BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Berbahasa merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan manusia dengan manusia yang lain. Kegiatan berbahasa ini bisa
berbentuk tulis dan lisan. Dengan berbahasa yang baik, kita dapat menyampaikan
sesuatu kepada orang lain dan orang lain akan mengerti pada apa yang kita
sampaikan. Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya
memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang. Kesalahan
berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah
bahasa yang bersangkutan. Kekeliruan berbahasa yang terjadi secara tidak sistematis,
bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan,
melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya
sudah dikuasai. Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi.
Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam
melaflakan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat, dan
sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada berbagai
tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh penutur
bila yang bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian.
Penutur sebenarnya telah mengetahui
sistem linguistik bahasa yang digunakan, tetapi karena suatu hal dia lupa akan
sistem tersebut. Kelupaan itu biasanya tidak lama.
Kesalahan berbahasa adalah suatu
peristiwa yang bersifat inheren dalam setiap pemakaian bahasa baik secara lisan
maupun tulis. Baik orang dewasa yang telah menguasai bahasanya, anak-anak,
maupun orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa dapat melakukan
kesalahan-kesalahan berbahasa pada waktu mereka menggunakan bahasanya. Namun,
jenis serta frekuensi kesalahan berbahasa pada anak-anak serta orang asing yang
sedang mempelajari suatu bahasa berbeda dengan orang dewasa yang telah
menguasai bahasanya. Perbedaan ini bersumber dari perbedaan penguasaan
kaidah-kaidah gramatika (grammatical competence) yang pada gilirannya juga
menimbulkan perbedaan realisasi pemakaian bahasa yag dilakukannya (performance).
Di samping itu, perbedaan itu juga bersumber dari penguasaan untuk menghasilkan
atau menyusun tuturan yang sesuai dengan konteks komunikasi (comunicative
competence) .
Salah satu hambatan dalam proses
komunikasi adalah kurangnya keterampilan berbahasa. Ujud kurangnya keterampilan
berbahasa itu antara lain disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa.
Kesalahan-kesalahan berbahasa ini menyebabkan gangguan terhadap peristiwa
komunikasi, kecuali dalam hal pemakaian bahasa secara khusus seperti dalam
lawak, jenis iklan tertentu, serta dalam puisi. Dalam pemakaian bahasa secara
khusus, terkadang kesalahan berbahasa sengaja dibuat atau disadari oleh penutur
untuk mencapai efek tertentu seperti lucu, menarik perhatian dan mendorong
berpikir lebih intens.
Dalam
masyarakat bahasa tertentu, misalnya dalam masyarakat Jawa, kesalahan-kesalahan
berbahasa baik kesalahan gramatika maupun kesalahan yang berkenaan dengan
konteks pemakaian mempengaruhi pandangan orang lain terhadap status sosial
orang yang berbuat kesalahan berbahasa tersebut. Kesalahan berbahasa yang
berkaitan dengan konteks adalah kesalahan memilih ragam bahasa yang berkaitan
dengan tingkat tutur yang terdapat dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan
istilah unggah ungguh. Kesalahan berbahasa dalam masyarakat Jawa
dianggap sebagai noda. Oleh karena itu, dengan sadar setiap pemakai bahasa
berusaha untuk memakai bahasa sesuai dengan kaidah gramatika serta ketepatan
pemilihan ragam tingkat tutur sesuai dengan konteksnya. Dalam masyarakat Jawa,
identifikasi seseorang antara lain dapat dilihat dari pemakaian bahasanya. Hal
ini sesuai dengan tinjauan fungsi bahasa dari pandangan Sosiolinguistik.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan
oleh faktor kompetensi, artinya penutur memang belum memahami sistem linguistik bahasa
yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten dan
sistematis. Namun, kesalahan berbahasa akan berkurang apabila tahap pemahaman
semakin meningkat. Dalam berbahasa sehari-hari banyak ditemukan kesalahan
berbahasa pada aspek fonologi. Oleh sebab itu, penulis akan mencoba menganalisis
kesalahan berbahasa pada aspek fonologi yang
dipergunakan oleh mahasiswa ketika kegiatan belajar di dalam kelas.
1.2
Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah
1. Apa
jenis-jenis kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dalam kegiatan belajar
mahasiswa PBSI angkatan 2010?
2. Faktor-faktor
apa yang menyebabkan terjadinya
kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dalam kegiatan belajar mahasiswa
PBSI angkatan 2010?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat
makalah ini adalah:
1. Mengetahui
jenis-jenis kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dalam kegiatan belajar
mahasiswa PBSI angkatan 2010?
2. Mengetahui
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dalam kegiatan belajar mahasiswa
PBSI angkatan 2010?
1.4
Manfaat
Adapun
manfaat makalah ini adalah :
1.
Praktis
Diharapkan makalah ini dapat
memudahkan pembaca, khususnya pelajar, dalam menambah pengetahuan tentang
analisis kesalahan berbahasa pada aspek fonologi.
2.
Edukatif
Diharapkan makalah ini dapat
membantu pembaca untuk menambah
pengetahuan dalam pemahaman terhadap bidang fonologi khususnya yang berhubungan
dengan kealahan berbahasa.
3.
Teoretis
Penulis mengharapakan agar makalah
ini dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai acuan oleh pembaca dalam mengetahui tentang teori-teori yang
berhubungan dengan analisis kesalahan
berbahasa pada aspek fonologi.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
2.1. Pengertian
Kesalahan Berbahasa
Kesalahan
berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang
meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa
Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari
sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam
buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan S. Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistic(tahun terbit)
menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa.
Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan
terhadap kode.
Pada situs (http://gemasastrin.wordpress.com)
dalam buku yang berjudul “Common Error
in Language Learning”, H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa
adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form)
khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan
guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah
bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan
pendapat Albert Valdman pada situs (http://gemasastrin.wordpress.com) bahwa yang pertama-tama harus dipikirkan
sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis
kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan.
Sebagian besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku
sebagai standar penyimpangan.
Menurut Tarigan, (1990:141)
kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau
tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau
komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari perfonmasi
bahasa orang dewasa.
Berdasarkan berbagai pendapat
tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah
dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian
bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat,
paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta
pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca
yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
2.2.
Fonologi
Fonologi adalah ilmu yang mempelajari suatu bunyi bahasa. Menurut
Faizah (2010) ilmu yang mempelajari tentang bunyi pada umumnya disebut
fonologi. Fonologi mencakup segi-segi bunyi bahasa baik yang bersangkutan
dengan pembentukan bunyi (organis), bunyi sebagai getaran udara (akuitis), dan
bunyi yang terdengar (auditoris).
Menurut Chaer (2007)
bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan
bunyi bahasa ini disebut fonologi,
yang secara etimologi terbentuk dari kata fon
yaitu bunyi, dan kata logi yaitu
ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi
dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.
Fonologi dalam bahasa adalah salah
satu bidang dalam linguistik yang menyelidiki tentang bunyi-bunyi dalam bahasa
menurut fungsinya. Kesalahan berbahasa dari segi fonologi adalah kesalahan
berbahasa yang diperoleh dari kesalahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia, serta kesalahan yang diperoleh dari
perbedaan penangkapan makna. Kesalahan berbahasa yang dihasilkan karena
kesalahan pengucapan manusia, jika dilihat dari ada tidaknya rintangan terhadap
arus udara, bunyi bahasa dapat dibadakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu vokal
dan konsonan. Vokal adalah pada pembentukan vokal bunyi bahasa yang arus
udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor,
yaitu : tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk
bibir pada pembentukan vokal itu.
1.
Pada Vokal
Kesalahan
pengucapan pada vokal biasanya terdapat pada perbedaan cara pengucapan oleh
penutur bahasa antar daerah (logat/dialek) yang sudah menjadi kebiasaan dengan
ciri khasnya masing-masing, baik dari tekanan, intonasi, serta panjang
pendeknya bunyi yang membangun aksen yang berbeda-beda. Pada vokal e, terkadang disebut dengan è atau é. Contohnya, kata “pilek”. Orang yang
berkebudayaan Jawa akan mengatakan kata “pilek” sama halnya dengan bahasa
Indonesia pada umumnya, namun terkadang terdapat kebudayaan yang
dialek/logatnya justru berbeda, seperti Sumatra, Flores, dan daerah luar jawa
lainnya.
2.
Pada konsonan
Kesalahan pengucapan pada konsonan sesuai dengan aslinya,
konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yakni
: (1). Keadaan pita suara, (2). Daerah artikulasi, dan (3). Cara artikulasi.
a.
Keadaan Pita Suara
Karakteristik
dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada
konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang
lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
b.
Daerah Artikulasi
Artikulasi atau pembentukan vokal,
dimana udara yang berasal dari pernafasan melalui pita suara yang ada dibentuk
menjadi suara yang dipakai untuk berbicara dibantu oleh organ-organ bicara
seperti bibir, lidah gigi dan sebagainya.
·
Artikulasi
Vowel (Huruf
Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah diucapkan dengan saluran suara yang terbuka
(open vocal tract). Secara umum dapat dijelaskan dari posisi lidah, bibir dan
pharynx.
·
Artikulasi
Konsonan (Huruf
Mati). Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang
lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup
secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada
titik-titik tertentu.
c.
Cara artikulasi
Kesulitan
pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution
(penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah. Pada kasus ini, seseorang yang
mengalami kesulitan artikulasi sehingga dikatakan melakukan kesalahan dalam
berbahasa, biasanya diberi sebutan “celat”.
2.3.Jenis-jenis kesalahan berbahasa aspek fonologi
Pada buku Kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dilihat dari segi penggunaan
bahasanya, secara lisan maupun tulisan. Dari kesalahan tersebut ditemukan
beberapa jenis kesalahan berbahasa aspek fonologi, sebagai berikut:
a. Perubahan Pengucapan Fonem
1.
Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/
2.
Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/
3.
Fonem /ệ/ diucapkan menjadi /e/
4.
Fonem /e/ diucapkan menjadi / ệ/
5.
Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/
6.
Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/
7.
Fonem diftong /ai/ diucapkan menjadi /e/
8.
Fonem diftong /au/ diucapkan menjadi /o/
9.
Fonem kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/
10. Fonem /k/
diucapkan menjadi bunyi hambat (glottal) /?/
11. Fonem /c/
diucapkan menjadi /se/
12. Fonem /f/
diucapkan menjadi /p/
13. Fonem /v/
diucapkan menjadi /p/
14. Fonem /z/
diucapkan menjadi /j/
15. Fonem /z/
diucapkan menjadi /s/
16. Fonem /s/
diucapkan menjadi /z/
17. Fonem /kh/
diucapkan menjadi /h/
18. Fonem /u/
diucapkan menjadi /w/
19. Fonem /e/
diucapkan menjadi /i/
20. Fonem /b/
diucapkan menjadi /p/
21. Fonem /d/
diucapkan menjadi /t/
22. Fonem /t/
diucapkan menjadi /h/
23. Fonem /w/
diucapkan menjadi /ϴ/
b. Penambahan Fonem
Penambahan fonem /h/ di depan, di
tengah, dan diakhir kata, contohnya hembus yang benarnya adalah embus.
c. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem terdapat pada
fonem /h/ pada kata susa seharusnya susah. Pada fonem /k/ contohnya bami
seharusnya bakmi.
d. Pemenggalan Kata atau Suku Kata
·
Kata tunggal, jika ditengah kata ada vokal yang
berurutan, pemenggalan dilakukan diantara kedua vokal tersebut.
·
Jika ditengah kata terdapat konsonan atau gabungan
konsonan yang diapit oleh dua vokal maka pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
·
Bila ditengah kata ada konsonan rangkap maka
pemenggalan diantara kedua konsonan rangkap itu. Gabungan huruf konsonan tidak
pernah dipisahkan, misalnya kh,ny dan ng.
·
Bila ditengah kata terdapat tiga konsonan, maka
pemenggalan kata dilakukan diantara konsonan pertama dan kedua.
2.4.Penyebab terjadinya kesalahan berbahasa bidang
fonologi
Pada
kesalahan berbahasa ada dua faktor penyebab kesalahan dalam berbahasa menurut
Tarigan (1990) yaitu sebagai berikut:
1.
Penyebab interlingual (intrinsik) yaitu pada dasarnya
hal/ butir-butir kesalahan terlihat
sebagai penyebab kesalahan berbahasa yang berasal dari inferensi bahasa yang
telah memberi angin bagi analisis kontrasitif atau anakon. Adanya bawaan bahasa
ibu.
2.
Penyebab intralingual (eksternal) yaitu: bukan bahasa
ibu tapi kesalahan generalisasi mengenai kaidah-kaidah bahasa lingkungan. Ada
beberapa faktor yaitu:

Ada penyebab lainnya, yaitu:

BAB III
KESALAHAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN
BELAJAR MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2010 PADA ASPEK FONOLOGI
Pada
kegiatan belajar mengajar, menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk
berinteraksi satu sama lain. dalam penggunaannya terdapat beberapa
kesalahan-kesalahan yang ditemukan, diantaranya:
3.1
Kesalahan Pada Pengucapan Fonem Vokal
3.1.1
Fonem /a/ diucapkan /e/
Salah Seharusnya
-
sebenernya -
sebenarnya
-
cepet -
cepat
-
temen -
teman
-
pakei -
pakai
-
leptop -
laptop
3.2
Kesalahan Pada Pengucapan Fonem Konsonan
3.2.1
Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/
Salah Seharusnya
-
konpensional -
konvensional
3.2.2
Fonem /c/ diucapkan /s/
Salah Seharusnya
-
wese -
wece
-
ase -
ace
3.2.3
Fonem /f/ diucapkan /p/
Salah Seharusnya
-
kualitatip - kualitatif
-
deskriptip -
deskriptif
-
apektif -
afektif
-
pisik -
fisik
-
epek - efek
-
subjektip - subjektif
3.2.4
Fonem /b/ diucapkan
/p/
Salah Seharusnya
-
jawapan - jawaban
3.2.5
Fonem /n/ diucapkan /m/
Salah Seharusnya
-
tampa -
tanpa
3.2.6
Fonem /si/ diucapkan
menjadi /sy/
Salah Seharusnya
-
indonesya -
indonesia
3.3
Kesalah Pengucapan Pada Kata Baku Menjadi Tidak Baku
Salah Seharusnya
-
enggak -
tidak
-
kalok - kalau
-
nanyak -
tanya
-
kekmana -
bagaimana
-
tak -
tidak
-
nyampek -
sampai
-
cuman -
hanya
-
kayak -
seperti
-
nampak -
tampak
-
ketemu -
bertemu
-
balek -
pulang/kembali
-
aja - saja
-
udah - sudah
-
ndak - tidak
-
makannya - oleh sebab itu
-
pakek - pakai
-
gimana - bagaimana
-
kek gitu - seperti itu
3.4
Kesalahan Pengucapan dengan Penghilangan Bunyi Huruf
Salah Seharusnya
-
liat -
lihat
-
karna -
karena
-
bedua -
berdua
-
trus -
terus
-
gitu -
begitu
-
gini -
begini
-
pegi -
pergi
-
berati - berarti
-
brarti - berarti
-
aja - saja
-
udah - sudah
-
berasil - berhasil
-
berenti - berenti
-
dengan tu - dengan itu
3.5
Kesalahan Pengucapan dengan Penambahan Bunyi Huruf
Salah Seharusnya
-
setandar -
standar
-
jugak -
juga
-
nantik -
nanti
-
cuman -
cuma
-
gilak -
gila
-
merubah - mengubah
3.6
Penyebab terjadinya Kesalahan Berbahasa Mahasiswa Angkatan 2010 pada Aspek
Fonologi
Kesalahan
berbahasa yang terjadi dalam kegiatan belajar mahasiswa PBSI 2010
ditemukan beberapa faktor kesalahan
berbahasa, sebagai berikut:
a.
Pembawaan
Bahasa Daerah
Dalam proses belajar mahasiswa PBSI
sering terbawa-bawa logat daerah mereka. Sehingga dalam pengucapan bahasa
Indonesia sering terjadi kesalahan yang di sebabkan oleh pembawaan bahasa
daerah mereka.
b.
Kebiasaan
Kebiasaan
merupakan faktor yang sering terjadi. Karena terbiasa dalam kegiatan
sehari-hari menggunakan bahasa tidak baku bersama teman sebaya, mahasiswa PBSI
angkatan 2010 dalam kegiatan belajar sering menggunakan bahasa tidak baku.
c.
Kesengajaan
Kesengajaan
juga merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan berbahasa
berbahasa. Terkadang orang sengaja mengucapkan kata itu tidak sesuai dengan
kaidah bahasa karena di sengaja. Dia merasa nyaman jika mengucapkan kata
tersebut, seperti kata {nggak} yang seharunya {tidak}. Begitu juga mahasiswa
PBSI angkatan 2010 dalam belajar.
d.
Ketidaktahuan
Terkadang
orang sering melakukan kesalahan berbahasa karena faktor ketidaktahun. Dia
tidak tahu bahwa bahasa yang selama ini diucapkan itu salah.
BAB III
PENUTUP
1.1.Simpulan
Kesalahan
berbahasa adalah suatu peristiwa yang bersifat inheren dalam setiap pemakaian
bahasa baik secara lisan maupun tulis. Kesalahan berbahasa adalah pemakaian
bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat,
paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta
pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca
yang telah ditetapkan.
Kesalahan yang terjadi
pada proses belajar mahasiswa angkatan 2010 adalah terbagi ke dalam 4 jenis
kesalahan, yaitu:
1.
Kesalahan
pada pengucapan fonem vokal;
2.
Kesalahan
pada pengucapan fonem konsonan;
3.
Kesalahan
pengucapan pada kata baku menjadi tidak baku;
4.
Kesalahan
pengucapan dengan menghilangkan bunyi huruf;
5.
Kesalahan
pengucapan dengan menambahkan buny huruf.
Faktor-faktor penyebab
trjadinya kesalahan berbahasa mahasiswa angkatan 2010 pada aspek fonologi ada
4, yaitu:
1. Pembawaan
Bahasa Daerah
2. Kebiasaan
3. Kesengajaan
4. Ketidaktahuan
1.2.Saran
Dengan pembuatan makalah ini semoga memberi wawasan yang
lebih luas kepada kita tentang surat, terutama tentang “Analisis Kesalahan
Berbahasa Aspek Fonologi”. Jika terdapat kekurangan pada makalah ini penulis
mengharap saran yang membangun agar tercipta makalah yang lebih baik pada
makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Faizah,
Hasnah. 2010. Fonologi. Pekanbaru:
Cendikia Insani
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik Suatu Pengantar.
Bandung: Refika Aditama.
Mukhtar, Khalil. 2007. Analisis Kesalahan Berbahasa. Pekanbaru
: Cendikia Insani.
Pateda,
Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung:
Angkasa.
Tarigan.
1990.Pengajaran Remidi Bahasa.Bandung:
Angkara.
http://suryaekasetiawan.blogspot.com/2011/05/kesalahan-kesalahan-berbahasa-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar