Jumat, 01 Mei 2015

PEMEROLEHAN BAHASA

Resty Anindita Fitriani
100512730


1.      Pemerolehan Bahasa Pertama
Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris aquisition, yakni, proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi dari pada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit ( http://rambyong17.wordpress.com).
Bahasa merupakan alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Proses bahasa dikendalikan oleh otak yang merupakan alat pengatur dan pengendali gerak semua aktivitas. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya manusiawi, sedangkan pada otak mahluk lain (hewan) tidak terdapat bagian-bagian  tersebut sehingga hewan-hewan tidak dapat berbicara atau berbahasa. Jadi bahasa hanya dapat diaplikasikan oleh manusia. Proses berbahasa pada manusia dimulai sejak masa kanak-kanak. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannnya secara verbal disebut sebagai pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh bahasa pertama.
Sebelum lebih lanjut, ada baiknya kita ketahui apa pemerolehan bahasa itu. Menurut Kiparsky yang dikutip Tarigan dalam buku (Yudibrata, dkk, 1997:58) bahwa pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah suatu proses yang digunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang semakin bertambah rumit ataupun teori-teori yan masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dirinya dapat memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa tersebut.
Menurut Chaer dalam situs (http://sitiirmi.blogspot.com) pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibundanya. Pemerolehan bahasa biasanya dibezakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua. Sedangkan menurut Simanjuntak masih dalam situs yang sama, mengatakan bahwa pemerolehan bahasa ialah proses yang berlaku dalam otak kanak-kanak sewaktu memperoleh dan menguasai bahasa ibundanya secara semula jadi. Pemerolehan bahasa yang berlaku pada semua kanak-kanak adalah secara menyeluruh dan secara spontan serta tidak memerlukan arahan secara menyeluruh dan secara spontan serta tidak mempunyai arahan secara sedar ataupun peneguhan daripada orang dewasa.
Dalam situs (http://nabsiahsulaiman.blogspot.com) menyebutkan bahwa pemerolehan bahasa atau penguasaan bahasa adalah proses yang berlaku di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya dengan perkembangan perkembangan kognitif yakni pertama, jika anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang mendasar pada tata bahasa yang rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh katagori-katagori kognitif yang mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kualitas, dan sebagainya. Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap pengusaan bahasa lebih banyak dituntut pada pemerolehan bahasa kedua dari pada dalam dalam pemerolehan bahasa pertama.

2.      Proses Pemerolehan Bahasa
Chomsky dalam situs (http://kebaikanuntuksemua.blogspot.com) menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performasi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis dan semantic). Secara tidak disadari kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performasi dalam berbahasa. Performasi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performasi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer, 2009).
Bahasa pertama diperoleh dalam beberapa tahap dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa. Menurut para ahli, tahap-tahap ini sedikit banyaknya ada ciri kesemestaan dalam berbagai bahasa di dunia.

3.      Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa Pertama
Dalam situs (http://kebaikanuntuksemua.blogspot.com) tahap-tahap linguistic pemerolehan bahasa terdiri atas beberapa tahap, yaitu : (1) tahap pengocehan (babbling); (2) tahap satu kata (holofrastis); (3) tahap dua kata; (4) tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).
a.       Tahap Pengocehan
Pada umur sekitar enam minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan, dengkur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bunyi mirif dengan bunyi konsonan atau vocal. Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena belum terdengar  jelas. Sebagaian ahli menyebutkan bahwa bunyi yang dihasilkan oleh bayi ini adalah bunyi-bunyi bahasa/dekur/vokalisasi bahasa/ tahap cooing.
Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling). Celotehan merupakan ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mu dan da. Adapun umur bayi mengoceh tidak dapat ditentukan. Beberapa ahli menyatakan bahwa tahap celotehan terjadi pada usia enam sampai sepuluh bulan. Kemampuan anak berceloteh tergantung pada perkembangan neurologi seorang anak.
Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti dengan vocal ( K-V), contohnya papapapa mamamama babababa…, orang tua mengaitkan kata papa sama dengan ayah dan mama sama dengan ibu meskipun apa yang ada dibenak bayi tidaklah diketahui. Tidak mustahil celotehan itu hanyalah sekedar artikulatori belaka.
b.      Tahap Satu-Kata atau Holofrastis
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Sang anak sudah mengerti bahawa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata pertamanya. Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap satu kata satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap, misalnya “mam” (saya minta makan); “pa” (saya mau papa ada disini), “ma” (saya mau mama ada disini).
c.       Tahap Dua-Kata, Satu Frase
Tahap ini berlangsung ketika anakberusia 18-20 bulan. Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut. Pada tahap ini pula anak sudah mulai berfikir secara “subjek + predikat” meskipun kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Desi mainan” yang berarti “desi sedang bermain dengan mainan” atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “sepatu ini kotor”
d.      Tahap Telegrafis
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda (multiple-word utterances) atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai berates-ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa. Contoh dalam tahap ini diberikan oleh Fromkin dan Rodman.
“cat stand up table” (kucing berdiri di atas meja);
“No sit here” (Jangan duduk disini!).
Fromkin dan Rodman dalam safriadi (dalam situs http://kebaikanuntuksemua.blogspot.com) menyebutkan hasil peniruan yang dilakukan oleh si anak tidak akan sama seperti yang diinginkan oleh orang dewasa. Jika orang dewasa meminta sang anak untuk menyebutkan “He’s going out”, si anak akan melafalkan dengan “He go out”.
4.      Teori-teori tentang pemerolehan bahasa pertama
a.        Teori Behaviorirme
Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response ). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya.
Dalam buku Faizah (2008: 24) dijelaskan menurut pandangan kaum behavioristik, tidak ada struktur linguistik yang dibawa anak sejak lahir. Anak yang lahir dianggap kosong dari bahasa. Mereka berpendapat bahwa anak yang lahr tidak membawa kapasitas atau potensi bahasa, lingkungannyalah yang akan membentuk perlahan-lahan dikondisikan oleh lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah lakunya. Pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Pengalaman dan proses belajarlah yang akan membentuk akuisisi bahasanya.
b.       Teori Nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki perkembangan yang sama (merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan yang memiliki peran kecil di dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orandg dewasa.Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melaui “peniruan”. Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (Language Acquisition Device, disingkat LAD). Neil (Tarigan, 1998:239) mempunyai 4 ciri utama, yaitu (1) kemampuan untuk membedakan bunyi-bunyi yang lain; (2) kemampuan mengorganisasikan peristiwa-peristiwa linguistik ke dalam berbagai kelas; (3) pengetahuan mengenal jenis sistem linguistik tertentu sajalah yang mungkin mengungkapkan hal itu, sedangkan yang lain-lainnya tidak; (4) kemampuan memanfaatkan secara konstan evaluasi untuk membangun sistem yang mungkin paling sederhana dari data yang ditemukan. Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya.
c.          Teori Kognitivisme
Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak.
Pendekatan kognivistik yang dipelopori oleh Louis Bloom (http://rambyong17.wordpress.com) memandang bahwa pemerolehan bahasa anak-anak harus dilihat dari fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Itulah sebabnya penganut aliran ini membantah bahwa kalimat dua kata (pivot grammar) yang dikemukakan kaum mentalis, mungkin saja mengandung tafsiran yang lebih dari satu, karena menurut pandangan kognitivistik anak-anak bukan belajar struktur luar (surface structure ) tetapi mempelajari struktur dalam (deep structure)  dari bahasa itu.
D. Teori Interaksionisme
Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara  kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Teori fungsional yang mengemukakan bahwa terdapat tiga perkembangan bahasa pada anak yang dituturkannya dengan konstruksi negasi, konstruksi pertanyaan, dan konstruksi verba “to be” dalam bahasa Inggris, sedangkan teori tentang semantik menggunakan teori fungsional yang mengaitkan pemaknaan ucapan anak dengan situasi waktu itu. Teori sistem semantik yang menyangkut pemerolehan pada ciri-ciri individual anak secara semesta, dan teori konseptual yang menyatakan bahwa ucapan-ucapan yang dihasilkan anak-anak sebagian didesak oleh berbagai hal yang mereka pikirkan mengenai hal itu.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Faizah, Hasnah. 2008. Psikolinguistik. Pekanbaru : Cendikia Insani.
Yudibrata, Karna. Dkk.1997. Psikolinguistik. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar