Rabu, 22 April 2015

Cerpen



TAMAN BUNGA BUNDA
Oleh : Resty Anindita Fitriani


            Dina adalah seorang anak perempuan berusia 15 tahun. Dia tidak suka dengan yang namanya bunga. Karena pada saat dia masih berumur 7 tahun, dia pernah di lempar oleh seorang temannya dengan setangkai bunga mawar yang berduri. Terkena dahinya dan berdarah. Selain itu, Dina juga pernah tersengat lebah karena memetik setangkai bunga melati. Sejak saat itu dia benci sekali dengan yang namanya bunga. Meski tak semua bunga memiliki duri dan bersarang lebah. Dia benar-bena tidak menyukainya.
            Dina mempunya seorang Bunda yang sangat dia sayangi. Bundanya lumpuh dan menggunakan kursi roda. Bunda Dina sangat suka dengan yang namanya bunga. Bundanya sengaja membuat sebuah taman bunga di belakang rumahnya. Hari-harinya dihabiskan di taman bunga untuk merawat bunga-bunganya. Bundanya sering mengajak Dina ke taman bunga tersebut, tetapi Dina tidak pernah mau. Padahal taman bunga itu sangat indah.
            “Dina ayo ke mari, temani Bunda menyirami bunga di taman belakang.” Ajak Bunda sambil tersenyum kepada Dina.
            “Maaf ya Bunda, Bunda kan tahu Dina tidak suka dengan bunga. Jadi Dina tidak bisa menemani Bunda.” jawabnya dengan rasa sedih.
            “Sayang, bunga itu sangat indah dan tidak semua bunga itu berduri.” Bunda hanya tersenyum meski kecewa karena Dina menolak ajakannya. Dina hanya bisa membalas dengan senyuman kembali.
            Taman bunga milik Bunda tidak terlalu besar. Namun sangat indah dah strategis. Di taman tersebut ada berbagai macam bunga. Di antaranya bunga mawar dengan berbagai macam warna, bunga melati, bunga angsoka, bunga anggrek, dan lain sebagainya. Selain ada bunga-bunga, taman tersebut dilengkapi dengan kolam kecil yang unik. Di  dalamnya ada 3 ekor ikan mas koi, dan di atasnya di Tanami bunga-bunga yang hijau. Sungguh sangat indah taman bunga Bunda tersebut. Sangat nyaman dan tenang untuk bersantai. Di taman itu juga ada 3 batang pohon yang rimbun. Sehingga membuat taman tersebut menjadi teduh dan sejuk. Angin sepoi-sepoi terasa di sana. Tetapi Dina tidak pernah mau ke taman itu. Bundanya berharap bahwa Dina juga suka dengan taman tersebut dan dapat merawatnya.
            Suatu hari Bunda Dina sakit keras. Saat itu Bunda meminta agar Dina mau mengantar dan menemaninya ke taman bunga untuk bersantai meski dalam keadaan sakit. Dina yang benci dengan bunga dan tidak pernah ke taman tersebut ingin menolak permintaan ibunya, tetapi tidak tega. Oleh sebab itu, mau tidak mau dia harus mengantar dan menemani Bundanya ke taman tersebut.
            “Sayang, Bunda ingin sekali ke taman bunga. Tetapi Bunda tidak sanggup mendorong kursi roda ini. Tolong kamu antarkan Bunda ke sana ya.” Bunda meminta dengan suara sangat pelan.
            Dina terdiam sejenak, sebenarnya dia enggan. Namun karena demi Bunda yang ia sayangi iya akhirnya mau mengantar Bunda ke taman. “Baik Bunda, ayo Dina antar Bunda ke taman.”
            Bunda sangat senang karena Dina mau mengantarnya ke taman. Saat Dina mendorong kursi roda Bundanya dan memasuki taman tersebut. Dina merasa terkejut, dia menyadari bahwa taman bunga milik Bunda sangat indah. Dina hanya bisa terdiam dan menikmati angin sepoi-sepoi. Saat di taman, mamanya berkata kepada Dina bahwa jika mamanya nanti sudah tidak ada, mamanya ingin Dina menjaga dan merawat semua bunga-bunga yang ada di taman tersebut.
            “Sayang, jika suatu saat nanti Bunda sudah tidak ada lagi. Kamu tolong rawat bunga-bunga Bunda ini. Hanya ini yang bisa Bunda tinggalkan buat kamu sayang.” Dina merasa sedih dengan ucapan Bundanya tersebut.
            “Bunda kok berbicara seperti itu, Bunda pasti baik-baik saja kok.” Dina mulai meneteskan air matanya. “Dina sayang sama Bunda.” Dina memeluk Bundanya dengan erat.
            Beberapa minggu kemudian penyakit Bunda Dina makin parah. Bunda harus di rawat di rumah sakit. Belum sampai di rumah sakit, tiba-tiba di tengah jalan Bunda Dina meninggal dunia. Betapa sedih hati Dina karena di tinggal Bunda. Dia menangis karena hatinya sangat sedih. “Bunda… Bunda jangan pergi. Mengapa Bunda meninggalkan Dina?” Dina menangis. “Dina janji, Dina akan merawat semua bunga-bunga Bunda.” Dina memeluk jasad Bundanya.
            Setelah kepergian Bundanya, setiap hari dina ke taman bunga milik Bunda. Dia menjadi cinta sekali dengan bunga-bunga yang di tanam Bundanya. Setiap pulang sekolah, hari-harinya di habiskan di taman bunga tersebut.. Dia mengabulkan permintaan Bundanya untuk merawat taman bunga tersebut. Jika ia rindu dengan Bunda, dia selalu berada di taman itu.
             
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar