OH… YONA
Oleh : Resty
Anindita Fitriani
Yona seorang anak perempuan berusia 20 tahun. Ia kuliah
di sebuah universitas di Padang. Sebelum dia kuliah di Padang, dia memiliki
sifat yang kurang baik yaitu sering berbohong kepada orang tuanya, tidak membayarkan
uang sekolah dan pemalas.
Setelah di Padang, sifatnya semakin
kurang baik dan berubah. Yona sering keluar dan pulang larut malam. Entah apa
yang ia lakukan di luar sana. Padahal perhatian orangtuanya tak pernah
berkurang. Apapun yang ia minta akan terpenuhi. Karena mama dan papanya sangat
sayang kepada Yona.
Pada suatu malam pukul 21.00 WIB,
Yona pamit kepadaku untuk keluar. Ia
pamit ingin pergi sebentar ke warnet. ”Ayu… Yona keluar sebentar ya ke warnet”
Pamit Yona kepadaku. Pakaian yang digunakannya tidak pantas. Akupun menegurnya.
”Kok malam-malam ke warnet? Mau
ngapain?” tanyaku penasaran.
”Mau cari tugas Yu…” jawabnya
singkat.
”Kenapa tidak dari tadi saja!
Sekarang kan sudah malam. Kenapa keluar pakai celana pendek? Nanti diganggu
orang baru tahu!” tegurku dengan nada
ketus.
Bukan ingin mengatur dirinya, hanya
saja aku peduli dengannya. Tetapi dia tidak menghiraukan omonganku dan langsung
pergi. Yona membuka pintu dan sudah ada seorang teman lelakinya yang menunggu
di luar. Kemudian dia pergi tanpa memperdulikan omonganku.
Kak Tia yang dari tadi ada di dalam
kamar mendengar percakapanku dengan Yona. Kak Tia bertanya kepadaku. ”Mau
kemana Yona tadi Yu?” tanya Kak Tia.
”Katanya mau ke warnet, tapi Ayu
tidak tahu Kak. Tadi dia keluar pakai
celana pendek, Ayu tegur tapi tidak dihiraukannya” keluhku kepada Kak Tia.
”Padahal kan Ayu hanya memberi tahu”.
”Biarkan saja jika dia tidak mau
mendengarkannya, kalau ada apa-apa yang penting kita sudah mengingatkan dia”
nasehat Kak Tia kepadaku.
Kak Tia memang sering memberi
nasehat. Terutama kepada Yona. Tetapi akhir-akhir ini Kak Tia tidak pernah
menasehati atau menegur Yona lagi.
Karena Yona tidak mau mendengarkan nasehat Kak Tia.
Sekitar pukul 01.00 WIB HPku
bergetar. Ternyata Yona menelponku. Ia memintaku untuk membukakan pintu rumah.
Dengan mata masih mengantuk, aku terbangun dan membukakan pintu. Tanpa
mengucapkan maaf dan terima kasih, ia langsung saja masuk ke dalam kamarnya.
Aku kesal sekali karena dia sudah mengganggu tidurku. Yona tidak berani meminta
tolong kepada Kak Tia untuk membukakan pintu karena segan. Jadi aku yang selalu
dibangunkannya.
Suatu hari mama Yona meneloponku.
Mamanya bertanya kepadaku ”Apakah benar Yona sudah membeli buku cetak untuk
kebutuhan kuliahnya?”. Mamanya memberi tahuku, bahwa dua hari yang lalu Yona
meminta uang Rp. 400.000,- untuk membeli buku cetak. “Kemarin Yona minta kirim
uang Rp. 400.000,- untuk beli buku” kata Mama Yona kepadaku. Tetapi aku tak pernah melihat
Yona membeli buku. Aku hanya melihat Yona kemarin belanja bersama
teman-temannya dan keluar malam. Aku bingung harus menjawab apa. “Ayu tidak
tahu Tante, nanti Ayu tanya kepada Yona” jawabku.
Setelah mama Yona menelponku, Yona
yang baru pulang kuliah langsung masuk ke kamarku. Ia ingin meminjam uang. “Yu,
aku boleh pinjam uang?”
“Untuk apa?” tanyaku.
“Untuk beli buku, mamaku belum kirim
uang” jawabnya dengan memelas.
“Berapa harga bukunya?”
“Lima puluh ribu Yu” jawabnya
singkat.
Dia berbohong kepadaku. Padahal
Mamanya baru saja memberi tahuku bahwa Yona telah dikirim uang untuk membeli
buku. Karena aku sudah tahu kebohongannya, aku tidak meminjamkan uang
kepadanya. Lalu aku berkata “Maaf Yon, uangku juga tinggal sedikit. Minta kirim
saja lagi sama Mamamu.”
Setelah mendengar jawabanku yang
berarti aku tidak bisa meminjamkan uang kepadanya, lalu Yona menjawab ”Ya sudah
kalau begitu” Yona kecewa karena aku tidak meminjamkannya uang dan dia keluar
dari kamarku.
Pada berikutnya, Yona keluar lagi
dan pulang sangat larut. Kali ini aku akan memberi pelajaran kepadanya. Tepat
pukul 01.00 WIB, seperti biasa dia membangunkanku untuk membukankan pintu. Aku
pura-pura tidak mendengarnya. HP aku silentkan, sehingga tidak terlalu berisik
dan menggangguku. Aku sengaja tidak membukakan pintu. Di luar hujan dan angin
kencang. Yona mengirimkan sms kepadaku.
”Ayu….
Tolong bukakan pintu, di luar hujan aku kedinginan…”
Aku tetap tidak membukakan pintu dan
pura-pura tidak tahu. Kemudian Yona memanggil-manggilku lagi. Karena tidak ada
jawaban akhirnya Yona menuju ke belakang rumah dan mulai menggedor-gedor
jendela kamarku.
”Dor…dor… dor…. Ayu, Ayu, bangun.
Tolong bukakan pintu” panggil Yona sambil menggedor jendela kamarku.
Aku tetap diam dan dia terus
memanggil-manggilku.
”Ayu, tolong Yu, bukakan pintu”
panggilnya dengan nada memelas.
Aku merasa tidak tega membiarkan
Yona lama-lama di luar. Aku pura-pura seperti bangun tidur. Kemudian aku menjawab.
”Hhhmmmm…. Iya..iya.. tunggu ya” dengan nada lesu aku menjawab.
Sekitar setengah jam lebih Yona
menunggu di luar. Jam 01.47 WIB akhirnya aku baru membukakannya pintu.
Sayangnya setelah kejadian itu dia tidak jera. Masih saja dia selalau pulang
malam. Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Aku sudah lelah menasehati dan
memberikan pelajaran kepadanya. Tetapi dia tidak mau mendengarkanku.
Suatu ketika Mama dan Papa Yona
datang ke Padang tanpa memberitahu kami semua. Mereka sampai di Padang sekitar
pukul 23.00 WIB. Aku dan Kak Tia terkejut karena pada saat itu Yona tidak ada
di rumah. Mamanya bertanya kepadaku dan Kak Tia “Kemana Yona yu??”.
”Tidak tahu tante, tadi pamitnya mau
keluar. Tapi Yona nggak bilang mau kemana” jawabku singkat.
”Kok tidak ditanya dia mau kemana.”
Tanya Tante Mira cemas.
“Ya kan Yona udah dewasa Tante,
harus ya setiap kali keluar kita tanyain” jawab Kak Tia yang duduk di
sebelahku. “Urusan kan masing-masing Nte. Kami di sini sama-sama kuliah. Sudah
berulang kali kami mengingatkan Yona agar tidak pulang larut. Tapi dia tidak
mau dengar” jelas Kak Tia.
Tante Mira hanya diam mendengar
jawaban dari Kak Tia. Kemudian dia mencoba menghubungi Yona agar segera pulang,
tetapi nomornya HPnya tidak aktif. Tante Mira merasa sangat lelah, ditambah
lagi bingung dan cemas memikirkan anaknya yang belum juga pulang. Kemudian
Tante Mira memintaku mencari kunci pintu kamar Yona. Karena mereka ingin
istirahat. Akhirnya aku menemukan kunci kamar Yona yang di letak di atas lemari
belakang. Saat Tante Mira membuka pintu kamar Yona, dia sangat terkejut. ”Ya
ampun, bagaimana mau istirahat kalau berantakan begini” keluh Tante Mira
melihat kamar Yona. Ternyata kamar Yona berantakan. Baju dimana-mana.
Kertas-kertas berserakan, handuk basah tergeletak di atas kasur. Tante Mira
menggeleng-gelengkan kepalanya. Terpaksa sebelum istirahat Tante Mira
membersihkan kamar Yona. Aku membantunya karena merasa kasihan. Sedangkan Kak
Tia masuk ke dalam kamar melanjutkan mengerjakan tugasnya.
Sekitar pukul 12.23 WIB Yona pulang.
Seperti biasa dia membangunkanku untuk membuka pintu. Dia mengetuk-ngetuk
pintu. ”Tok…tok…tok…, Ayu, buka pintu” panggil Yona. Mama Yona terbangun karena
mendengar Yona memanggil-manggilku. Kemudian Tante Mira keluar kamar dan
membukakan pintu. Tante Mira terkejut melihat anaknya pulang dengan baju lusuh.
Tante Mira mencium bau rokok dan alkohol dari baju Yona. Yona juga terkejut
bahwa yang membukakan pintu bukan aku, tetapi mamanya.
Yona dimarahi habis-habisan oleh
mamanya. Aku dan Kak Tia terbangun mendengar suara mama Yona yang sedang
marah-marah. Kami hanya bisa mendengar dari dalam kamar. Yona terdiam dan
kemudia menangis. Dia meminta maaf kepada mamanya yang sudah kecewa. ”Mama…
maafin Yona Ma. Yona tahu kalau Yona salah”
“Mau jadi apa kamu Nak? Mama sudah
percaya denganmu. Tapi kamu malah mengecewakan Mama” bentak Tante Mira kepada
Yona.
Yona ditampar papanya. Tangisan Yona
semakin keras. Tante Mira sudah hilang akal. Apa jadinya anaknya itu. Sudah
susah payah orangtuanya mencari uang untuk kuliahnya. Tapi dia malah
mengecewakannya.
”Kalau kamu masih tetap begini,
lebih baik kamu berhenti kuliah saja!” mama Yona semakin marah.
“Ampun Ma, ampun. Yona minta maaf,
Yona masih pengen kuliah Ma..” Yona memohon-mohon kepada Mama dan Papanya. “Yona
janji tidak akan mengulanginya lagi”
”Sudah! Mama sama Papa tidak percaya
lagi sama kamu. Besok kamu ikut pulang sama Papa dan Mama. Mama takut kelakuan
kamu akan lebih parah dari ini!” Akhirnya Yona berhenti kuliah. Yona harus ikut
pulang kembali ke kampungnya bersama orangtuanya. Di Padang bukannya
kuliah, malah akan hancur nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar