Rabu, 22 April 2015

Berbicara Kelompok



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain. Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Memang setiap orang dikodratkan untuk bisa berbicara atau berkomunikasi secara lisan, tetapi tidak semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara baik dan benar.
Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya berkaitan dengan bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak seseorang mendapat informasi melalui ucapan atau suara.Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang tidak dapat di-pisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya sama-sama penting dalam komunikasi.
Manusia adalah mahluk sosial. Manusia baru akan menjadi manusia bila ia hidup dalam lingkungan manusia. Kesadaran betapa pentingnya berbicara dalam kehidupan manusia dalam bermasyarakat dapat mewujudkan bermacam aneka bentuk. Lingkungan terkecil adalah keluarga, dapat pula dalam bentuk lain seperti perkumpulan sosial, agama, kesenian, olah raga, dan sebagainya.
Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri.
Di luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di pertemuan-pertemuan, bahkan terkadang terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu terampil berbicara.
Berbicara berperan penting dalam pendidikan keluarga. Tata krama dalam pergaulan diajarkan secara lisan. Adat kebiasaan, norma-norma yang berlaku juga seringkali diajarkan secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

1.2  Perumusan Masalah
1.      Apa saja jenis-jenis kegiatan berbicara?
2.      Bagaimana etika berbicara yang baik?
3.      Bagaimana cara yang tepat untuk berbicara yang efektif?

1.3  Tujuan
1.      Mendeskripsikan  jenis-jenis kegiatan berbicara
2.      Mendeskripsikan etika berbicara yang baik
3.   Mendeskripsikan cara yang tepat untuk berbicara yang efektif.

1.4  Manfaat
1.Agar para pembaca dapat mengetahui apa saja jenis-jenis-jenis kegiatan berbicara
2. Agar para pembaca dapat mengetahui etika berbicara yang baik
3. Agar para pembaca dapat mengetahui cara yang tepat untuk berbicara yang efektif.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-jenis Kegiatan Berbicara
Paling sedikit ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara. Kelima landasan tersebut adalah:
1.      Situasi
2.      Tujuan
3.      Metode Penyampaian
4.      Jumlah Penyimak
5.      Peristiwa Khusus
A. Jenis Kegiatan  Berbicara Berdasarkan Situasi
          Kegiatan berbicara selalu terjadi dalam suasana, situasi dan lingkungan tertentu. Berdasarkan situasi berbicara berbicara, terbagi atas:
1.  Berbicara Formal
          formal. Dalam hal ini, pembicara dituntut berbicara secara formal. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang baku dan dapat dipahami secara umum. Jenis kegiatan berbicara yang bersifat formal Berbicara formal atau resmi berlangsung dalam situasi mencakup;
a.  Ceramah
b. Perencanaan
c.  Interview
d. Prosedur parlementer
e.  Pidato
Logan dkk dalam Tarigan (1997:48)
2.  Berbicara Informal
          Berbicara informal berarti berbicara tidak resmi. Bahasa yang digunakan tidak resmi atau menggunakan bahasa sehari-hari. Walaupun tidak formal, aktivitas ini perlu dipelajari. Implikasi dari pernyataan itu terlihat dalam pembelajaran di sekolah. Pada kurikulum terlihat adanya penekanan dan penggalakan berbicara yang bersifat informal.
Kegiatan berbicar informal meliputi:
a.  Tukar pengalaman
b. Percakapan
c.  Menyampaikan berita
d. Menyampaikan pengumuman
e.  Bertelepon
f.  Memberi petunjuk
B. Jenis Kegiatan Berbicara Berdasarkan Tujuan
          Setiap berbicara pasti mempunyai tujuan. Apa yang diharapkan oleh pembicara ? jawaban pertanyaan tersebut, mengarahkan kita kepada tujuan berbicara. Dari dulu tujuan berbicara selalu menjadi bahan pembicaraan dikalangan para ahli.
          Berdasarkan tujuannya, berbicara dibedakan atas lima jenis yaitu ; berbicara menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan dan menggerakkan.
1. Berbicara Menghibur
          Berbicara ini suasananya santai, rileks, senda gurau dan terkesan komedi. Tujuan utamanya adalah menghibur pendengar. Unsur pesan tidak begitu penting bahkan tidak ada. Pembicara berusaha dengan segala cara untuk menghibur pendengarnya supaya senang, gembira, dan bersuka ria. Contoh pembicara seperti ini, antara lain lawakan, guyonan, cerita Abu Nawas dan lain-ain.
2.  Berbicara Menginformasikan
          Suasana bicara ini kelihatan serius, tertib, dan hening. Pesan merupakan tujuan utama pembicara maupun pendengar. Sipembicara ingin menyampaikan pesan, si pendengar untuk mendapatkan pesan. Pembicara berusaha menginformasikan pesan dengan jelas, sistematika dan tepat agar informasi terjaga keakuratannya, pendengarpun berusaha menangkap informasi dengan sungguh-sungguh. Contoh berbicara untuk tujuan menginformasikan ini adalah:
(a)    Penjelasan menteri Sekertaris Negara sehabis sidang kabinet
(b)   Penjelasan guru bahsa Indonesia kepada siswa-siswanya tentang langkah-langkah mengarang.
(c)    Penjelasan kepada Humas POLRI tentang tertangkapnya gembong teroris

3.  Berbicara Menstimulasi
          Pembicara untuk stimulasi lebih tinggi kedudukannya dari pada pendengarnya. Status tinggi tersebut dapat disebabkan oleh jabatan, pengetahuan, pengalaman, pangkat, atau fungsinya melebihi pendengarnya. Pembicara ini juga berusaha serius, walau kadang-kadang terasa kaku, pembcara berusaha mengarahkan pendengarnya agar pendengar berbuat lebih baik, bekerja dengan tekun, belajar lebih rajin, bertingkah laku lebih sopan, atau bersikap lebih dewasa. Pembicara biasanya dilandasi rasa kasih sayang, kemauan, dan inspirasi pendengar. Contoh berbicara menstimulasi antara lain:
a.  Nasihat guru terhadap anak didiknya yang malas mengerjakan PR
b. Nasehat psikiater terhadap pasiennyayang hampir stres
c.  Nasehat bapak pada anak remajanya yang suka mabuk-mabukan.

4.  Berbicara Menyakinkan
          Berbicara meyakinkan, bertujuan untuk pendengarannya. Sudah pasti, pembicara ini lebih serius bahkan terkesan mnegangkan. Si pembicara dituntut terampil dan mempunyai wawasan luas. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari yang tidak setuju menjadi setuju, dari tidak mau membantu menjadi mau membantu, dari yang tidak simapti menjadi simpati, dari yang tidak berencana memilih menjadi berencana memilih. Untuk lebih meyakinkan pembicara harus melandaskan pembicaraannya dengan argumentasi yang logis, nalar dan dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi. Contoh berbicara meyakinkan, antara lain:
a.  Pidato menggerakkan di daerah yang kurang menyenangi partainya.
b. Pidato gubernur tentang program-program di hadapan mahasiswa
c.  Pidato lurah di daerah yang kumuh tentang pentingnya kebersihan.
5. Berbicara Menggerakkan
          Berbicara menggerakkan menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi pendengarannya. Pokok-pokok pembicaraan biasanya untuk membangkitkan semangat pendengar agar mau bersama-sama mencapai suatu tujuan. Pembicara haruslah orang yang berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat. Melalui kepintarannya berbicara atau berpidato, kecakapannya membakar emosi, kelihaiannya membaca situasi ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa, pembicara dapat menggerakkan massa kearah yang diinginkannya. Misalnya Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Amin Rais dapat meyakinkan mahasiswa menuntut diadakannya reformasi pada tahun 1987.

C. Jenis Kegiatan Berbicara Berdasarkan Jumlah Penyimak
          Komunikasi lisan terjadi bila ada pembicara dan pendengar. Jumlah pembicara hanya satu orang. Jumlah penyimak bervariasi, misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok keci), banyak orang (kelompok besar). Berdasarkan jumlah pendengar, berbicara dibagi atas tiga jenis, yaitu:
a.  Berbicara antar pribadi
b. Berbicara dalam kelompok kecil
c.  Berbicara dalam kelompok besar
(Tarigan dalam Mustafa, dkk. 2006:16)

1.  Berbicara Antarpribadi
          Berbicara antarpribadi, atau berbicara empat mata terjadi apabila dua pribadi membicarakan sesuatu. Pembicaraan seperti ini bisa serius dan mungkin santai, akrab, dan bebas. Suasananya tergantung kepada masalah yang dipercakapkan, hubungan antara pembicara dengan pendengar. Secara otomatis pembicara berganti peran sesuai dengan situasi.
          Jenis berbicara ini banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pribadi pernah melakukannya. Beberapa contoh pembicaraan antar pribadi adalah:
a.  Percakapan serius antara dua kekasih
b. Pembicaraan dokter dengan pasiennya
c.  Diskusi dosen pembimbing dengan mahasiswanya
d. Pembicaraan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan presiden Amerika Serikat

2.  Berbicara dalam Kelompok Kecil
          Pembicara ini berbicara dihadapan sekelompok pendengar, misalnya lima orang. Pembicara dan pendengar juga bertukar peran, tapi tidak sebanyak mobilitas pada berbicara antar pribadi. Pembicara lebih dominan dari pada pendengar, contoh berbicara dalam kelompok kecil ini antara lain:
a.  Komandan polisi menerangkan suatu perkara pada anggotanya
b. Kepala sekolah memimpin rapat bersama dengan guru
c.  Calon guru mengadakan praktik pengajaran
d. Guru bahasa mengajar latihan berbahasa

3.  Berbicara dalam Kelompok Besar
          Berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila pembicara menghadapi penyimak dalam jumlah yang banyak. Pendengar mungkin berasal dari berbagai kalangan, tetapi mungkin juga pembicara seperti ini bisa terjadi di aula, gedung parlemen, atau lapangan pramuka. Kongres PGRI misalnya pendengar homogen, dan pada kampanye pemilu pendengar sangat heterogen.
          Pergantian peran dalam berbicara ini sangat rendah bahkan tidak ada. Bila dalam aula, masih ada salah seorang atau beberapa orang bisa menjadi pembicara, tetapi dilapangan terbuka seperti kampanye pemilihan umum, hampir tidak ada kesempatan pendengar menjadi pembicara, jadi mobilitas pergantian peran dalam berbicara kelompok besar sangat rendah.
          Berikut beberapa contoh berbicara dalam kelompok besar:
a.  Kiai kondang Zainuddin menyampaikan dakwah dilapangan terbuka.
b. Ketua PGRI pusat memberikan pengarahan dihadapan peserta kongres PGRI se-Indonesia.
c.  Kampanye partai politik menghadirkan juru kampanye dari Jakarta
d. Khutbah Idul Fitri dilapangan terbuka
D. Jenis-jenis Bicara pada Peristiwa Khusus
          Kita sering mengadakan berbagai kegiatan. Kegiatan ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus atau istimewa. Berbicara pada kegiatan spesifik ini disebut berbicara pada peristiwa khusus. Kegiatan khusus banyak sekali seperti ulang tahun, perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Peristiwa ini juga dapat berlangsung disemua tempat seperti dirumah, dikantor, digedung pertemuan dan sebagainya. Biasanya, berbicara ini dilakukan acara tertentu atau upacara tertentu berupa kata sambutan, selamat datang, selamat jalan, selamat berbahagia, mohon bersabar, da sebagainya.
          Logan dkk, dalam Tarigan (1997:56) menyatakan bahwa berbicara atau pidato peristiwa khusus dapat digolongkan enam jenis, yakni:
a.  Pidato presentasi
b. Pidato penyambutan
c.  Pidato perpisahan
d. Pidato perkenalan
e.  Pidato penjamuan (makan malam)
f.  Pidato nominasi (mengunggulkan)
Isi pidato harus sesuai dengan peristiwa khusus yang sedang terjadi. Pidato sambutan berupa sambutan kepada para tamu, pidato perpisahan berarti kata-kata perpisahan dengan ornag tertentu. Pidato jamuan adalah pidato khusus jamuan seperti selamat datang, mendoakan kesehatan buat tamu dan sebagainya. Pidato perkenalan berisi pidato memperkenalkan pribadi tentang nama, jabatan, alamat, pendidikan, dan sebagainya. Pidato nominasi adalah pidato mengunggulkan berisi pujian, alasan seseorang diunggulkan.
2.2 Etika Berbicara
            Ada beberapa kata yang sama artinya dengan etika, yakni budi pekerti, tata krama, akhlak, dan sopan santun. Pengertiannya adalah berprilaku baik dan terpuji, tidak menyakitkan perasaan orang lain. Sebagai tingkah laku atau kegiatan lainnya, berbicarapun harus memperhatikan etika atau sopan santun. Seseorang yang pandai berbicara bila mengabaikan kesopanan dalam percakapan, menimbulkan pandangan yang buruk dan kebosanan, bahkan kebencian. Dengan demikian, kepandaian berbicara harus diimbangi dengan pengetahuan tentang tata kesopanan.
            2.2.1 Berbicara yang Sopan
Dalam bukunya “sopan santun berbicara dan menyimak”  M. Atar Semi mengatakan setidaknya ada lima belas perilaku yang dinilai sopan dalam berbicara. Perilaku tersebut ialah:
            a. Adanya kesabaran
Sikap sabar dalam percakapan sangatlah penting. Yang hadir atau terlibat dalam suatu percakapan tidaklah kita sendiri. Melainkan ada lawan bicara, entah terdiri dari satu beberapa orang. Kesabaran yang dimaksud adalah kesabaran untuk tidak memotong pembicaraan orang lain, menuju giliran bicara, dalam menyimak lawan bicara menyampaikan gagasannya.
            b. Tidak menunnjukkan rasa jemu

Dalam menghadapi lawan bicara, kita tidak boleh menunjukkan rasa jemu, atau kesal. Walaupun yang dibicarakan itu tidak sesuai dengan pendapat atau keinginan kita, namun kita boleh menunjukkan rasa jemu atau tidak suka dengan apa yang dikatakan lawan bicara. Dengarkan lah uraian atau penjelasannya, kalau ada yang dirasakan tidak enak atau tidak sesuai dengan pandangan kita, dapat kita sampaikan dengan baik dan tenang pada saat giliran kita, dapat kita sampaikan dengan baik dan tenang pada saat giliran kita berbicara.memperlihatkan rasa jemu dan tidak suka menggingging perasaan lawan bicara.
            c. Tidak berbicara terus menerus
Dalam percakapan harus selalu diingat bahwa setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk berbicara mengemukakan pendapat. Oleh sebab itu, sangat tidak sopan kalu berbicara tanpa menghiraukan kesempatan orang lain atau lawan bicara untuk menyampaikan pendapatnya. Kalau kita memborong kesempatan berbicara maka terlihat jelas bahwa kita adalah seseorang yang egois yang mementingkan diri sendiri, serta suka merugikan orang lain. Kebiasaan ini merupakan kebiasaan Yng mencemarkan nama baik, dan terkesan sebagai orang yang menjemukan atau serakah.
            d. Tidak membicarakan diri sendiri

Membicaraka diri sendiri dalam percakapan, baik mengenai kehebatan maupun kekurangan kita, sampaikanlah hal itu sekedar saja, hanya sebagai bahan perkenalan saja, bukan untuk membanggakan diri, seperti mencceritakan kehebatan atau keberhasilan orang tua, paman dan saudara kita tidakklah baik, dan dapat menimbulkan kesan bahwa kita itu sombong dan merendahkan martabat lawan bicara. Orang yang menceritakan berbagai macam kehebatan dirinya dengan maksud agar lawan bicara menjadi iri, kagum atau orang lain menghormatinya adalah sikap yang tidak terpuji. Orang semacam ini ialah orang yang ingin kelihatan hebat dengan menyandang nama orang lain.

            e. Tidak menceritakan keburukan orang lain

Kita boleh menceritakan orang lain, asal yang diceritakan itu tentang kehebatannya. Orang lain yang dimaksud bukan orang yang mempunyai hubungan keluarga. Yang tidak boleh ialah menceritakan aib atau keburukan orang lain. Hal itu biasanya dinilai sebagai gosip atau menjurus fitnah. Dalam agamapun hal itu dilarang, apalagi keburukan itu bukan atas kemauan orang yang bersangkutan. Oleh sebab itu, hindarilah kebiasaan menceritakan aib atau keburukan orang lain sebagai bahan pembicaraan.

              f. Tidak baik mengolok-olok orang lain dalam pembicaraan

Dalam pembicaraan memang sering orang berusaha mencari bahan pembicaraan yang dapat memancing tawa. Memang baik dalam percakapan diselingi lelucon yang dapat menimbulkan kegembiraan dan kesegaran. Tetapi yang harus dihindari ialah membuah bahan olokan itu orang lain. Biasanya yang dijadikan olokan itu kelemahan orang lain. Akan lebih buruk lagi yang diolok-olokan itu termasuk salah seorang yang ikut dalam perckapan. Walaupun maksudnya gurau, tetap saja hal semacam itu tidak boleh, karena tidak ada orang yang mau dijadikan bahan tertawaan atau bahan olokan.

            g. Tidak berbicara untuk  satu orang saja

Kalau yang hadir dalam percakapan atau perbincangan terdiri atas banyak orang, janganlah menunjukkan pembicaraan hanya kepada seorang saja, tetapi tunjukkanlah kepada semua orang.
  
            h. Tidak bersenda gurau pada teman karib di depan umum

Memang biasa, kalau dua orang yang bersahabat atau dekat, apalagi teman lama bersenda gurau bila bertemu. Namun jangan sampai senda gurau itu dilakukan didekat orang lain atau di depan umum. Kadang-kadang ada orang yang dengan sengaja melakukan senda gurau di muka orang banyak untuk memperlihatkan bahwa dia dekat denga pejabat penting itu. Perilaku semacam itu merupakan perilaku yang tidak baik. Walaupun teman akrab, namun tidak boleh begurau tidak pada tempatnya.

            i. Tidak menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing

Bila diantara anggota percakapan ada yang tidang mengerti. Jangan menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing apabila di dalam percakapan yang lebih dari dua orang ada diantaranya tidak mengerti dengan bahasa yang digunakan. Untuk itu digunakan bahasa nasional, bahasa Indonesia. Biasanya kalau dua orang sahabat yang sekampung berbincang-bincang akan menggunakan bahasa kampung halaman mereka. Namun apabila datang orang ketiga dalam pembicaraan itu, sebaiknya beralih menggunakan bahasa yang dapat dipahami bersama. Cara semacam ini dinilai sopan, karena ada usaha menghormati teman mereka yang berasal dari daerah lain.

            j. Tidak berbicara tentang kecabulan

Sebaiknya dihindari menyelipkan bahan percakapan yang berisi kecabulan atau masalah seks, apalagi kalau yang hadir itu terdiri dari beberapa kelompok umur dan terdiri dari dua jenis kelamin. Hal itu akan lebih sopan kalau kita tidak menyimpangkan pembicaraan yang “porno” karena besar kemungkinan ada di antara yang hadir tidak menyukai cara seperti itu.

            k. Mengambil topik pembicaraan yang disukai oleh sebagian besar peserta percakapan

Sebaiknya dalam percakapan yang terdiri dari banyak orang, pililah topik pembicaraan yang menarik perhatian seluruh peserta, jangan memilih topik pembicaraan yang hanya disukai oleh sebagian kecil anggota percakapan. Bila yang tertarik atau menyukai topik pembicaraan itu hanya sebagian kecil saja, dapat membuat percakapan berat sebelah dan tidak meriah, karena yang terlibat jumlahnya terbatas.

            l. Tidak menyebutkan budi baik kita.

Perbuatan baik yang pernah kita lakukan kepada orang lain sebaiknya jangan disebut-sebut dalam percakapan atau di depan umum, apalagi didepan orang yang pernah kita tolong. Perbuatan itu akan ada pahalanya disisi Tuhan. Orang yang pernah kita tolong tentu akan ingat dan berterima kasih. Tetapi hal itu disebut-sebut orang banyak maka akan terlibatlah bahwa kegiatan itu dilakukan bukan karena ikhlas melainkan untuk memperolah balasan. Apabila budi baik dan pertolongan yang ikhlas itu diberikan kepada orang lain, tidak perlu disebut berulang-ulang.
.
            m.  Tidak bergaya sok tahu

Apabila betul-betul mengetahui atau menguasai suatu masalah lalau kita jelaskan kepada orang lain yang tidak tahu, hal ini merupakan perbuatan yang sangat sopan dan terpuji. Tapi apabila ada orang yang menyatakan atau memberikan keterangan tentang suatu yang sebenarnya dia sendiri tidak menguasai hal itu sikap semacam ini merupakan penipuan diri sendiri dan dapat menyesatkan orang lain.

Banyak orang yang mempunyai sifat sok tahu dengan percakapan. Dengan sikap jelek itu dia senantiasa hendak menjelaskan sesuatu hal seolah-olah dia orang pintar dan banyak ilmu. Padahal tidak demikian. Sebaiknya sikap semacam ini dihilangkan karena dapat merugikan orang lain dan merusak nama baik sendiri.

            n. Tidak membicarakan paham politik atau agama di depan pembicaraan yang pesertanya berbeda paham dan agama.

Boleh saja kita menggunakan topik pembicaraan tentang paham politik atau agama, apabila pesserta percakapan itu terdiri dari satu paham atau agama yang sama. Tapi kalau dalam percakapan itu terdapat orang yang berbeda paham atau agama, sebaiknya jangan memilih topik percakapan tentang paham politik atau agama. Bila hal itu dibicarakan akan dapat merusak perasaan orang yang tidak sepaham dan berbeda agama dengan kita. Biasanya pembicaraan mengenai itu cendrung bersifat subjektif dan berat sebelah. Hal itu dapat merusak perasaan yang lain.
Topik percakapan yang menyangkut paham aliran politik, agama, atau ras sangat sensitif sebaiknya dipilih suasana yang cocok untuk membicarakan hal atau topik ini.

            o. Tidak bersikeras dengan pendapat sendiri

Dalam percakapan, tidak baik kalau kita berpendapat bahwa jalan pikiranlah yang paling benar. Kita tidak boleh mengotot agar lawan bicara kita dapat menerima mentah-mentah pendapat atau pikiran kita. Walaupun pendapat kita itu benar namun kita jangan bersikeras untuk membeberkannya dan menyalahkan pendapat lawan bicara. Harus disadari bahwa tidak ada suatu pendapat atau pandangan yang selalu benar.

       2.2.2 Berbicara yang tidak sopan

Pada dasarnya sikap yang dinilai tidak sopan di dalam suatu percakapan ialah sikap yang berlawanan dengan sikap sopan. Kalau kita menerapkan sikap sopan, menghindari sikap yang tidak sopan atau sebaliknya. Bila kita mampu menghindari hal tersebut, mudah-mudahan kita menjadi anggota percakapan yang diterima oleh setiap pendengar yang hadir memang tidak mudah melakukannya. Tetapi kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan dan menghindarkan aturan tersebut.
2.3 Cara yang tepat untuk berbicara efektif

          Kemampuan berbicara sangat penting dalam kegiatan bekerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain kualitas pesan yang disampaikan, cara berbicara patut diperhatikan, karena akan mencerminkan kepribadian kita sebenarnya.Setiap orang bisa berkomunikasi dengan baik jika mau belajar dan berkreativitas di dalam komunikasi dua arah atau tatap muka dengan lawan bicara.

            Kemampuan ini bisa ditingkatkan dengan banyak belajar dan menambah pengetahuan dan pengalaman. Misalnya anda ingin menjadi ahli berbicara tentang para sastrawan, maka ada baiknya anda mempelajari dan mencari informasi dari berbagai sumber  untuk mengetahui secara mendalam tentang para sastrawan tersebut, misalnya hasil karya yang ia ciptakan, kehidupan para sastrawan dalam mengembangkan karya sastra, budayanya, dan lain-lain. Ini dilakukan agar saat kita berbicara di depan umum, kita mengetahui dan menguasai topik yang akan kita bicarakan.            
            Menurut Carnigie, seorang ahli berbicara Newyork, Amerika Serikat, terdapat tiga hukum utama cara yang mudah dan cepat untuk belajar berbicara dihadapan umum.
1. Membicarakan Sesuatu yang Pantas untuk dibicarakan berdasarkan pengalaman atau penyelidikan.
            Orang-orang yang membicarakan kisahnya di televisi maupun dimuka umum dalam membawakan acara atau atau masalah lain kelihatan sangat menarik. Coba saja kalau mereka diminta membicarakan sesuatu yang formil, misalnya politik, Anda bisa membayangkan tidak menariknya program itu. Inilah kesalahan yang sering dibuat oleh pembicara pada berbagai pertemuan atau mereka berpendapat, harus berbicara mengenai hal-hal yang tidak mereka fahami dan tidak mereka senangi.Mereka memilih topic yang muluk-muluk, misalnya tetang Demokrasi, Keadilan, Hukum dan lain-lain.Mereka mengira dengan bicara hal tersebut menarik perhatian pendengar. Tetapi pendengar tidsk tertarik pada konsep yang muluk-muluk dan bercampur aduk seperti itu.
            Pada suatu pertemuan, antara staf pengajar khusus berbicara Date Carnegie di Conrad Hilton Hotel Cicago seorang muri disuruh berpidato. Murid tersebut berpidato dengan kalimat “Kemerdekaan, persamaan, persaudaraan, ini merupakan ide umat manusia. Bayangkan kalau hidup ini dikekang tanpa ada kebebasan”.
            Baru berbicara sampai disini, pembicara itu disuruh berhenti karena disela staf pengajar. Dia bertanya apakah pembicara yakin akan ucapannya. Dia juga ditanya apakah mempunyai bukti dan pengalaman pribadi tentang yang diucapkannya itu.
            Kemudian, pembicara menceritakn dia seorang pejuang rahasia Perancis. Dia mengisahkan bagaimana menderitanya, dia bersama keluarga dibawah pemerintahan Nazzi. Dalam bahasa yang jelas dan semangat yang mengisahkan bagaimana bisa melarikan diri dari polisi rahasia hingga melarikan diri ke Amerika.
            Untuk menutup kisahnya ia berkata demikian, “ Ketika saya berjalan disepanjang jalan menuju hotel ini. Tadi, saya bebas untuk datang maupun pergi. Saya melewati seorang polisi dan tidak diacuhkan sama sekali. Saya berjalan memasuki hotel ini tanpa harus menunjukkan kartu pengenal, dan saya bisa pergi kemanapun d Cicago ini jika saya mau. Percayalah pada saya kebebasan pantas untuk di perjuangkan”. Ia memperoleh tepukan yang meriah dari para pendengar.
2. Yakinlah Anda Pada Pokok Pembicaraan Anda
            Saat memyampaikan pokok pembicaraan kepada para pendegar, kita harus yakin dengan topik yang akan kita bicarakan, tidak ragu dalam menyampaikan ketika kita berbicara di depan umum. Apabila timbul keraguan pada diri kita untuk menyampaikannya, para pendengar pun akan ragu dan tidak percaya dengan apa yang kita sampaikan. Pilihlah topik sesuai dengan kemampuan yang kita punya agar pembicaraan kita hidup dan dapat dipahami oleh para pendengar.
3. Bersemangat dalam Berbagi Pendapat
            Ada tiga faktor yang selalu ada dalam situasi berbicara, yaitu pembicara dan pembicaraan berhubungan dengan pembicara. Supaya situasi berbicara menjadi hidup, si pembicara harus menghubungkan pembicaraannya dengan pendengar yang hadir. Mungkin bahan pembicaraan dipersiapkan dengan baik, mungkin pembicara bersemangat dengan topik yang telah disiapkan, tapi agar sukses secara sempyrna, ada faktor lain yang harus dimasukkan dalam situasi berbicara. Si pembicara harus membuat pendengarnya merasa bahwa apa yang dikatakannya itu penting bagi pendengar. Si pembicara bukan hanya harus semangat dalam pembicaraan, tapi harus pula bersemangat mengalihkan semangat ini pada pendengarnya.
            Seorang pembicara yang efektif harus berusaha agar pendengar merasakan apa yang dirasakannya, untuk untuk menyamakan pikirannya, untuk melaksanakan apa yang menurut pembicara baik dilakukan, dan untuk menikmati dan menghidupkan pengalaman bersamanya, si pembicara harus memusatkan perhatian pada si pendengar, bukan hanya pada diri sendiri. Si pembicara harus sadar bahwa sukses atau gagalnya pembicaraannya bukan dia tapi dinilai atau diputuskan oleh pendengarnya.
            Selain itu, menurut Novi Oriza dalam http://novi.blog.unair.ac.id/2008/08/12/8-cara-bicara-efektif/ ada delapan cara untuk berbicara efektif :
  1. Sebelum bicara, pikirkan dulu apa yang ingin disampaikan. Rangkai kata-kata  sebaik mungkin agar pesan anda mudah dicerna oleh lawan bicara. Bertuturlah dengan gaya bahasa yang pantas, santun, dan berbasa - basilah seperlunya.
  2. Saat berbicara, sesuaikan volume dengan kondisi lingkungan, jangan terlalu lirih, tetapi tidak pula terlalu keras bila anda duduk berdekatan.
  3. Perhatikan nada suara, usahakan berbicara dengan nada bervariasi, dan sesekali diselingi humor tanpa menyinggung pribadi seseorang. Nada yang monoton akan membuat perhatian lawan bicara teralih dari fokus pembicaraan atau kemungkinan merasa bosan.
  4. Sesuaikan kecepatan bicara dengan kondisi dan kepentingan. Jangan berbicara terlalu cepat di depan umum karena bisa jadi maksud anda tidak tercena dengan baik. Berdiskusilah di telepon yang sistematis dan tidak terlambat – lambat.
  5. Perhatikan siapa yang diajak berbicara, dalam suasana apa, materinya apa dan sebagainya. Ini penting, terutama bila urusannya berkaitan dengan pekerjaan.
  6. Saat berbincang, perhatikan bahasa tubuh, anda dapat duduk atau berdiri, tetapi yang pasti tatap lawan bicara agar ia menangkap kesungguhan anda. Meski sepele, efeknya sangat besar. Ketahuilah, sungguh tidak sopan jika tengan berbicara mata memandang ke tempat lain.
  7. Gerak tangan dan tubuh, serta ekspresi wajah yang tepat akan membantu menyampaikan maksud pembicaraan anda.
            Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam berbicara yang efektif dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :
1.      Sebelum kita menyampaikan pesan atau informasi kepada para pendengar, ada baiknya kita membuat suatu catatan yang mencakup isi dari pokok pembicaraan. Dari konsep tersebut dapat kita kembangkan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dapat menarik perhatian para pendengar. Pilihlah informasi yang bermanfaat untuk khalayak. Dalam menyampaikan isi pembicaraan, ada baiknya kita menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan tidak menggunakan bahasa daerah atau bahasa gaul.Dan berbicaralah sesuai dengan kebutuhan, jangan membicarakan sesuatu yang tidak penting untuk dibicarakan. Ini dilakukan agar pembicaraan yang kita sampaikan dapat dipahami oleh pendengar.
2.      Saat menyampaikan sesuatu kepada para pendengar, gunakaan volume atau tinggi rendahnya suara sesuai dengan kebutuhan. Apabila dalam pembicaraan tersebut dituntut untuk berbicara dengan nada yang tinggi, kita gunakan dengan nada tinggi, apabila rendah kita gunakan nada yang rendah. Dan dalam pembicaraan tersebut jangan menggunakan volume yang datar, karena dapat menimbulkan kejenuhan bagi para pendengar.
3.      Ada kalanya dalam menyampaikan isi pembicaraan diselingi dengan humor atau pengalaman yang membuat para pendengar terhibur, namun dalam menyampaikan humor tersebut tdak membuat orang tersinggung. Ini dilakukan agar pembicaraan dan suasana tersebut menjadi hidup dan tidak kaku.
4.      Gunakan kecepatan berbicara sesuai dengan keadaan, jangan berbicara terlalu cepat dan jangan terlalu lambat. Apabila berbicara terlalu cepat maka pesan yang kita sampaikan tidak akan dimengerti oleh para pendengar, dan jangan berbicara terlalu lambat karena menyebabkan pendengar menjadi bosan dan bisa saja meninggalkan tempat tersebut.
5.      Perhatikan kondisi dan situasi saat kitaa berbicara, siapa yang menjadi lawan pembicaraan kita, dalam suasana yang bagaimana dan apa bahan atau materi yang akan kita sampaikan. Misalnya kita akan menyampaikan sesuatu kepada pendengar dalam acara seminar budaya, otomatis materi yang akan kita sampaikan berkenaan dengan budaya, dan tidak boleh keluar dari bahan yang kita sampaikan, misalnya berbicara masalah politik.
6.      Pada saat berbicara, bahasa tubuh sangat diperhatikan. Adakalanya saat kita berbicara dengan keadaan tubuh yang berdiri, kadang duduk sesuaikan dengan kondisi. Dan perhatikan lawan bicara kita, jangan pada saat kita berbicara kita melihat yang lain karena itu tidak sopan.
7.      Jangan pada saat kita menyampaikan materi, kita hanya kaku tanpa ekspresi apapun. Bahasa tubuh sangat diharapkan agar pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti oleh para pendengar.
2.4  Diskusi Panel
2.4.1 Pengertian Diskusi Panel
Diskusi panel merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang dihadapan sekelompok hadirin mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkan. Diskusi panel adalah sekelompok individu yang membahas topik tentang kelebihan pada masyarakat atau pendengar diskusi.
Diskusi panel dapat dikatakan sangat berstruktur dan bisa saja sangat tidak formal. Suatu panel yang berstruktur mungkin membatasi panjang dan keleluasaan dalam menuturkan kata-kata dan pendapat, sedangkan panel yang tidak normal mungkin menekankan interaksi spontan yang bebas.
Pelaksanaan diskusi panel dimulai dengan pembahasan masalah oleh panulis. Para penelis menyampaikan gagasan secara bergeliran. Mereka mendiskusikan massalah yang diajukan sehingga menghasilkan kesimpulan. Ketua diskusi yang memandu jalannya diskusi merangkum hasil diskusi, kemudian mempersilahkan peserta dan pendengar untuk memberikan komentar. Peserta diskusi harus dapat pula menangkap uraian yang dikemukakan pembicara agar dapat menanggapi dengan baik.
Salah satu bentuk tanggapan terhadap pembicara dalam diskusi diantaranya mengajukan pertanyaan dalam hal itu, kita harus memperhatikan hal-hal berikut:

a.       Pertanyaan diajukan dengan jelas dan mengenai sasaran, jangan berbelit-belit.
b.      Pertanyaan diajukan dengan sopan, hindarkan agar peranyaan tidak dikemukakan dalam bentuk perintah atau perintaan.
c.       Usahakan supaya pertanyaan tidak di tapsirkan sebagai bantahan atau debat.
·         Kelebihan dan kekurangan diskusi panel
o   Kelebihan diskusi panel
a.       memberi kesempatan kepada pendengar untuk mengikuti berbagai pandangan sekaligus.
b.      Biasanya dalam diskusi panel timbul pro dan kontra, pandangan, semakin sengit. Pro dan kontra, maka diskusi akan menarik untuk di ikuti.
c.       Dalam diskusi panel, kelompok yang melakukan diskusi akan berhati-hati dalam mengjukan pandangan atau mengemukakan pendapat, karena menyadari akan dapat langsung digugat atau dibantah.
d.      Peserta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang lebih dalam hal yang didiskusikan dalam menyampaikan pandangan.

o   Kekurangan diskusi panel
a.       diskusi panel menjadi tidak menarik apabila semua peserta was-was untuk menyampaikan pandangan secara terus terang dan semua peserta merasa sungkan untuk berbeda pandangan.
b.      Suasana dalam diskusi panel akan menjadi pincang atau tidak seimbang apabila ada peserta jauh lebih tangkas dalam menyampaikan dari pada lainnya.
c.       Adalakanya moderator terpaksa harus berusaha membuat kesimpulannya sendiri dan menyampaikannya dalam diskusi itu.
d.      Harus memilih moderator yang berani yangrun mampu turun tangan untuk menyelamatkan diskusi agar jangan sampai pincang atau berat sebelah.
e.       Ada kemungkinan terjadinya ‘pencemaran nama baik ‘ dalam diskusi panel.

2.4.2 Tugas-tugas para pelaku diskusi panel
o   Tugas-tugas peserta
a.       mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai dengan akhir dan terbagi menjadi tim affirmatif dan oposisi yang termasuk panelis.
b.      mengajukan unsur, pendapat, maupun komentar.
c.       Meminta panelis untuk memberikan pembuktian, contoh, maupuan perbandingan.

o   Tugas-tugas notula atau penulis
a.       menulis jumlah peserta dan segala kegiatan dalam diskusi.
b.      Diperbolehkan untuk menyanggah.
c.       Diperbolehkan untuk menyetujui ataupun tidak menyetujui.
d.      Membuat makalah tentang permasalah yang didiskusikan

o   Tugas-tugas penyaji atau panelis
a.       menyajikan materi diskusi.
b.      berperan sebagai pembicara dalam diskusi.
c.       Mengutarakan makalah yang disampaikan.
d.      Menjawab pertanyaan dari peserta dan penyanggah.
o   Tugas-tugas moderator
a.       Membuka diskusi
b.      Membacakan riwayat kehidupan panulis.
c.       Mempersilakan panulis untuk berbicara.
d.      Mengatur dan memimpin jalannya diskusi.
e.       Membacakan kesimpulan diskusi.

o   Tugas-tugas penyanggah
a.       Menyanggah usulan dari tim affirmative.
b.      Menyanggah pembicaraan panelis.
c.       Meneliti kata-kata dalam makalah.
d.      Melakukan pembuktian dan menentuka nilai banding.
e.       Menyanggah hal-hal yang dianggap penting.

2.4.3. Tata krama diskusi panel
            Adapun tata krama dalam diskusi panel diantaranya adalah:
·         Tata Krama Penyaji atau Pemasaran yaitu:
a.       Menyiapkan makalah yang sesuai dengan topik dan landasan pemikiran yang akurat.
b.      Menyampaikan makalah secara berurutan, sengkay, dan jelas.
c.       Menerima kritik dan saran dari berbagai pihak.
d.      Menjawab pertanyaan  dengan objektif.
·         Tata krama peserta yaitu:
a.       Mempelajari makalah.
b.      Bersikap sopan.
c.       Menjaga kelancaran rapat/diskusi.
d.      Tidak berbicara pada waktu diskusi.
e.       Apabila materi yang disampaikan belum selesai hendaknya jangan ada yang tbertanya, bila ingin bertanya ada waktunya yaitu sesi pertanyaan.
2.4.4  Cara Penyusunan Laporan Diskusi Panel
            Laporan diskusi panel dibuat setelah diskusi selesai dilaksanakan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan laporan diskusi panel sama dengan laporan diskusi lainnya. Laporan sebaiknya tersusun atas bagian pendahuluan, bagian uraian pelaksanaan, serta bagian penutup yang mencakup kesimpulan dan saran. 
·         Bagian pendahuluan laporan harus meliputi :
1. Latar belakang pelaksanaan diskusi panel
2. Tujuan diskusi panel
3. Persiapan-persiapan diskusi panel
·         Bagian uraian atau isi laporan meliputi  :
1. Pelaksanaan diskusi panel (hari, tanggal, waktu, dan tempat)
2. Peserta yang mengikuti diskusi panel
3. Hasil diskusi panel
4. Jalannya diskusi panel
·         Bagian penutup meliputi :
1. Kesimpulan hasil diskusi panel
2. Hal-hal yang disarankan dalam diskusi panel
·         Lampiran-lampiran dapat berupa :
1. Sura-surat izin pelaksanaan diskusi panel
2. Proposal penyelenggaraan diskusi panel
3. Makalah-makalah yang didiskusikan
4. Susunan panitia penyelenggaraan
5. Ringkasan makalah
6. Daftar hasil peserta
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Jenis-jenis Kegiatan Berbicara
1.      Jenis kegiatan berbicara berdasarkan situasi
v  Berbicara formal
q  Ceramah
q  Perencanaan
q  Interview
q  Prosedur parlementer
q  Pidato
v  Berbicara informal
q  Tukar pengalaman
q  Percakapan
q  Menyampaikan berita
q  Menyampaikan pengumuman
q  Bertelepon
q  Memberi petunjuk
2.      Jenis kegiatan berbicara berdasarkan tujuan
v  Berbicara menghibur
v  Berbicara menginformasikan
v  Berbicara menstimulasi
v  Berbicara meyakinkan
v  Berbicara menggerakkan
3.      Jenis kegiatan berbicara berdasarkan jumlah penyimak
v  Berbicara antar pribadi
v  Berbicara dalam kelompok kecil
v  Berbicara dalam kelompok besar
4.      Etika berbicara yang sopan
1.      Adanya kesabaran
2.      Tidak menunjukkan rasa jemu
3.      Tidak berbicara terus menerus
4.      Tidak membicarakan diri sendiri
5.      Tidak menceritakan keburukan orang lain
6.      Tidak baik mengolok-olok orang lain dalam pembicaraan
7.      Tidak berbicar untuk satu orang saja
8.      Tidak bersenda gurau pada teman karib di depan umum
9.      Tidak menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing
10.  Tidak berbicara tentang kecabulan
11.  Mengambil topik pembicaraan yang disukai oleh sebagian besar peserta percakapan
12.  Tidak menyebutkan budi baik kita
13.  Tidak bergaya sok tau
14.  Tidak membicarakan paham politik atau agama didepan pembicaraan yang pesertanya berbeda paham dan agama
15.  Tidak bersikeras dengan pendapat sendiri

5.      Berbicara tidak sopan
          Pada dasarnya sikap yang dinilai tidak sopan di dalam suatu percakapan ialah sikap yang berlawanan dengan sikap sopan. Kalau kita menerapkan sikap sopan, menghindari sikap yang tidak sopan atau sebaliknya. Bila kita mampu menghindari hal tersebut, mudah-mudahan kita menjadi anggota percakapan yang diterima oleh setiap pendengar yang hadir memang tidak mudah melakukannya. Tetapi kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan dan menghindarkan aturan tersebut.
Cara yang tepat untuk berbicara efektif  :
·         Membicarakan Sesuatu yang Pantas untuk dibicarakan berdasarkan pengalaman atau penyelidikan.

·         Yakinlah Anda Pada Pokok Pembicaraan Anda

·         . Bersemangat dalam Berbagi Pendapat

v  Diskusi Panel merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang dihadapan sekelompok hadirin mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkan. Diskusi panel adalah sekelompok individu yang membahas topik tentang kelebihan pada masyarakat atau pendengar diskusi.

3.2 Saran
          Diharapkan kepada para pembaca atau pendengar yang membaca makalah ini dapat mengetahui dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari bagaimana jenis kegiatan berbicara, etika berbicara, dan cara yang tepat untuk berbicara efektif. Denan adanya makalah ini pembaca lebih mengetahui secara mendalam dan dapat berpedoman dalam menyampaikan sesuatu kepada pendengar bahwa dalam berbicara banyak hal yang harus diperhatikan dalam menyampaikannya. Selain itu dapat meningkatkan kualitas berbicara di depan para pendengar.








DAFTAR PUSTAKA
Mustafa, Nur,dkk. 2006. Berbicara. Pekanbaru : Cendekia Insani







Tidak ada komentar:

Posting Komentar