau dua tahun saja. Tambahan pula kehilangan pelakun utama dari
sebuah kumpulan merupakan suatu pukulan hebat terhadap kepopoularitas kumpulan
tersebut.
2.13 Sebab- Sebab
Kemerosotan Drama Bangsawan
Drama
bangsawan dianggap oleh kalangan masyarakat sebagai hiburan semata dan cendrung
mengambil nilai- nilai dari maksud pementasan tersebut, hal ini dikarenakan
kebanyakan masyarakat berasal dari golongna buta huruf, mereka menghayati
sebuah pementasan dikarenakan cerita yang diambil adalah bagian dari bentuk
kehidupan masyarakat yang penuh dengan penderitaan, hal ini dimanfaatkan oleh
kalangnan pelakon drama sebagai lahan penghasil materi dan tidak mengedepankan
seni lagi, penampilan mereka semata untuk memperoleh hasil, pelakon lebih
mengutamakan factor interest penonton di bandingkan mutu mutu estetika
lakunnya.
Kemerosotan
seni drama juga dipengaruhi oleh pihak pemilik modal, kendurnya modal membuat
gairah kekereatifitasan drama bangsawan merosot, oleh karena mundur maju
bangsawan terletak pada pelakunnya , mereka juga lah yang menentukan tinggi
rendahnya mutu dari pementasan mereka.
Hilangnya
pelakun utama dari sebuah kumpulan tertentu dikarenakan :
a. Memasuki
kumpulan bangsawan lain karena mendapat pembayaran yang lebih besar.
b. Karena
menikah dengan janda- janda kaya ( pelakun pria).
c. Karena
menikah dengan para hartawan (pelakun wanita).
Kehilangan
pengurus kumpulan juga salah satu penyebab kemerosotan seni drama bangsawan
karena :
a. Tidak
membuat suatu rekod khas berkenaan aktifitas kewewenangan kumpulan hingga
tercipta lah kerugian berupa materi
b. Adanya
penyelewengan dana oleh pengurus.
2.14
Unsur-
Unsur Modenisasi
Perubahan bentuk kegiatan seni drama
bangsawan dari zaman tradisional ke zaman modern berdasarkan minat masyarakat
merupakan satu cirri modenisasi yang berkembang bersama bertambhanya
popularitas bangsawan. Pada masa- masa ini segala tingkah pelakun
bangsawan menjadi satu bahan perubahan
corak dan gaya, mereka patokan perubahan zaman, selalu memberi kesan baru
kepada masyarakat. Kalau dikaji unsur-unsur permodenan pada seni drama bangsawan diiringi kedatangan pengaruh barat amat
rentan , ditandai dengan perubahan nama bangsawan menjadi opera yang telah
dimulai pada tahun 20an, pemilihan cerita juga kian beragam , juga telah
dimasuki cerita- cerita yang berasal dari inggris seperti Macbeth, dan lain-
lain.
Lebih jauh lagi perubahan telah menjalar
kepada peralatan pentas, jika dulunya cahaya penerang pentas berasal dari lampu
minyak tanah, sekarang telah menggunakan listrik, perubahan antara siang dan
malam dalam sebuah pementasan menjadi efisien dan tidak sulit, begitu juga
dengan kostum yang digunakan, tidaka hanya menggunakan pakaian ala timur saja,
tetapi telah mengenakan pakaian ala barat, dan lain- lain. Seiring dengan
perubahan kostum dan pakaian, model rambut pun turut mengalami perubahan.
2.15
Kemungkinan
Untuk Popular Kembali
Seni drama bangsawan bukan satu bentuk
yang membawa unsure pembaharuan , ia lebih cenderung kepada unsure penghibur
semata, merupakan seni drama tradisional
yang sudah tidak aktif lagi, beragam cara dilakukan untuk mempopulerkan
kembali namun pencapaiannya tidak sebaik pada masa kejayannya dulu.
Berawal dengan pementasan melalu radio,
namun hasilnya hanya sedikit peminta, seiring dengan waktu, muncullah hiburan
dalam bentuk media televise di tanah melayu. Pada bagian inilah terlihat
kemajuan dan bertambahnya minta masyarakat terhadap bangsawan, namun hali ini
memiliki kelemahan yaitu tidak adanya pembedaan warna, pada masa ini televise hanya memiliki dua warna saja, yaitu
hitam dan putih sehingga membuat pementasan menjadi kurang menarik.
Kemungkinan untuk popular kembali selalu ada, mungkin hanya dapat
terjawab dengan berjalannya waktu dan teknologi serta sumber daya manusia yang
memadai, perubahan pun ditandai dengan munculnya tokoh- tokoh bangsawan
baru sebagai tokoh pengganti dari
pelakun utama yang telah kebanyakan meninggal dunia. Di tangan para tokoh muda
ini lah nasib seni drama akan maju atau mundur.
2.16
Usaha-
Usaha Mempertahankan Seni Drama Bangsawan
Beragam usaha untuk kembali
mempopulerkan drama bangsawan telah dilakukan dimulai dari pementasannya
melalui radio dan televise adalah sebagai tanda banyaknya dukungan terhadap
perkembangan drama bangsawan tersebut, para generasi muda turut berjuang
membantu menumbuhkan kembali sastra ini dengan membentuk berbagai kumpulan ,
namun tindakan ini tidak banyak mendapat minat dari masyarakat. Pada awal tahun
60-an , beberapa pecinta seni drama bangsawan telah membentuk sebuah organisasi
PARTA atau persatuan artis tanah air yang bertujuan memperkenalkan bangsawan
kepada masyarakat muda, tetapi organisasi ini tidak memperoleh hasil apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar