Rabu, 22 April 2015

Ungkapan Tradisional



BAB    I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kebudayaan sebuah negara merupakan kesatuan masyarakat dalam bidang bahasa, agama, ekonomi, kesenian, pelajaran yang berkaitan dengan kelakuan dan kegiatan manusia. Secara keseluruhan, kebudayaan adalah penyatuan jumlah corak-corak perlakuan manusia. Dalam bidang kesenian, suatu masyarakat memiliki corak-corak kesenian yang khusus dan unik.
Masyarakat melayu mempunyai beberapa bentuk sastra yang tradisional, yang melambangkan kebudayaan melayu. Salah satunya yaitu ungkapan tradisional. Ungkapan tradisional merupakan suatu kiasan yang terdapat di daerah melayu. Di melayu banyak sekali macam-macam ungkapan tradisional tersebut.
Ungkapan tradisional melayu merupakan warisan dari nenek moyang orang-orang melayu. Ungkapan tersebut dijadikan sebagai pendidikan atau sebagai motivasi bagi masyarakat melayu itu sendiri. Makalah ini akan membahas tentang berbagai macam ungkapan tradisional melayu.
1.2  Rumusan Masalah
            Agar makalah ini bisa tersusun rapi maka penulis membuat perumusan masalah agar tidak menyimpang dari tujuan, yaitu :
-          Apa pengertian ungkapan tradisional ?
-          Apa macam-macam ungkapan tradisional ?
-          Apa contoh ungkapan tradisional ?

1.3  Tujuan Pembuatan Makalah
            Sejalan dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan diantaranya sebagai berikut :
-          Untuk mengetahui apa itu ungkapan tradisional.
-          Untuk mengetahui macam-macam ungkapan tradisional.
-          Untuk mengetahui contoh ungkapan tradisional.

1.4  Manfaat Penulisan Makalah
      Setelah makalah ini berhasil diselesaikan, kiranya dapat memberikan kontribusi bagi berbagi pihak, diantaranya sebagi berikut:
·         Manfaat Teoritis
            Secara teoritis makalah ini akan memberikan kontribusi terhadap disiplin ilmu sastra. Yang masing-masing memiliki keterkaitan dengan kadar berbeda-beda.
·         Manfaat Parktis
Secara praktis penelitian ini  memilki manfaat sebagai berikut :
a)      Bagi mahasiswa, diharapkan dapat memberikan wawasan baru berkenaan dengan ungkapan tradisional.
b)      Membantu dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat.
·         Manfaat Edukatif
            Sebagai bahan pembelajaran baik di lingkungan formal maupun di lingkungan nonformal. Khususnya di perguruan tinggi.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ungkapan Tradisional       
            Secara umum ungkapan disebut juga idiom atau sinonim. Pengertian ungkapan dalam Kamus Umum WJS. Poerwadarminta halaman 1129 (dalam Yuzar, 2005:9) adalah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan sesuatu maksud dengan arti kiasan (melihat bulan, haid; celaka tiga belas).
            Ungkapan ialah segala bentuk tuturan lisan yang diucapkan yang mana pembedanya ialah cara penuturannya. Ungkapan tradisional merupakan tuturan yang tumbuh dalam masyarakat tradisional misalnya suatu peribahasa atau pepatah sebagai pendidikan atau pengajaran. Ungkapan tradisional biasanya disampaikan secara lisan. Ungkapan tradisional itu ada sebagai suatu pendidikan atau sebagai ajaran bagi masyarakat melayu. Zaman dulu untuk menegur seseorang atau memuji seseorang tidak secara langsung, namun menggunakan ungkapan-ungkapan yang bermakna kiasan.
            Ungkapan tradisional merupakan suatu peribahasa atau pepatah sebagai pendidikan. Ungkapan tradisional biasanya disampaikan secara lisan. Ungkapan tradisional itu ada sebagai suatu pendidikan atau sebagai ajaran bagi masyarakat melayu. Zaman dulu untuk menegur seseorang atau memuji seseorang tidak secara langsung, namun menggunakan ungkapan-ungkapan yang bermakna kiasan. Ungkapan tradisional ada beberapa macam diantaranya sebagai berikut.
1.      Peribahasa
            Peribahasa menurut kamus KBBI adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, dan perumpamaan), ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.
            Peribahasa adalah ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung pengertian tertentu, bidal, pepatah. Beberapa peribahasa merupakan perumpamaan yaitu perbandingan makna yang sangat jelas karena didahului oleh perkataan "seolah-olah", "ibarat", "bak", "seperti", "laksana", "macam", "bagai", dan "umpama".
Contoh peribahasa:
Dayung sudah di tangan, perahu sudah di air
Maksud: Segala-gala yang dikehendaki sudah diperoleh.
Yang lama dikelek, yang baharu didukung
Maksud : Adat yang lama tetap diamalkan di samping budaya hidup yang baharu.
Seperti lembu dicucuk hidung
Maksud : Orang yang selalu menurut kemahuan orang
Tak lapuk dek hujan, tak lekang dek panas
Maksud : Adat yang tidak berubah; sesuatu yang tetap utuh.
Bagai kaca terhempas ke batu
Maksud : Sangat sedih atau kecewa.
Bulat air kerana pembetung, bulat manusia kerana muafakat
Maksud : Kata sepakat yang dicapai dalam mesyuarat.
Bagai Aur Dengan Tebing
Maksud : Hubungan yang rapat antara sama sama yang lain dan saling membantu.            
2.      Pepatah
            Menurut kamus KBBI pepatah merupakan peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang-orang tua (biasanya dipakai atau diucapkan untuk mematahkan lawan bicara). Pepatah ini sama dengan peribahasa. Ada juga yang menyebutkan bahwa pepatah adalah seni berbicara untuk mematahkan pendapat orang lain sedangkan Petitih adalah seni berbicara untuk menitihkan (baiyo batido) pendapat dunsanak nan lain, semoga bemanfaat, amin ya Rabbal alamin. Pepatah; ungkapan yang berisikan (anjuran, karangan, kritikan, dan sindiran) yang disampaikan dalam satu kalimat pendek.
Lamun keyeng tangtu pareng (jika ada kemauan segala keinginan akan tercapai)
Ulah poho ka waktu (jangan melupakan waktu)
Mending waleh manan leweh (lebih baik berusaha daripada berputus asa)
2.2 Contoh Ungkapan Tradisional
Mali melanggah kubo
Nandek tebengun kepaleu ayah

Mali melangkah kubur
Nanti terbangun kepala ayah
            Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan (Allah) yang paling tinggi derajadnya. Ketinggian derajad itu ditandai oleh akal yang dimilikinya. Dengan akalnya itulah manusia menumbuh-kembangkan kebudayaan yang berfungsi sebagai acuan untuk menghadapi lingkungannya dalam arti luas. Dalam berinteraksi dengan sesamanya misalnya, dalam hal ini satu dengan lainnya, tidak hanya saling-menghormati ketika seorang manusia masih hidup di dunia. Ketika seseorang mati pun masih dihormatinya. Hal itu tercermin dari ungkapan yang mengkaitkan antara kuburan dan ayah. Ayah, sebagaimana kita tahu, bagi seorang anak adalah “segalanya”. Ia tidak hanya sebagai “pengukir”, tetapi juga sebagai pengarah dan pembimbing yang sejati. Melangkahi kubur dapat diartikan sebagai tidak menghormati kepada orang tuanya (ayahnya). Dengan demikian, nilai yang terkandung dalam ungkapan ini adalah nilai kemanusiaan.
Mali maki ughang lah mati
Nandek lah mati kenak sikseu

Mali memaki orang yang sudah mati
Nanti sudah mati kena siksa
Mati artinya menjalani kehidupan lain (akhirat). Agar yang mati dapat mempertanggungjawabkan tentang apa yang dilakukan pada waktu masih hidup (di dunia), maka pesan yang terdapat dalam ungkapan ini adalah semestinya tidak perlu diperbincangkan keburukannya (dimaki) karena hal itu hanya akan menyiksa si mati itu sendiri. Dan, sebagai orang yang beriman tentunya tidak melakukannya. Ungkapan ini, dengan demikian, mengandung nilai keihklasan.
Mali nyikseu kuceng
Nandek maghah Nabi

Mali menyiksa kucing
Nanti marah Nabi
            Kucing, sebagaimana halnya manusia, adalah makluk ciptaan Tuhan. Sebagai sesama makluk tentunya harus saling menghargai. Apalagi, kucing sebagaimana kita tahu, adalah binatang kesayangan Nabi Muhammad S.A.W. Menyiksa kucing, dengan demikian dapat diartikan sebagai tidak menghargai sesama makluk hidup dan sekaligus tidak menghormati junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W. Jadi, ungkapan ini mempunyai pesan jangan semena-mena terhadap sesama makluk hidup. Ungkapan ini, dengan demikian, mengandung nilai penghormatan, baik kepada sesama makluk hidup maupun junjungan kita Nabi Besar Muhammad S.A.W.
Mali kemeh ngadep kiblet
Nandek benggak butoh

Mali kencing menghadap kiblat
Nanti bengkak kemaluan laki-laki
            Kiblat adalah arah yang dituju bagi para muslim untuk bersembahyang. Ini artinya, arah ini sakral. Sehubungan dengan itu, pesan yang ingin disampaikan melalui ungkapan ini adalah sebagai arah yang sakral tentunya tidak pantas untuk dikotori (dikencingi). Dengan demikian, ungkapan ini mengandung nilai kesakralan atau penghormatan terhadap sesuatu yang sakral.
Mali nyipak Al Quran
Nandek tulah

Mali menyepak Al Quran
Nanti bengkak/kembung perut
            Al Quran adalah kitab suci orang Islam. Sebagai sesuatu yang suci tentunya harus diperlakukan sebagaimana mestinya dan bukan disepak. Sehubungan dengan itu, pesan yang ingin disampaikan dalam ungkapan ini adalah menyepaknya berarti sama saja tidak menghormati kitab suci dan sekaligus orang Islam. Sehubungan dengan itu, maka ungkapan ini mengandung nilai penghormatan terhadap kitab suci dan sekaligus pemiliknya.
Mali  duduk melekang lawang
Nandek tulak lih andu

Mali duduk membelakangi pintu
Nanti ditolak oleh hantu
            Pintu adalah jalan untuk keluar-masuk orang. Duduk membelakangi pintu, selain dapat terjatuh (jika ada yang membukanya dari dalam), yang tidak kalah pentingnya adalah menghalangi orang yang akan keluar-masuk. Oleh karena itu, duduk membelakangi pintu tidak diperbolehkan. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini keterbukaan.
Mali makan jeuh deghi duleng
Nandek landuk susu bini

Mali makan jauh dari dulang (talam)
Nanti panjang ke bawah susu bini
            Makan jauh dari talam dapat menyebabkan nasi dan atau lauk-pauknya tercecer, sehingga terkesan berantakan. Makan dengan cara seperti dianggap tidak sopan. Oleh karena itu, makan jauh dari talam tidak diperbolehkan. Nilai yang terdapat dalam ungkapan ini, dengan demikian, adalah kesopansantunan dan atau kerapihan.
Mali mesok tangan delem pinggen
Nandek benyek utang

Mali membasuk tangan dalam pinggan
Nanti banyak hutang
            Pinggan adalah tempat untuk menaruh sayur dan bukan untuk mencuci tangan. Oleh karena itu, mencuci tangan dalam pinggan tidak diperbolehkan. Nilai yang terkandung di dalam ungkapan ini adalah ketertiban (menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya).
Mali besiol delem ghumah
Nandek naek ula

Mali bersiul dalam rumah
Nanti naik ular
            Rumah identik dengan kedamaian dan ketenteraman. Sementara siulan dapat mengusiknya. Oleh karena itu, bersiul di dalam rumah tidak diperbolehkan. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini adalah tempat ketenteraman.
Mali mecot ughang dengan sapu
Nandek sia

Mali melecut orang dengan sapu
Nanti sial
            Sapu fungsinya adalah untuk membersihkan rumah dan atau halaman. Jadi, bukan untuk melecut orang. Oleh karena itu, melecut orang dengan sapu tidak diperbolehkan. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini adalah ketertiban (menempatkan atau menggunakan sesuatu sesuai dengan tempat atau fungsinya).
Ada genting menanti putus, ada retak menanti pecah, ada biang menanti tebuk
(Ada genteng menanti putus, ada retak menanti pecah, ada biang menanti tebuk)
            Segala sesuatu yang akan terjadi diawali dengan berbagai tanda. Agar segala sesuatu yang akan terjadi atau terjadi tidak menimbulkan hal-hal yang diinginkan (merugikan dan atau menyengsarakan), maka perlu adanga sikap kehati-hatian. Dan, sesuatu yang bisa saja terjadi yang pada gilirannya bisa merugikan atau menyengsarakan, digambarkan dengan genteng yang retak dan biang akan tebuk. Ini artinya sebuah peringatan agar seseorang harus hati-hati. Oleh karena itu, nilai yang terkandung dalam seloka ini adalah nilai kehati-hatian.
Bajalan sampai kebateh, belajar sampai kepulau
            Setiap orang mempunyai cita-cita. Ada yang sederhana dan ada pula yang setinggi langit. Jika apa yang dicita-citakan oleh seseorang tercapai, maka ketercapaian cita-cita itu diungkapkan sebagai “Bajalan sampai kebateh, belajar sampai kepulau”. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini, dengan demikian, adalah keberhasilan.
Bak dalam dengan ketitir, angguk seangguk segayo tidak
            Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam bermasyarakat. Jika dalam suatu perbincangan terdapat orang berbeda pendapat, maka orang yang bersangkutan disebut sebagai “bak dalam dengan ketitir, angguk seangguk segayo tidak”. Nilai yang terkandung dalam ungkapan, dengan demikian, adalah keberagaman.
Bak kerakap tumbuh dibatu, hidup segan matipun tak mau
            Setiap orang menginginkan hidup yang sejahtera. Namun demikian, ada kalanya kehidupan yang diinginkan itu jauh dari kenyataannya, walaupun berbagai usaha telah dilakukannya. Jika hal seperti itu menimpa seseorang, maka orang yang bersangkutan dinungkapkan bak kerakap tumbuh dibatu, hidup segan matipun tak mau. Nilai yang terkandung dalam ungkapan ini adalah kepasrahan.
           







BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
            Ungkapan tradisional merupakan suatu peribahasa atau pepatah sebagai pendidikan. Ungkapan tradisional biasanya disampaikan secara lisan. Ungkapan tradisional itu ada sebagai suatu pendidikan atau sebagai ajaran bagi masyarakat melayu.
            Peribahasa adalah ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung pengertian tertentu, bidal, pepatah. Beberapa peribahasa merupakan perumpamaan yaitu perbandingan makna yang sangat jelas karena didahului oleh perkataan "seolah-olah", "ibarat", "bak", "seperti", "laksana", "macam", "bagai", dan "umpama".
            Menurut kamus KBBI pepatah merupakan peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang-orang tua (biasanya dipakai atau diucapkan untuk mematahkan lawan bicara). Pepatah ini sama dengan peribahasa. Pepatah adalah seni berbicara untuk mematahkan pendapat orang lain sedangkan Petitih adalah seni berbicara untuk menitihkan (baiyo batido) pendapat dunsanak nan lain, semoga bemanfaat, amin ya Rabbal alamin.
3.2 Saran
Hendaknya ungkapan tradisional dapat menambah pengetahuan siswa tentang ungkapan tradisional dan bisa menambah ilmu siswa. Selain itu makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca selain siswa.



























DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar