Jumat, 01 Mei 2015

Cerpen Oh Yona



OH…  YONA
Oleh : Resty Anindita Fitriani


            Yona seorang anak perempuan berusia 20 tahun. Ia kuliah di sebuah universitas di Padang. Sebelum dia kuliah di Padang, dia memiliki sifat yang kurang baik yaitu sering berbohong kepada orang tuanya, tidak membayarkan uang sekolah dan pemalas.
            Setelah di Padang, sifatnya semakin kurang baik dan berubah. Yona sering keluar dan pulang larut malam. Entah apa yang ia lakukan di luar sana. Padahal perhatian orangtuanya tak pernah berkurang. Apapun yang ia minta akan terpenuhi. Karena mama dan papanya sangat sayang kepada Yona.
            Pada suatu malam pukul 21.00 WIB, Yona pamit kepadaku untuk keluar.  Ia pamit ingin pergi sebentar ke warnet. ”Ayu… Yona keluar sebentar ya ke warnet” Pamit Yona kepadaku. Pakaian yang digunakannya tidak pantas. Akupun menegurnya.
            ”Kok malam-malam ke warnet? Mau ngapain?” tanyaku penasaran.
            ”Mau cari tugas Yu…” jawabnya singkat.
            ”Kenapa tidak dari tadi saja! Sekarang kan sudah malam. Kenapa keluar pakai celana pendek? Nanti diganggu orang baru tahu!” tegurku dengan nada  ketus.
            Bukan ingin mengatur dirinya, hanya saja aku peduli dengannya. Tetapi dia tidak menghiraukan omonganku dan langsung pergi. Yona membuka pintu dan sudah ada seorang teman lelakinya yang menunggu di luar. Kemudian dia pergi tanpa memperdulikan omonganku.
            Kak Tia yang dari tadi ada di dalam kamar mendengar percakapanku dengan Yona. Kak Tia bertanya kepadaku. ”Mau kemana Yona tadi Yu?” tanya Kak Tia.
            ”Katanya mau ke warnet, tapi Ayu tidak tahu Kak. Tadi dia keluar  pakai celana pendek, Ayu tegur tapi tidak dihiraukannya” keluhku kepada Kak Tia. ”Padahal kan Ayu hanya memberi tahu”.
            ”Biarkan saja jika dia tidak mau mendengarkannya, kalau ada apa-apa yang penting kita sudah mengingatkan dia” nasehat Kak Tia kepadaku.
            Kak Tia memang sering memberi nasehat. Terutama kepada Yona. Tetapi akhir-akhir ini Kak Tia tidak pernah menasehati atau menegur Yona lagi.  Karena Yona tidak mau mendengarkan nasehat Kak Tia.
            Sekitar pukul 01.00 WIB HPku bergetar. Ternyata Yona menelponku. Ia memintaku untuk membukakan pintu rumah. Dengan mata masih mengantuk, aku terbangun dan membukakan pintu. Tanpa mengucapkan maaf dan terima kasih, ia langsung saja masuk ke dalam kamarnya. Aku kesal sekali karena dia sudah mengganggu tidurku. Yona tidak berani meminta tolong kepada Kak Tia untuk membukakan pintu karena segan. Jadi aku yang selalu dibangunkannya.
            Suatu hari mama Yona meneloponku. Mamanya bertanya kepadaku ”Apakah benar Yona sudah membeli buku cetak untuk kebutuhan kuliahnya?”. Mamanya memberi tahuku, bahwa dua hari yang lalu Yona meminta uang Rp. 400.000,- untuk membeli buku cetak. “Kemarin Yona minta kirim uang Rp. 400.000,- untuk beli buku” kata Mama Yona kepadaku. Tetapi aku tak pernah melihat Yona membeli buku. Aku hanya melihat Yona kemarin belanja bersama teman-temannya dan keluar malam. Aku bingung harus menjawab apa. “Ayu tidak tahu Tante, nanti Ayu tanya kepada Yona” jawabku.
            Setelah mama Yona menelponku, Yona yang baru pulang kuliah langsung masuk ke kamarku. Ia ingin meminjam uang. “Yu, aku boleh pinjam uang?”
            “Untuk apa?” tanyaku.
            “Untuk beli buku, mamaku belum kirim uang” jawabnya dengan memelas.
            “Berapa harga bukunya?”
            “Lima puluh ribu Yu” jawabnya singkat.
            Dia berbohong kepadaku. Padahal Mamanya baru saja memberi tahuku bahwa Yona telah dikirim uang untuk membeli buku. Karena aku sudah tahu kebohongannya, aku tidak meminjamkan uang kepadanya. Lalu aku berkata “Maaf Yon, uangku juga tinggal sedikit. Minta kirim saja lagi sama Mamamu.”
            Setelah mendengar jawabanku yang berarti aku tidak bisa meminjamkan uang kepadanya, lalu Yona menjawab ”Ya sudah kalau begitu” Yona kecewa karena aku tidak meminjamkannya uang dan dia keluar dari kamarku.
            Pada berikutnya, Yona keluar lagi dan pulang sangat larut. Kali ini aku akan memberi pelajaran kepadanya. Tepat pukul 01.00 WIB, seperti biasa dia membangunkanku untuk membukankan pintu. Aku pura-pura tidak mendengarnya. HP aku silentkan, sehingga tidak terlalu berisik dan menggangguku. Aku sengaja tidak membukakan pintu. Di luar hujan dan angin kencang. Yona mengirimkan sms kepadaku.
            Ayu…. Tolong bukakan pintu, di luar hujan aku kedinginan…
            Aku tetap tidak membukakan pintu dan pura-pura tidak tahu. Kemudian Yona memanggil-manggilku lagi. Karena tidak ada jawaban akhirnya Yona menuju ke belakang rumah dan mulai menggedor-gedor jendela kamarku.
            ”Dor…dor… dor…. Ayu, Ayu, bangun. Tolong bukakan pintu” panggil Yona sambil menggedor jendela kamarku.
            Aku tetap diam dan dia terus memanggil-manggilku.
            ”Ayu, tolong Yu, bukakan pintu” panggilnya dengan nada memelas.
            Aku merasa tidak tega membiarkan Yona lama-lama di luar. Aku pura-pura seperti bangun tidur. Kemudian aku menjawab. ”Hhhmmmm…. Iya..iya.. tunggu ya” dengan nada lesu aku menjawab.
            Sekitar setengah jam lebih Yona menunggu di luar. Jam 01.47 WIB akhirnya aku baru membukakannya pintu. Sayangnya setelah kejadian itu dia tidak jera. Masih saja dia selalau pulang malam. Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Aku sudah lelah menasehati dan memberikan pelajaran kepadanya. Tetapi dia tidak mau mendengarkanku.
            Suatu ketika Mama dan Papa Yona datang ke Padang tanpa memberitahu kami semua. Mereka sampai di Padang sekitar pukul 23.00 WIB. Aku dan Kak Tia terkejut karena pada saat itu Yona tidak ada di rumah. Mamanya bertanya kepadaku dan Kak Tia “Kemana Yona yu??”.
            ”Tidak tahu tante, tadi pamitnya mau keluar. Tapi Yona nggak bilang mau kemana” jawabku singkat.
            ”Kok tidak ditanya dia mau kemana.” Tanya Tante Mira cemas.
            “Ya kan Yona udah dewasa Tante, harus ya setiap kali keluar kita tanyain” jawab Kak Tia yang duduk di sebelahku. “Urusan kan masing-masing Nte. Kami di sini sama-sama kuliah. Sudah berulang kali kami mengingatkan Yona agar tidak pulang larut. Tapi dia tidak mau dengar” jelas Kak Tia.
            Tante Mira hanya diam mendengar jawaban dari Kak Tia. Kemudian dia mencoba menghubungi Yona agar segera pulang, tetapi nomornya HPnya tidak aktif. Tante Mira merasa sangat lelah, ditambah lagi bingung dan cemas memikirkan anaknya yang belum juga pulang. Kemudian Tante Mira memintaku mencari kunci pintu kamar Yona. Karena mereka ingin istirahat. Akhirnya aku menemukan kunci kamar Yona yang di letak di atas lemari belakang. Saat Tante Mira membuka pintu kamar Yona, dia sangat terkejut. ”Ya ampun, bagaimana mau istirahat kalau berantakan begini” keluh Tante Mira melihat kamar Yona. Ternyata kamar Yona berantakan. Baju dimana-mana. Kertas-kertas berserakan, handuk basah tergeletak di atas kasur. Tante Mira menggeleng-gelengkan kepalanya. Terpaksa sebelum istirahat Tante Mira membersihkan kamar Yona. Aku membantunya karena merasa kasihan. Sedangkan Kak Tia masuk ke dalam kamar melanjutkan mengerjakan tugasnya.
            Sekitar pukul 12.23 WIB Yona pulang. Seperti biasa dia membangunkanku untuk membuka pintu. Dia mengetuk-ngetuk pintu. ”Tok…tok…tok…, Ayu, buka pintu” panggil Yona. Mama Yona terbangun karena mendengar Yona memanggil-manggilku. Kemudian Tante Mira keluar kamar dan membukakan pintu. Tante Mira terkejut melihat anaknya pulang dengan baju lusuh. Tante Mira mencium bau rokok dan alkohol dari baju Yona. Yona juga terkejut bahwa yang membukakan pintu bukan aku, tetapi mamanya.
            Yona dimarahi habis-habisan oleh mamanya. Aku dan Kak Tia terbangun mendengar suara mama Yona yang sedang marah-marah. Kami hanya bisa mendengar dari dalam kamar. Yona terdiam dan kemudia menangis. Dia meminta maaf kepada mamanya yang sudah kecewa. ”Mama… maafin Yona Ma. Yona tahu kalau Yona salah”
            “Mau jadi apa kamu Nak? Mama sudah percaya denganmu. Tapi kamu malah mengecewakan Mama” bentak Tante Mira kepada Yona.
            Yona ditampar papanya. Tangisan Yona semakin keras. Tante Mira sudah hilang akal. Apa jadinya anaknya itu. Sudah susah payah orangtuanya mencari uang untuk kuliahnya. Tapi dia malah mengecewakannya.
            ”Kalau kamu masih tetap begini, lebih baik kamu berhenti kuliah saja!” mama Yona semakin marah.
            “Ampun Ma, ampun. Yona minta maaf, Yona masih pengen kuliah Ma..” Yona memohon-mohon kepada Mama dan Papanya. “Yona janji tidak akan mengulanginya lagi”
            ”Sudah! Mama sama Papa tidak percaya lagi sama kamu. Besok kamu ikut pulang sama Papa dan Mama. Mama takut kelakuan kamu akan lebih parah dari ini!” Akhirnya Yona berhenti kuliah. Yona harus ikut pulang kembali ke kampungnya bersama orangtuanya. Di Padang bukannya kuliah,  malah akan hancur nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar