Jumat, 01 Mei 2015

Cerpen "Pesan Kakak"

PESAN KAKAK
Oleh : Resty Anindita Fitriani


            Rintik-rintik hujan yang tadinya deras kini mulai mereda. Aku masih menanti dirinya duduk di halte bis, ditemani handphoneku yang dari tadi terus melantunkan lagu favoritku A Thousand Years. Tiba-tiba sebuah mobil BMW berhenti tepat di depanku. Seseorang di dalamnya membuka kaca mobil. “Lama ya nuggunya?” tanya seorang lelaki dari dalam mobil. ”Lama banget Kak. Kakak kemana aja sih?” keluh Lana kepada kakanya Robi. Dia sangat kesal karena menunggu. Mukanya hanya di tekuk cemberut dan bibirnya manyun.
            “Sory ya dek, Kakak kena macet tadi. Ayo gih masuk ke mobil.” Robi minta maaf kepada Lana. “Ok… ok.. Kakakku sayang. Lain kali jangan telat ya.” Lana bergegas masuk ke dalam mobil. Karena, gerimis tak kunjung henti.
            Robi dan Lana kakak beradik. Setiap hari Robi selalu menjemput Lana pulang sekolah. Lana masih kelas 2 SMA dan Robi sudah duduk di bangku kuliah. Mereka begitu dekat, karena Robi sangat sayang kepada adik satu-satunya itu. Meskipun Lana kerap kali membuat Robi kesal, tetapi Robi tak pernah marah.
            Orang tua meraka jarang di rumah dan sangat sibuk. Sering sekali pergi ke luar kota, bahkan ke luar negeri. Tidak heran jika Lana manja kepada Robi, sampai-sampai saat ini Robi belum memiliki kekasih. Lana selalu cemburu jika Robi dekat dengan wanita lain. Ia takut jika kakak kesayangannya itu memiliki pacar, maka kasih sayangnya akan berkurang.
            Saat di dalam mobil menuju rumah, mereka saling bersenda gurau. Tertawa hingga rasa kesal di dalam hati Lana tidak terlihat lagi.
            “Dek ayo tebak, sapi… sapi apa yang tidak bisa makan rumput?” Robi memberi teka teki kepada adiknya.
            “Hhmm apa ya Kak? Semua sapi makannya rumput kakak..”
            “Sapi ompong Lana….” Robi tertawa sangat keras begitu juga dengan Lana, tertawa lepas sekali.
            Mereka berdua terlihat sangat gembira sekali. Tiba-tiba Lana terhenti dari tawa dan wajahnya berubah menjadi sedih. Saat melihat hal tersebut, tawa Robi juga ikut menghilang.
            “Kamu kenapa Adekku sayang?” tanya Robi sambil tangan sebelah kiri mengusap-usap kepala Lana dan tangan kanannya masih fokus dengan setir mobil.
            “Andai Mama sama Papa bisa bersama kita saat ini. Pasti kita lebih bahagia ya Kak?” Lana menundukkan kepalanya dan air matanya mulai jatuh.
            “Iya Dek, mereka memang tidak pernah memikirkan kita. Tapi kan saat ini ada Kakak yang selalu menemani kamu.” Robi menghibur Lana.
            “Mereka selalu saja meninggalkan kita! Mereka tidak pernah perduli dengan kita Kak. Kakak janji ya jangan tinggalkan aku seperti Mama dan Papa.” Lana memandang mata Kakaknya.
            “Iya adekku sayang.” Dan setelah jawaban itu, Robi terdiam dan melamun. Tiba-tiba dia menginjak rem mobil dengan mendadak.
            “Kakak kenapa? Kok ngerem mendadak?” Lana merasa terkejut dan Syok.
            Robi terdiam dan tiba-tiba melihat mereka berhenti di depan sebuah minimarket. “Kakak mau beli sesuatu. Kakak malas untuk turun, kamu mau ya belikan kakak coklat silverquin sama ini” pintanya. Robi memberikan secarik kertas yang dilipat kepada Lana.
            “Ok deh Kakak. Aku turun dulu ya.” Lana keluar dari mobil dan masuk ke dalam minimarket. Lana penasaran apa yang kakaknya ingin beli dan membuka kertas tersebut. Di dalamnya tertulis.

“Lana….adik ku…
 Maaf  kalau Kakak ada salah sama kamu.
Maaf kalau Kakak tidak bisa selalu bersama kamu. Kamu jangan bersedih ya. Masih ada Mama dan Papa yang akan menjaga kamu. Mereka berdua sayang kepada kamu. Coklat yang kamu beli nanti, sebagai tanda maaf dari Kakak karana Kakak tidak bisa selalu menjaga kamu.
Jadilah wanita yang kuat, dan tidak selalu mengandalkan orang lain.
Kakak sayang sama Lana. Dan kasih sayang itu tidak akan pernah hilang. Jangan tangisi kepergian Kakak”

 Robi             

 
           
           Ternyata kertas itu adalah sebuah surat dari Robi. Betapa sedihnya Lana membaca surat tersebut. Saat membaca surat tersebut, tiba-tiba dari luar minimarket terdengar suara mobil tabrakan.
            Gubraaaaaaakkkkkk……..
            Lana cepat-cepat keluar dari dalam minimarket tersebut dan dilihatnya ternyata mobil kakanya telah hancur di hanta sebuah truk besar. Lana menangis melihat hal tersebut. Ia langsung lari menuju mobil kakaknya yang telah hancur itu.
                Lana berteriak memanggil Kakaknya “Kakak…. Kak Robi… Kakak……” Lana menangis sangat keras “Kakak… kenapa Kakak tinggalin Lana….!   
            Orang-orang sekitar langsung berdatangan. Tak lama kemudian polisi dan ambulance juga datang ke tempat kejadian. Mayat Robi berlumuran darah. Nyawanya sudah tidak ada lagi. Saat di bawa ke rumah sakit menggunakan ambulance, mayat Robi tidur di pangkuan Lana adiknya. Lana menangis sejadi-jadinya. Tapi ia sadar bahwa memang tak selamanya Robi bisa selalu bersama dan menjaganya. Saat mengingat pesan di dalam kertas itu, ia berhenti menangis meski hatinya begitu sedih dan hancur.

1 komentar: