Rabu, 22 April 2015

Analisis Kesalahan Bahasa



BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar belakang
Berbahasa merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia dengan manusia yang lain. Kegiatan berbahasa ini bisa berbentuk tulis dan lisan. Dengan berbahasa yang baik, kita dapat menyampaikan sesuatu kepada orang lain dan orang lain akan mengerti pada apa yang kita sampaikan. Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Kekeliruan berbahasa yang terjadi secara tidak sistematis, bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai. Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melaflakan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh penutur bila yang bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Penutur  sebenarnya telah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakan, tetapi karena suatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan itu biasanya tidak lama.
Kesalahan berbahasa adalah suatu peristiwa yang bersifat inheren dalam setiap pemakaian bahasa baik secara lisan maupun tulis. Baik orang dewasa yang telah menguasai bahasanya, anak-anak, maupun orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa dapat melakukan kesalahan-kesalahan berbahasa pada waktu mereka menggunakan bahasanya. Namun, jenis serta frekuensi kesalahan berbahasa pada anak-anak serta orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa berbeda dengan orang dewasa yang  telah menguasai bahasanya. Perbedaan ini bersumber dari perbedaan penguasaan kaidah-kaidah gramatika (grammatical competence) yang pada gilirannya juga menimbulkan perbedaan realisasi pemakaian bahasa yag dilakukannya (performance). Di samping itu, perbedaan itu juga bersumber dari penguasaan untuk menghasilkan atau menyusun tuturan yang sesuai dengan konteks komunikasi (comunicative competence) .
Salah satu hambatan dalam proses komunikasi adalah kurangnya keterampilan berbahasa. Ujud kurangnya keterampilan berbahasa itu antara lain disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa. Kesalahan-kesalahan berbahasa ini menyebabkan gangguan terhadap peristiwa komunikasi, kecuali dalam hal pemakaian bahasa secara khusus seperti dalam lawak, jenis iklan tertentu, serta dalam puisi. Dalam pemakaian bahasa secara khusus, terkadang kesalahan berbahasa sengaja dibuat atau disadari oleh penutur untuk mencapai efek tertentu seperti lucu, menarik perhatian dan mendorong berpikir lebih intens.
            Dalam masyarakat bahasa tertentu, misalnya dalam masyarakat Jawa, kesalahan-kesalahan berbahasa baik kesalahan gramatika maupun kesalahan yang berkenaan dengan konteks pemakaian mempengaruhi pandangan orang lain terhadap status sosial orang yang berbuat kesalahan berbahasa tersebut. Kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan konteks adalah kesalahan memilih ragam bahasa yang berkaitan dengan tingkat tutur yang terdapat dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan istilah unggah ungguh. Kesalahan berbahasa dalam masyarakat Jawa dianggap sebagai noda. Oleh karena itu, dengan sadar setiap pemakai bahasa berusaha untuk memakai bahasa sesuai dengan kaidah gramatika serta ketepatan pemilihan ragam tingkat tutur sesuai dengan konteksnya. Dalam masyarakat Jawa, identifikasi seseorang antara lain dapat dilihat dari pemakaian bahasanya. Hal ini sesuai dengan tinjauan fungsi bahasa dari pandangan Sosiolinguistik.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya penutur  memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara  konsisten dan sistematis. Namun, kesalahan berbahasa akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat. Dalam berbahasa sehari-hari banyak ditemukan kesalahan berbahasa pada aspek fonologi. Oleh sebab itu, penulis akan mencoba menganalisis  kesalahan  berbahasa pada aspek fonologi yang dipergunakan oleh mahasiswa ketika kegiatan belajar di dalam kelas.           
1.2     Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
1.      Apa jenis-jenis kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dalam kegiatan belajar mahasiswa PBSI angkatan 2010?
2.      Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya  kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dalam kegiatan belajar mahasiswa PBSI angkatan 2010?
1.3     Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah:
1.      Mengetahui jenis-jenis kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dalam kegiatan belajar mahasiswa PBSI angkatan 2010?
2.      Mengetahui Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya  kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dalam kegiatan belajar mahasiswa PBSI angkatan 2010?
1.4     Manfaat
Adapun manfaat makalah ini adalah :
1.      Praktis
Diharapkan makalah ini dapat memudahkan pembaca, khususnya pelajar, dalam menambah pengetahuan tentang analisis kesalahan berbahasa pada aspek fonologi.
2.      Edukatif
Diharapkan makalah ini dapat membantu  pembaca untuk menambah pengetahuan dalam pemahaman terhadap bidang fonologi khususnya yang berhubungan dengan kealahan berbahasa.
3.      Teoretis
Penulis mengharapakan agar makalah ini dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai acuan oleh pembaca  dalam mengetahui tentang teori-teori yang berhubungan dengan  analisis kesalahan berbahasa pada aspek fonologi.



BAB II
TINJAUAN TEORETIS

2.1. Pengertian Kesalahan Berbahasa
            Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan S. Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistic(tahun terbit) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan terhadap kode.
            Pada situs (http://gemasastrin.wordpress.com) dalam buku yang berjudul “Common Error in Language Learning”, H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman  pada situs (http://gemasastrin.wordpress.com) bahwa yang pertama-tama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
            Menurut Tarigan, (1990:141) kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari perfonmasi bahasa orang dewasa.
            Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
2.2. Fonologi
            Fonologi adalah ilmu yang mempelajari suatu bunyi bahasa. Menurut Faizah (2010) ilmu yang mempelajari tentang bunyi pada umumnya disebut fonologi. Fonologi mencakup segi-segi bunyi bahasa baik yang bersangkutan dengan pembentukan bunyi (organis), bunyi sebagai getaran udara (akuitis), dan bunyi yang terdengar (auditoris).
            Menurut Chaer (2007) bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan kata logi yaitu ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.
            Fonologi dalam bahasa adalah salah satu bidang dalam linguistik yang menyelidiki tentang bunyi-bunyi dalam bahasa menurut fungsinya. Kesalahan berbahasa dari segi fonologi adalah kesalahan berbahasa yang diperoleh dari kesalahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, serta kesalahan yang diperoleh dari perbedaan penangkapan makna. Kesalahan berbahasa yang dihasilkan karena kesalahan pengucapan manusia, jika dilihat dari ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa dapat dibadakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu vokal dan konsonan. Vokal adalah pada pembentukan vokal bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu.
1.       Pada Vokal
      Kesalahan pengucapan pada vokal biasanya terdapat pada perbedaan cara pengucapan oleh penutur bahasa antar daerah (logat/dialek) yang sudah menjadi kebiasaan dengan ciri khasnya masing-masing, baik dari tekanan, intonasi, serta panjang pendeknya bunyi yang membangun aksen yang berbeda-beda. Pada vokal e, terkadang disebut dengan è atau é. Contohnya, kata “pilek”. Orang yang berkebudayaan Jawa akan mengatakan kata “pilek” sama halnya dengan bahasa Indonesia pada umumnya, namun terkadang terdapat kebudayaan yang dialek/logatnya justru berbeda, seperti Sumatra, Flores, dan daerah luar jawa lainnya.
2.      Pada konsonan
Kesalahan pengucapan pada konsonan sesuai dengan aslinya, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yakni : (1). Keadaan pita suara, (2). Daerah artikulasi, dan (3). Cara artikulasi.
a.      Keadaan Pita Suara
      Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
b.      Daerah Artikulasi
            Artikulasi atau pembentukan vokal, dimana udara yang berasal dari pernafasan melalui pita suara yang ada dibentuk menjadi suara yang dipakai untuk berbicara dibantu oleh organ-organ bicara seperti bibir, lidah gigi dan sebagainya.
·         Artikulasi Vowel (Huruf Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah diucapkan dengan saluran suara yang terbuka (open vocal tract). Secara umum dapat dijelaskan dari posisi lidah, bibir dan pharynx.
·         Artikulasi Konsonan (Huruf Mati). Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
c.       Cara artikulasi
           Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah. Pada kasus ini, seseorang yang mengalami kesulitan artikulasi sehingga dikatakan melakukan kesalahan dalam berbahasa, biasanya diberi sebutan “celat”.


2.3.Jenis-jenis kesalahan berbahasa aspek fonologi
     Pada buku Kesalahan berbahasa pada aspek fonologi dilihat dari segi penggunaan bahasanya, secara lisan maupun tulisan. Dari kesalahan tersebut ditemukan beberapa jenis kesalahan berbahasa aspek fonologi, sebagai berikut:
a.      Perubahan Pengucapan Fonem
1.      Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/
2.      Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/
3.      Fonem /ệ/ diucapkan menjadi /e/
4.      Fonem /e/ diucapkan menjadi / ệ/
5.      Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/
6.      Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/
7.      Fonem diftong /ai/ diucapkan menjadi /e/
8.      Fonem diftong /au/ diucapkan menjadi /o/
9.      Fonem kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/
10.  Fonem /k/ diucapkan menjadi bunyi hambat (glottal) /?/
11.  Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/
12.  Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/
13.  Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/
14.  Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/
15.  Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/
16.  Fonem /s/ diucapkan menjadi /z/
17.  Fonem /kh/ diucapkan menjadi /h/
18.  Fonem /u/ diucapkan menjadi /w/
19.  Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/
20.  Fonem /b/ diucapkan menjadi /p/
21.  Fonem /d/ diucapkan menjadi /t/
22.  Fonem /t/ diucapkan menjadi /h/
23.  Fonem /w/ diucapkan menjadi /ϴ/
b.      Penambahan Fonem
Penambahan fonem /h/ di depan, di tengah, dan diakhir kata, contohnya hembus yang benarnya adalah embus.
c.       Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem terdapat pada fonem /h/ pada kata susa seharusnya susah. Pada fonem /k/ contohnya bami seharusnya bakmi.
d.      Pemenggalan Kata atau Suku Kata
·         Kata tunggal, jika ditengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara kedua vokal tersebut.
·         Jika ditengah kata terdapat konsonan atau gabungan konsonan yang diapit oleh dua vokal maka pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
·         Bila ditengah kata ada konsonan rangkap maka pemenggalan diantara kedua konsonan rangkap itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah dipisahkan, misalnya kh,ny dan ng.
·         Bila ditengah kata terdapat tiga konsonan, maka pemenggalan kata dilakukan diantara konsonan pertama dan kedua.   
2.4.Penyebab terjadinya kesalahan berbahasa bidang fonologi
            Pada kesalahan berbahasa ada dua faktor penyebab kesalahan dalam berbahasa menurut Tarigan (1990) yaitu sebagai berikut:
1.      Penyebab interlingual (intrinsik) yaitu pada dasarnya hal/ butir-butir kesalahan  terlihat sebagai penyebab kesalahan berbahasa yang berasal dari inferensi bahasa yang telah memberi angin bagi analisis kontrasitif atau anakon. Adanya bawaan bahasa ibu.
2.      Penyebab intralingual (eksternal) yaitu: bukan bahasa ibu tapi kesalahan generalisasi mengenai kaidah-kaidah bahasa lingkungan. Ada beberapa faktor yaitu:
*     Asosiasi pintas yaitu bersifat spontan dan kebetulan.
Ada penyebab lainnya, yaitu:
*      Ketidakcermatan/ kesembronoan, maksudnya adalah mengikuti kaidah-kaidah yang diyakini/ diharapkan.
           




BAB III
KESALAHAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN BELAJAR MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2010 PADA ASPEK FONOLOGI

            Pada kegiatan belajar mengajar, menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi satu sama lain. dalam penggunaannya terdapat beberapa kesalahan-kesalahan yang ditemukan, diantaranya:
3.1      Kesalahan Pada Pengucapan Fonem Vokal
3.1.1        Fonem /a/ diucapkan /e/
Salah                                Seharusnya
-          sebenernya                       - sebenarnya
-          cepet                                 - cepat
-          temen                               - teman
-          pakei                                 - pakai
-          leptop                               - laptop
3.2      Kesalahan Pada Pengucapan Fonem Konsonan
3.2.1        Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/
Salah                                Seharusnya
-          konpensional                    - konvensional
3.2.2        Fonem /c/ diucapkan /s/
Salah                                Seharusnya
-          wese                                 - wece
-          ase                                    - ace
3.2.3        Fonem /f/ diucapkan /p/
Salah                                Seharusnya
-          kualitatip                          - kualitatif
-          deskriptip                         - deskriptif
-          apektif                              - afektif
-          pisik                                  - fisik
-          epek                                  - efek
-          subjektip                           - subjektif
3.2.4        Fonem /b/ diucapkan /p/
Salah                                Seharusnya
-          jawapan                             - jawaban
3.2.5        Fonem /n/ diucapkan /m/
Salah                                Seharusnya
-          tampa                               - tanpa
3.2.6        Fonem /si/ diucapkan  menjadi /sy/
Salah                                Seharusnya
-          indonesya                         - indonesia
3.3      Kesalah Pengucapan Pada Kata Baku Menjadi Tidak Baku
Salah                                Seharusnya
-          enggak                              - tidak
-          kalok                                - kalau
-          nanyak                              - tanya
-          kekmana                           - bagaimana
-          tak                                                - tidak
-          nyampek                           - sampai
-          cuman                               - hanya
-          kayak                                - seperti
-          nampak                             - tampak
-          ketemu                             - bertemu
-          balek                                 - pulang/kembali
-          aja                                     - saja
-          udah                                 - sudah
-          ndak                                 - tidak
-          makannya                         - oleh sebab itu
-          pakek                                - pakai
-          gimana                              - bagaimana
-          kek gitu                            - seperti itu
3.4      Kesalahan Pengucapan dengan Penghilangan Bunyi Huruf
Salah                                Seharusnya
-          liat                                    - lihat
-          karna                                - karena
-          bedua                               - berdua
-          trus                                   - terus
-          gitu                                   - begitu
-          gini                                   - begini
-          pegi                                  - pergi
-          berati                                - berarti
-          brarti                                 - berarti
-          aja                                     - saja
-          udah                                 - sudah
-          berasil                               - berhasil
-          berenti                              - berenti
-          dengan tu                         - dengan itu
3.5      Kesalahan Pengucapan dengan Penambahan Bunyi Huruf
Salah                                Seharusnya
-          setandar                            - standar
-          jugak                                - juga
-          nantik                               - nanti
-          cuman                               - cuma
-          gilak                                 - gila
-          merubah                           - mengubah
3.6      Penyebab terjadinya Kesalahan Berbahasa Mahasiswa Angkatan 2010 pada Aspek Fonologi
            Kesalahan berbahasa yang terjadi dalam kegiatan belajar mahasiswa PBSI 2010 ditemukan  beberapa faktor kesalahan berbahasa, sebagai berikut:
a.      Pembawaan Bahasa Daerah
            Dalam proses belajar mahasiswa PBSI sering terbawa-bawa logat daerah mereka. Sehingga dalam pengucapan bahasa Indonesia sering terjadi kesalahan yang di sebabkan oleh pembawaan bahasa daerah mereka.
b.      Kebiasaan
            Kebiasaan merupakan faktor yang sering terjadi. Karena terbiasa dalam kegiatan sehari-hari menggunakan bahasa tidak baku bersama teman sebaya, mahasiswa PBSI angkatan 2010 dalam kegiatan belajar sering menggunakan bahasa tidak baku.
c.       Kesengajaan
            Kesengajaan juga merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan berbahasa berbahasa. Terkadang orang sengaja mengucapkan kata itu tidak sesuai dengan kaidah bahasa karena di sengaja. Dia merasa nyaman jika mengucapkan kata tersebut, seperti kata {nggak} yang seharunya {tidak}. Begitu juga mahasiswa PBSI angkatan 2010 dalam belajar.
d.      Ketidaktahuan
            Terkadang orang sering melakukan kesalahan berbahasa karena faktor ketidaktahun. Dia tidak tahu bahwa bahasa yang selama ini diucapkan itu salah.





















BAB III
PENUTUP

1.1.Simpulan
            Kesalahan berbahasa adalah suatu peristiwa yang bersifat inheren dalam setiap pemakaian bahasa baik secara lisan maupun tulis. Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan.
            Kesalahan yang terjadi pada proses belajar mahasiswa angkatan 2010 adalah terbagi ke dalam 4 jenis kesalahan, yaitu:
1.       Kesalahan pada pengucapan fonem vokal;
2.       Kesalahan pada pengucapan fonem konsonan;
3.       Kesalahan pengucapan pada kata baku menjadi tidak baku;
4.       Kesalahan pengucapan dengan menghilangkan bunyi huruf;
5.       Kesalahan pengucapan dengan menambahkan buny huruf.
            Faktor-faktor penyebab trjadinya kesalahan berbahasa mahasiswa angkatan 2010 pada aspek fonologi ada 4, yaitu:
1.      Pembawaan Bahasa Daerah
2.      Kebiasaan
3.      Kesengajaan
4.      Ketidaktahuan
1.2.Saran
            Dengan pembuatan makalah ini semoga memberi wawasan yang lebih luas kepada kita tentang surat, terutama tentang “Analisis Kesalahan Berbahasa Aspek Fonologi”. Jika terdapat kekurangan pada makalah ini penulis mengharap saran yang membangun agar tercipta makalah yang lebih baik pada makalah selanjutnya.


                                           
                                            DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta : Rineka Cipta.
Faizah, Hasnah. 2010. Fonologi. Pekanbaru: Cendikia Insani
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.
Mukhtar, Khalil. 2007. Analisis Kesalahan Berbahasa. Pekanbaru : Cendikia Insani.
Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan. 1990.Pengajaran Remidi Bahasa.Bandung: Angkara.
http://suryaekasetiawan.blogspot.com/2011/05/kesalahan-kesalahan-berbahasa-indonesia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar