BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga
gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain.
Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui
lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra
tutur. Memang setiap orang dikodratkan untuk bisa berbicara atau berkomunikasi
secara lisan, tetapi tidak semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara
baik dan benar.
Keterampilan
berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu
memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang
baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara dan
menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya berkaitan dengan bunyi
bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui suara atau
bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak seseorang mendapat informasi melalui
ucapan atau suara.Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang tidak
dapat di-pisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak,
demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya
sama-sama penting dalam komunikasi.
Manusia adalah
mahluk sosial. Manusia baru akan menjadi manusia bila ia hidup dalam lingkungan
manusia. Kesadaran betapa pentingnya berbicara dalam kehidupan manusia dalam
bermasyarakat dapat mewujudkan bermacam aneka bentuk. Lingkungan terkecil
adalah keluarga, dapat pula dalam bentuk lain seperti perkumpulan sosial,
agama, kesenian, olah raga, dan sebagainya.
Setiap manusia
dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan
perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil
pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.Kehidupan manusia setiap
hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara.
Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan
ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri.
Di luar
lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga,
antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Terjadi
pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di pertemuan-pertemuan, bahkan
terkadang terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua situasi tersebut
menuntut agar kita mampu terampil berbicara.
Berbicara
berperan penting dalam pendidikan keluarga. Tata krama dalam pergaulan
diajarkan secara lisan. Adat kebiasaan, norma-norma yang berlaku juga
seringkali diajarkan secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional
maupun masyarakat modern.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis kegiatan
berbicara?
2. Bagaimana etika berbicara yang baik?
3. Bagaimana cara yang tepat untuk
berbicara yang efektif?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan jenis-jenis kegiatan berbicara
2. Mendeskripsikan etika berbicara yang baik
3. Mendeskripsikan cara yang tepat untuk berbicara yang efektif.
1.4 Manfaat
1.Agar para
pembaca dapat mengetahui apa saja jenis-jenis-jenis kegiatan berbicara
2. Agar para
pembaca dapat mengetahui etika berbicara yang baik
3. Agar para
pembaca dapat mengetahui cara yang tepat untuk berbicara yang efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-jenis Kegiatan Berbicara
Paling sedikit ada lima
landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara. Kelima
landasan tersebut adalah:
1. Situasi
2. Tujuan
3. Metode Penyampaian
4. Jumlah Penyimak
5. Peristiwa Khusus
A. Jenis Kegiatan Berbicara Berdasarkan Situasi
Kegiatan
berbicara selalu terjadi dalam suasana, situasi dan lingkungan tertentu.
Berdasarkan situasi berbicara berbicara, terbagi atas:
1.
Berbicara Formal
formal.
Dalam hal ini, pembicara dituntut berbicara secara formal. Bahasa yang
dipergunakan adalah bahasa yang baku dan dapat dipahami secara umum. Jenis
kegiatan berbicara yang bersifat formal Berbicara formal atau resmi berlangsung
dalam situasi mencakup;
a. Ceramah
b. Perencanaan
c. Interview
d. Prosedur parlementer
e. Pidato
Logan dkk dalam Tarigan (1997:48)
2.
Berbicara Informal
Berbicara
informal berarti berbicara tidak resmi. Bahasa yang digunakan tidak resmi atau
menggunakan bahasa sehari-hari. Walaupun tidak formal, aktivitas ini perlu
dipelajari. Implikasi dari pernyataan itu terlihat dalam pembelajaran di
sekolah. Pada kurikulum terlihat adanya penekanan dan penggalakan berbicara
yang bersifat informal.
Kegiatan berbicar informal meliputi:
a. Tukar pengalaman
b. Percakapan
c. Menyampaikan berita
d. Menyampaikan pengumuman
e. Bertelepon
f. Memberi petunjuk
B. Jenis Kegiatan Berbicara
Berdasarkan Tujuan
Setiap
berbicara pasti mempunyai tujuan. Apa yang diharapkan oleh pembicara ? jawaban
pertanyaan tersebut, mengarahkan kita kepada tujuan berbicara. Dari dulu tujuan
berbicara selalu menjadi bahan pembicaraan dikalangan para ahli.
Berdasarkan
tujuannya, berbicara dibedakan atas lima jenis yaitu ; berbicara menghibur,
menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan dan menggerakkan.
1.
Berbicara Menghibur
Berbicara
ini suasananya santai, rileks, senda gurau dan terkesan komedi. Tujuan utamanya
adalah menghibur pendengar. Unsur pesan tidak begitu penting bahkan tidak ada.
Pembicara berusaha dengan segala cara untuk menghibur pendengarnya supaya
senang, gembira, dan bersuka ria. Contoh pembicara seperti ini, antara lain
lawakan, guyonan, cerita Abu Nawas dan lain-ain.
2.
Berbicara Menginformasikan
Suasana
bicara ini kelihatan serius, tertib, dan hening. Pesan merupakan tujuan utama
pembicara maupun pendengar. Sipembicara ingin menyampaikan pesan, si pendengar
untuk mendapatkan pesan. Pembicara berusaha menginformasikan pesan dengan
jelas, sistematika dan tepat agar informasi terjaga keakuratannya, pendengarpun
berusaha menangkap informasi dengan sungguh-sungguh. Contoh berbicara untuk
tujuan menginformasikan ini adalah:
(a) Penjelasan menteri Sekertaris Negara
sehabis sidang kabinet
(b) Penjelasan guru bahsa Indonesia
kepada siswa-siswanya tentang langkah-langkah mengarang.
(c) Penjelasan kepada Humas POLRI tentang
tertangkapnya gembong teroris
3.
Berbicara Menstimulasi
Pembicara untuk stimulasi lebih tinggi kedudukannya dari pada
pendengarnya. Status tinggi tersebut dapat disebabkan oleh jabatan,
pengetahuan, pengalaman, pangkat, atau fungsinya melebihi pendengarnya.
Pembicara ini juga berusaha serius, walau kadang-kadang terasa kaku, pembcara
berusaha mengarahkan pendengarnya agar pendengar berbuat lebih baik, bekerja
dengan tekun, belajar lebih rajin, bertingkah laku lebih sopan, atau bersikap
lebih dewasa. Pembicara biasanya dilandasi rasa kasih sayang, kemauan, dan
inspirasi pendengar. Contoh berbicara menstimulasi antara lain:
a. Nasihat guru terhadap anak didiknya
yang malas mengerjakan PR
b. Nasehat psikiater terhadap
pasiennyayang hampir stres
c. Nasehat bapak pada anak remajanya
yang suka mabuk-mabukan.
4.
Berbicara Menyakinkan
Berbicara meyakinkan, bertujuan untuk pendengarannya. Sudah
pasti, pembicara ini lebih serius bahkan terkesan mnegangkan. Si pembicara
dituntut terampil dan mempunyai wawasan luas. Pembicara berusaha mengubah sikap
pendengarnya dari yang tidak setuju menjadi setuju, dari tidak mau membantu
menjadi mau membantu, dari yang tidak simapti menjadi simpati, dari yang tidak
berencana memilih menjadi berencana memilih. Untuk lebih meyakinkan pembicara
harus melandaskan pembicaraannya dengan argumentasi yang logis, nalar dan dapat
dipertanggungjawabkan dari segala segi. Contoh berbicara meyakinkan, antara
lain:
a. Pidato menggerakkan di daerah yang
kurang menyenangi partainya.
b. Pidato gubernur tentang
program-program di hadapan mahasiswa
c. Pidato lurah di daerah yang kumuh
tentang pentingnya kebersihan.
5.
Berbicara Menggerakkan
Berbicara
menggerakkan menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi
pendengarannya. Pokok-pokok pembicaraan biasanya untuk membangkitkan semangat
pendengar agar mau bersama-sama mencapai suatu tujuan. Pembicara haruslah orang
yang berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat. Melalui kepintarannya
berbicara atau berpidato, kecakapannya membakar emosi, kelihaiannya membaca
situasi ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa, pembicara dapat menggerakkan
massa kearah yang diinginkannya. Misalnya Bung Tomo dapat membakar semangat
juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Amin Rais dapat
meyakinkan mahasiswa menuntut diadakannya reformasi pada tahun 1987.
C. Jenis Kegiatan Berbicara
Berdasarkan Jumlah Penyimak
Komunikasi
lisan terjadi bila ada pembicara dan pendengar. Jumlah pembicara hanya satu
orang. Jumlah penyimak bervariasi, misalnya satu orang, beberapa orang
(kelompok keci), banyak orang (kelompok besar). Berdasarkan jumlah pendengar,
berbicara dibagi atas tiga jenis, yaitu:
a. Berbicara antar pribadi
b. Berbicara dalam kelompok kecil
c. Berbicara dalam kelompok besar
(Tarigan
dalam Mustafa, dkk. 2006:16)
1.
Berbicara Antarpribadi
Berbicara
antarpribadi, atau berbicara empat mata terjadi apabila dua pribadi
membicarakan sesuatu. Pembicaraan seperti ini bisa serius dan mungkin santai,
akrab, dan bebas. Suasananya tergantung kepada masalah yang dipercakapkan,
hubungan antara pembicara dengan pendengar. Secara otomatis pembicara berganti
peran sesuai dengan situasi.
Jenis
berbicara ini banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pribadi pernah
melakukannya. Beberapa contoh pembicaraan antar pribadi adalah:
a. Percakapan serius antara dua kekasih
b. Pembicaraan dokter dengan pasiennya
c. Diskusi dosen pembimbing dengan
mahasiswanya
d. Pembicaraan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dengan presiden Amerika Serikat
2.
Berbicara dalam
Kelompok Kecil
Pembicara
ini berbicara dihadapan sekelompok pendengar, misalnya lima orang. Pembicara
dan pendengar juga bertukar peran, tapi tidak sebanyak mobilitas pada berbicara
antar pribadi. Pembicara lebih dominan dari pada pendengar, contoh berbicara
dalam kelompok kecil ini antara lain:
a. Komandan polisi menerangkan suatu
perkara pada anggotanya
b. Kepala sekolah memimpin rapat bersama
dengan guru
c. Calon guru mengadakan praktik
pengajaran
d. Guru bahasa mengajar latihan
berbahasa
3.
Berbicara dalam
Kelompok Besar
Berbicara
dalam kelompok besar terjadi apabila pembicara menghadapi penyimak dalam jumlah
yang banyak. Pendengar mungkin berasal dari berbagai kalangan, tetapi mungkin
juga pembicara seperti ini bisa terjadi di aula, gedung parlemen, atau lapangan
pramuka. Kongres PGRI misalnya pendengar homogen, dan pada kampanye pemilu
pendengar sangat heterogen.
Pergantian
peran dalam berbicara ini sangat rendah bahkan tidak ada. Bila dalam aula,
masih ada salah seorang atau beberapa orang bisa menjadi pembicara, tetapi
dilapangan terbuka seperti kampanye pemilihan umum, hampir tidak ada kesempatan
pendengar menjadi pembicara, jadi mobilitas pergantian peran dalam berbicara
kelompok besar sangat rendah.
Berikut
beberapa contoh berbicara dalam kelompok besar:
a. Kiai kondang Zainuddin menyampaikan
dakwah dilapangan terbuka.
b.
Ketua
PGRI pusat memberikan pengarahan dihadapan peserta kongres PGRI se-Indonesia.
c.
Kampanye
partai politik menghadirkan juru kampanye dari Jakarta
d.
Khutbah
Idul Fitri dilapangan terbuka
D. Jenis-jenis Bicara pada Peristiwa
Khusus
Kita
sering mengadakan berbagai kegiatan. Kegiatan ada yang bersifat umum dan ada
yang bersifat khusus atau istimewa. Berbicara pada kegiatan spesifik ini
disebut berbicara pada peristiwa khusus. Kegiatan khusus banyak sekali seperti
ulang tahun, perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Peristiwa ini juga dapat
berlangsung disemua tempat seperti dirumah, dikantor, digedung pertemuan dan
sebagainya. Biasanya, berbicara ini dilakukan acara tertentu atau upacara
tertentu berupa kata sambutan, selamat datang, selamat jalan, selamat
berbahagia, mohon bersabar, da sebagainya.
Logan
dkk, dalam Tarigan (1997:56) menyatakan bahwa berbicara atau pidato peristiwa
khusus dapat digolongkan enam jenis, yakni:
a. Pidato presentasi
b. Pidato penyambutan
c. Pidato perpisahan
d. Pidato perkenalan
e. Pidato penjamuan (makan malam)
f. Pidato nominasi (mengunggulkan)
Isi
pidato harus sesuai dengan peristiwa khusus yang sedang terjadi. Pidato
sambutan berupa sambutan kepada para tamu, pidato perpisahan berarti kata-kata
perpisahan dengan ornag tertentu. Pidato jamuan adalah pidato khusus jamuan
seperti selamat datang, mendoakan kesehatan buat tamu dan sebagainya. Pidato
perkenalan berisi pidato memperkenalkan pribadi tentang nama, jabatan, alamat,
pendidikan, dan sebagainya. Pidato nominasi adalah pidato mengunggulkan berisi
pujian, alasan seseorang diunggulkan.
2.2 Etika Berbicara
Ada
beberapa kata yang sama artinya dengan etika, yakni budi pekerti, tata krama,
akhlak, dan sopan santun. Pengertiannya adalah berprilaku baik dan terpuji,
tidak menyakitkan perasaan orang lain. Sebagai tingkah laku atau kegiatan
lainnya, berbicarapun harus memperhatikan etika atau sopan santun. Seseorang
yang pandai berbicara bila mengabaikan kesopanan dalam percakapan, menimbulkan
pandangan yang buruk dan kebosanan, bahkan kebencian. Dengan demikian,
kepandaian berbicara harus diimbangi dengan pengetahuan tentang tata kesopanan.
2.2.1 Berbicara yang
Sopan
Dalam bukunya “sopan santun berbicara dan menyimak” M. Atar Semi mengatakan setidaknya ada lima
belas perilaku yang dinilai sopan dalam berbicara. Perilaku tersebut ialah:
a. Adanya kesabaran
Sikap sabar dalam percakapan sangatlah penting. Yang hadir
atau terlibat dalam suatu percakapan tidaklah kita sendiri. Melainkan ada lawan
bicara, entah terdiri dari satu beberapa orang. Kesabaran yang dimaksud adalah
kesabaran untuk tidak memotong pembicaraan orang lain, menuju giliran bicara,
dalam menyimak lawan bicara menyampaikan gagasannya.
b. Tidak menunnjukkan rasa jemu
Dalam menghadapi
lawan bicara, kita tidak boleh menunjukkan rasa jemu, atau kesal. Walaupun yang
dibicarakan itu tidak sesuai dengan pendapat atau keinginan kita, namun kita
boleh menunjukkan rasa jemu atau tidak suka dengan apa yang dikatakan lawan
bicara. Dengarkan lah uraian atau penjelasannya, kalau ada yang dirasakan tidak
enak atau tidak sesuai dengan pandangan kita, dapat kita sampaikan dengan baik
dan tenang pada saat giliran kita, dapat kita sampaikan dengan baik dan tenang
pada saat giliran kita berbicara.memperlihatkan rasa jemu dan tidak suka
menggingging perasaan lawan bicara.
c. Tidak berbicara terus menerus
Dalam percakapan harus selalu diingat bahwa setiap orang
mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk berbicara mengemukakan pendapat.
Oleh sebab itu, sangat tidak sopan kalu berbicara tanpa menghiraukan kesempatan
orang lain atau lawan bicara untuk menyampaikan pendapatnya. Kalau kita
memborong kesempatan berbicara maka terlihat jelas bahwa kita adalah seseorang
yang egois yang mementingkan diri sendiri, serta suka merugikan orang lain. Kebiasaan
ini merupakan kebiasaan Yng mencemarkan nama baik, dan terkesan sebagai orang
yang menjemukan atau serakah.
d. Tidak membicarakan diri sendiri
Membicaraka diri sendiri dalam percakapan, baik mengenai
kehebatan maupun kekurangan kita, sampaikanlah hal itu sekedar saja, hanya
sebagai bahan perkenalan saja, bukan untuk membanggakan diri, seperti
mencceritakan kehebatan atau keberhasilan orang tua, paman dan saudara kita
tidakklah baik, dan dapat menimbulkan kesan bahwa kita itu sombong dan
merendahkan martabat lawan bicara. Orang yang menceritakan berbagai macam
kehebatan dirinya dengan maksud agar lawan bicara menjadi iri, kagum atau orang
lain menghormatinya adalah sikap yang tidak terpuji. Orang semacam ini ialah
orang yang ingin kelihatan hebat dengan menyandang nama orang lain.
e. Tidak menceritakan keburukan orang lain
Kita boleh menceritakan orang lain, asal yang diceritakan
itu tentang kehebatannya. Orang lain yang dimaksud bukan orang yang mempunyai
hubungan keluarga. Yang tidak boleh ialah menceritakan aib atau keburukan orang
lain. Hal itu biasanya dinilai sebagai gosip atau menjurus fitnah. Dalam
agamapun hal itu dilarang, apalagi keburukan itu bukan atas kemauan orang yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, hindarilah kebiasaan menceritakan aib atau
keburukan orang lain sebagai bahan pembicaraan.
f. Tidak baik mengolok-olok orang lain
dalam pembicaraan
Dalam pembicaraan memang sering orang berusaha mencari bahan
pembicaraan yang dapat memancing tawa. Memang baik dalam percakapan diselingi lelucon
yang dapat menimbulkan kegembiraan dan kesegaran. Tetapi yang harus dihindari
ialah membuah bahan olokan itu orang lain. Biasanya yang dijadikan olokan itu
kelemahan orang lain. Akan lebih buruk lagi yang diolok-olokan itu termasuk
salah seorang yang ikut dalam perckapan. Walaupun maksudnya gurau, tetap saja
hal semacam itu tidak boleh, karena tidak ada orang yang mau dijadikan bahan
tertawaan atau bahan olokan.
g. Tidak berbicara untuk satu orang saja
Kalau yang hadir dalam percakapan atau perbincangan terdiri
atas banyak orang, janganlah menunjukkan pembicaraan hanya kepada seorang saja,
tetapi tunjukkanlah kepada semua orang.
h. Tidak bersenda gurau pada teman karib
di depan umum
Memang biasa, kalau dua orang yang bersahabat atau dekat,
apalagi teman lama bersenda gurau bila bertemu. Namun jangan sampai senda gurau
itu dilakukan didekat orang lain atau di depan umum. Kadang-kadang ada orang
yang dengan sengaja melakukan senda gurau di muka orang banyak untuk
memperlihatkan bahwa dia dekat denga pejabat penting itu. Perilaku semacam itu
merupakan perilaku yang tidak baik. Walaupun teman akrab, namun tidak boleh
begurau tidak pada tempatnya.
i. Tidak menggunakan bahasa daerah atau
bahasa asing
Bila diantara anggota percakapan ada yang tidang mengerti.
Jangan menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing apabila di dalam percakapan
yang lebih dari dua orang ada diantaranya tidak mengerti dengan bahasa yang
digunakan. Untuk itu digunakan bahasa nasional, bahasa Indonesia. Biasanya
kalau dua orang sahabat yang sekampung berbincang-bincang akan menggunakan
bahasa kampung halaman mereka. Namun apabila datang orang ketiga dalam
pembicaraan itu, sebaiknya beralih menggunakan bahasa yang dapat dipahami
bersama. Cara semacam ini dinilai sopan, karena ada usaha menghormati teman
mereka yang berasal dari daerah lain.
j. Tidak berbicara tentang kecabulan
Sebaiknya dihindari menyelipkan bahan percakapan yang berisi
kecabulan atau masalah seks, apalagi kalau yang hadir itu terdiri dari beberapa
kelompok umur dan terdiri dari dua jenis kelamin. Hal itu akan lebih sopan
kalau kita tidak menyimpangkan pembicaraan yang “porno” karena besar
kemungkinan ada di antara yang hadir tidak menyukai cara seperti itu.
k. Mengambil topik pembicaraan yang
disukai oleh sebagian besar peserta percakapan
Sebaiknya dalam percakapan yang terdiri dari banyak orang,
pililah topik pembicaraan yang menarik perhatian seluruh peserta, jangan
memilih topik pembicaraan yang hanya disukai oleh sebagian kecil anggota
percakapan. Bila yang tertarik atau menyukai topik pembicaraan itu hanya
sebagian kecil saja, dapat membuat percakapan berat sebelah dan tidak meriah,
karena yang terlibat jumlahnya terbatas.
Perbuatan baik yang pernah kita lakukan kepada orang lain
sebaiknya jangan disebut-sebut dalam percakapan atau di depan umum, apalagi
didepan orang yang pernah kita tolong. Perbuatan itu akan ada pahalanya disisi
Tuhan. Orang yang pernah kita tolong tentu akan ingat dan berterima kasih. Tetapi
hal itu disebut-sebut orang banyak maka akan terlibatlah bahwa kegiatan itu
dilakukan bukan karena ikhlas melainkan untuk memperolah balasan. Apabila budi
baik dan pertolongan yang ikhlas itu diberikan kepada orang lain, tidak perlu
disebut berulang-ulang.
.
m. Tidak bergaya sok tahu
Apabila betul-betul mengetahui atau menguasai suatu masalah
lalau kita jelaskan kepada orang lain yang tidak tahu, hal ini merupakan
perbuatan yang sangat sopan dan terpuji. Tapi apabila ada orang yang menyatakan
atau memberikan keterangan tentang suatu yang sebenarnya dia sendiri tidak
menguasai hal itu sikap semacam ini merupakan penipuan diri sendiri dan dapat
menyesatkan orang lain.
Banyak orang yang mempunyai sifat sok tahu dengan
percakapan. Dengan sikap jelek itu dia senantiasa hendak menjelaskan sesuatu
hal seolah-olah dia orang pintar dan banyak ilmu. Padahal tidak demikian.
Sebaiknya sikap semacam ini dihilangkan karena dapat merugikan orang lain dan
merusak nama baik sendiri.
n. Tidak membicarakan paham politik atau
agama di depan pembicaraan yang pesertanya berbeda paham dan agama.
Boleh saja kita menggunakan topik pembicaraan tentang paham
politik atau agama, apabila pesserta percakapan itu terdiri dari satu paham
atau agama yang sama. Tapi kalau dalam percakapan itu terdapat orang yang
berbeda paham atau agama, sebaiknya jangan memilih topik percakapan tentang
paham politik atau agama. Bila hal itu dibicarakan akan dapat merusak perasaan
orang yang tidak sepaham dan berbeda agama dengan kita. Biasanya pembicaraan
mengenai itu cendrung bersifat subjektif dan berat sebelah. Hal itu dapat
merusak perasaan yang lain.
Topik percakapan yang menyangkut paham aliran politik,
agama, atau ras sangat sensitif sebaiknya dipilih suasana yang cocok untuk
membicarakan hal atau topik ini.
o. Tidak bersikeras dengan pendapat
sendiri
Dalam percakapan, tidak baik kalau kita berpendapat bahwa
jalan pikiranlah yang paling benar. Kita tidak boleh mengotot agar lawan bicara
kita dapat menerima mentah-mentah pendapat atau pikiran kita. Walaupun pendapat
kita itu benar namun kita jangan bersikeras untuk membeberkannya dan
menyalahkan pendapat lawan bicara. Harus disadari bahwa tidak ada suatu
pendapat atau pandangan yang selalu benar.
2.2.2
Berbicara yang tidak sopan
Pada dasarnya sikap yang dinilai tidak sopan di dalam suatu
percakapan ialah sikap yang berlawanan dengan sikap sopan. Kalau kita
menerapkan sikap sopan, menghindari sikap yang tidak sopan atau sebaliknya.
Bila kita mampu menghindari hal tersebut, mudah-mudahan kita menjadi anggota
percakapan yang diterima oleh setiap pendengar yang hadir memang tidak mudah
melakukannya. Tetapi kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan dan
menghindarkan aturan tersebut.
2.3 Cara
yang tepat untuk berbicara efektif
Kemampuan
berbicara
sangat penting dalam kegiatan bekerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Selain kualitas pesan yang disampaikan, cara berbicara patut diperhatikan,
karena akan mencerminkan kepribadian kita sebenarnya.Setiap orang bisa
berkomunikasi dengan baik jika mau belajar dan berkreativitas di dalam
komunikasi dua arah atau tatap muka dengan lawan bicara.
Kemampuan ini bisa ditingkatkan
dengan banyak belajar dan menambah pengetahuan dan pengalaman. Misalnya anda
ingin menjadi ahli berbicara tentang para sastrawan, maka ada baiknya anda mempelajari
dan mencari informasi dari berbagai sumber
untuk mengetahui secara mendalam tentang para sastrawan tersebut,
misalnya hasil karya yang ia ciptakan, kehidupan para sastrawan dalam
mengembangkan karya sastra, budayanya, dan lain-lain. Ini dilakukan agar saat
kita berbicara di depan umum, kita mengetahui dan menguasai topik yang akan
kita bicarakan.
Menurut Carnigie, seorang ahli
berbicara Newyork, Amerika Serikat, terdapat tiga hukum utama cara yang mudah
dan cepat untuk belajar berbicara dihadapan umum.
1. Membicarakan Sesuatu yang Pantas untuk
dibicarakan berdasarkan pengalaman atau penyelidikan.
Orang-orang
yang membicarakan kisahnya di televisi maupun dimuka umum dalam membawakan
acara atau atau masalah lain kelihatan sangat menarik. Coba saja kalau mereka
diminta membicarakan sesuatu yang formil, misalnya politik, Anda bisa
membayangkan tidak menariknya program itu. Inilah kesalahan yang sering dibuat
oleh pembicara pada berbagai pertemuan atau mereka berpendapat, harus berbicara
mengenai hal-hal yang tidak mereka fahami dan tidak mereka senangi.Mereka
memilih topic yang muluk-muluk, misalnya tetang Demokrasi, Keadilan, Hukum dan
lain-lain.Mereka mengira dengan bicara hal tersebut menarik perhatian
pendengar. Tetapi pendengar tidsk tertarik pada konsep yang muluk-muluk dan
bercampur aduk seperti itu.
Pada suatu pertemuan, antara staf
pengajar khusus berbicara Date Carnegie di Conrad Hilton Hotel Cicago seorang
muri disuruh berpidato. Murid tersebut berpidato dengan kalimat “Kemerdekaan,
persamaan, persaudaraan, ini merupakan ide umat manusia. Bayangkan kalau hidup
ini dikekang tanpa ada kebebasan”.
Baru berbicara sampai disini, pembicara
itu disuruh berhenti karena disela staf pengajar. Dia bertanya apakah pembicara
yakin akan ucapannya. Dia juga ditanya apakah mempunyai bukti dan pengalaman
pribadi tentang yang diucapkannya itu.
Kemudian,
pembicara menceritakn dia seorang pejuang rahasia Perancis. Dia mengisahkan
bagaimana menderitanya, dia bersama keluarga dibawah pemerintahan Nazzi. Dalam
bahasa yang jelas dan semangat yang mengisahkan bagaimana bisa melarikan diri
dari polisi rahasia hingga melarikan diri ke Amerika.
Untuk
menutup kisahnya ia berkata demikian, “ Ketika saya berjalan disepanjang jalan
menuju hotel ini. Tadi, saya bebas untuk datang maupun pergi. Saya melewati
seorang polisi dan tidak diacuhkan sama sekali. Saya berjalan memasuki hotel
ini tanpa harus menunjukkan kartu pengenal, dan saya bisa pergi kemanapun d Cicago
ini jika saya mau. Percayalah pada saya kebebasan pantas untuk di perjuangkan”.
Ia memperoleh tepukan yang meriah dari para pendengar.
2. Yakinlah Anda Pada Pokok Pembicaraan
Anda
Saat
memyampaikan pokok pembicaraan kepada para pendegar, kita harus yakin dengan
topik yang akan kita bicarakan, tidak ragu dalam menyampaikan ketika kita
berbicara di depan umum. Apabila timbul keraguan pada diri kita untuk
menyampaikannya, para pendengar pun akan ragu dan tidak percaya dengan apa yang
kita sampaikan. Pilihlah topik sesuai dengan kemampuan yang kita punya agar
pembicaraan kita hidup dan dapat dipahami oleh para pendengar.
3. Bersemangat dalam Berbagi Pendapat
Ada
tiga faktor yang selalu ada dalam situasi berbicara, yaitu pembicara dan
pembicaraan berhubungan dengan pembicara. Supaya situasi berbicara menjadi
hidup, si pembicara harus menghubungkan pembicaraannya dengan pendengar yang
hadir. Mungkin bahan pembicaraan dipersiapkan dengan baik, mungkin pembicara
bersemangat dengan topik yang telah disiapkan, tapi agar sukses secara
sempyrna, ada faktor lain yang harus dimasukkan dalam situasi berbicara. Si
pembicara harus membuat pendengarnya merasa bahwa apa yang dikatakannya itu
penting bagi pendengar. Si pembicara bukan hanya harus semangat dalam
pembicaraan, tapi harus pula bersemangat mengalihkan semangat ini pada
pendengarnya.
Seorang
pembicara yang efektif harus berusaha agar pendengar merasakan apa yang
dirasakannya, untuk untuk menyamakan pikirannya, untuk melaksanakan apa yang
menurut pembicara baik dilakukan, dan untuk menikmati dan menghidupkan
pengalaman bersamanya, si pembicara harus memusatkan perhatian pada si
pendengar, bukan hanya pada diri sendiri. Si pembicara harus sadar bahwa sukses
atau gagalnya pembicaraannya bukan dia tapi dinilai atau diputuskan oleh
pendengarnya.
Selain itu, menurut Novi Oriza dalam http://novi.blog.unair.ac.id/2008/08/12/8-cara-bicara-efektif/ ada delapan cara untuk berbicara
efektif :
- Sebelum bicara, pikirkan dulu apa yang ingin disampaikan. Rangkai kata-kata sebaik mungkin agar pesan anda mudah dicerna oleh lawan bicara. Bertuturlah dengan gaya bahasa yang pantas, santun, dan berbasa - basilah seperlunya.
- Saat berbicara, sesuaikan volume dengan kondisi lingkungan, jangan terlalu lirih, tetapi tidak pula terlalu keras bila anda duduk berdekatan.
- Perhatikan nada suara, usahakan berbicara dengan nada bervariasi, dan sesekali diselingi humor tanpa menyinggung pribadi seseorang. Nada yang monoton akan membuat perhatian lawan bicara teralih dari fokus pembicaraan atau kemungkinan merasa bosan.
- Sesuaikan kecepatan bicara dengan kondisi dan kepentingan. Jangan berbicara terlalu cepat di depan umum karena bisa jadi maksud anda tidak tercena dengan baik. Berdiskusilah di telepon yang sistematis dan tidak terlambat – lambat.
- Perhatikan siapa yang diajak berbicara, dalam suasana apa, materinya apa dan sebagainya. Ini penting, terutama bila urusannya berkaitan dengan pekerjaan.
- Saat berbincang, perhatikan bahasa tubuh, anda dapat duduk atau berdiri, tetapi yang pasti tatap lawan bicara agar ia menangkap kesungguhan anda. Meski sepele, efeknya sangat besar. Ketahuilah, sungguh tidak sopan jika tengan berbicara mata memandang ke tempat lain.
- Gerak tangan dan tubuh, serta ekspresi wajah yang tepat akan membantu menyampaikan maksud pembicaraan anda.
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam berbicara yang efektif dapat dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya :
1.
Sebelum kita menyampaikan pesan atau informasi kepada para
pendengar, ada baiknya kita membuat suatu catatan yang mencakup isi dari pokok
pembicaraan. Dari konsep tersebut dapat kita kembangkan dengan bahasa yang mudah
dimengerti dan dapat menarik perhatian para pendengar. Pilihlah informasi yang
bermanfaat untuk khalayak. Dalam menyampaikan isi pembicaraan, ada baiknya kita
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan tidak menggunakan bahasa daerah
atau bahasa gaul.Dan berbicaralah sesuai dengan kebutuhan, jangan membicarakan
sesuatu yang tidak penting untuk dibicarakan. Ini dilakukan agar pembicaraan
yang kita sampaikan dapat dipahami oleh pendengar.
2.
Saat menyampaikan sesuatu kepada para pendengar, gunakaan
volume atau tinggi rendahnya suara sesuai dengan kebutuhan. Apabila dalam
pembicaraan tersebut dituntut untuk berbicara dengan nada yang tinggi, kita
gunakan dengan nada tinggi, apabila rendah kita gunakan nada yang rendah. Dan
dalam pembicaraan tersebut jangan menggunakan volume yang datar, karena dapat
menimbulkan kejenuhan bagi para pendengar.
3.
Ada kalanya dalam menyampaikan isi pembicaraan diselingi
dengan humor atau pengalaman yang membuat para pendengar terhibur, namun dalam
menyampaikan humor tersebut tdak membuat orang tersinggung. Ini dilakukan agar
pembicaraan dan suasana tersebut menjadi hidup dan tidak kaku.
4.
Gunakan kecepatan berbicara sesuai dengan keadaan, jangan
berbicara terlalu cepat dan jangan terlalu lambat. Apabila berbicara terlalu
cepat maka pesan yang kita sampaikan tidak akan dimengerti oleh para pendengar,
dan jangan berbicara terlalu lambat karena menyebabkan pendengar menjadi bosan
dan bisa saja meninggalkan tempat tersebut.
5.
Perhatikan kondisi dan situasi saat kitaa berbicara, siapa
yang menjadi lawan pembicaraan kita, dalam suasana yang bagaimana dan apa bahan
atau materi yang akan kita sampaikan. Misalnya kita akan menyampaikan sesuatu
kepada pendengar dalam acara seminar budaya, otomatis materi yang akan kita
sampaikan berkenaan dengan budaya, dan tidak boleh keluar dari bahan yang kita
sampaikan, misalnya berbicara masalah politik.
6.
Pada saat berbicara, bahasa tubuh sangat diperhatikan.
Adakalanya saat kita berbicara dengan keadaan tubuh yang berdiri, kadang duduk
sesuaikan dengan kondisi. Dan perhatikan lawan bicara kita, jangan pada saat
kita berbicara kita melihat yang lain karena itu tidak sopan.
7.
Jangan pada saat kita menyampaikan materi, kita hanya kaku
tanpa ekspresi apapun. Bahasa tubuh sangat diharapkan agar pesan yang kita sampaikan
dapat dimengerti oleh para pendengar.
2.4 Diskusi Panel
2.4.1 Pengertian
Diskusi Panel
Diskusi panel
merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang
dihadapan sekelompok hadirin mengenai suatu masalah tertentu yang telah
dipersiapkan. Diskusi panel adalah sekelompok individu yang membahas topik
tentang kelebihan pada masyarakat atau pendengar diskusi.
Diskusi panel dapat
dikatakan sangat berstruktur dan bisa saja sangat tidak formal. Suatu panel
yang berstruktur mungkin membatasi panjang dan keleluasaan dalam menuturkan
kata-kata dan pendapat, sedangkan panel yang tidak normal mungkin menekankan
interaksi spontan yang bebas.
Pelaksanaan diskusi
panel dimulai dengan pembahasan masalah oleh panulis. Para penelis menyampaikan gagasan
secara bergeliran. Mereka mendiskusikan massalah yang diajukan sehingga
menghasilkan kesimpulan. Ketua diskusi yang memandu jalannya diskusi merangkum
hasil diskusi, kemudian mempersilahkan peserta dan pendengar untuk memberikan
komentar. Peserta diskusi harus dapat pula menangkap uraian yang dikemukakan
pembicara agar dapat menanggapi dengan baik.
Salah satu bentuk
tanggapan terhadap pembicara dalam diskusi diantaranya mengajukan pertanyaan
dalam hal itu, kita harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Pertanyaan
diajukan dengan jelas dan mengenai sasaran, jangan berbelit-belit.
b. Pertanyaan
diajukan dengan sopan, hindarkan agar peranyaan tidak dikemukakan dalam bentuk
perintah atau perintaan.
c. Usahakan
supaya pertanyaan tidak di tapsirkan sebagai bantahan atau debat.
·
Kelebihan dan kekurangan diskusi panel
o
Kelebihan
diskusi panel
a. memberi
kesempatan kepada pendengar untuk mengikuti berbagai pandangan sekaligus.
b. Biasanya
dalam diskusi panel timbul pro dan kontra, pandangan, semakin sengit. Pro dan
kontra, maka diskusi akan menarik untuk di ikuti.
c. Dalam
diskusi panel, kelompok yang melakukan diskusi akan berhati-hati dalam
mengjukan pandangan atau mengemukakan pendapat, karena menyadari akan dapat
langsung digugat atau dibantah.
d. Peserta
yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang lebih dalam hal yang didiskusikan
dalam menyampaikan pandangan.
o
Kekurangan
diskusi panel
a. diskusi
panel menjadi tidak menarik apabila semua peserta was-was untuk menyampaikan
pandangan secara terus terang dan semua peserta merasa sungkan untuk berbeda
pandangan.
b. Suasana
dalam diskusi panel akan menjadi pincang atau tidak seimbang apabila ada
peserta jauh lebih tangkas dalam menyampaikan dari pada lainnya.
c. Adalakanya
moderator terpaksa harus berusaha membuat kesimpulannya sendiri dan
menyampaikannya dalam diskusi itu.
d. Harus
memilih moderator yang berani yangrun mampu turun tangan untuk menyelamatkan
diskusi agar jangan sampai pincang atau berat sebelah.
e. Ada
kemungkinan terjadinya ‘pencemaran nama baik ‘ dalam diskusi panel.
2.4.2 Tugas-tugas
para pelaku diskusi panel
o
Tugas-tugas
peserta
a.
mengikuti jalannya diskusi dari awal
sampai dengan akhir dan terbagi menjadi tim affirmatif dan oposisi yang termasuk panelis.
b.
mengajukan unsur, pendapat, maupun
komentar.
c. Meminta
panelis untuk memberikan pembuktian, contoh, maupuan perbandingan.
o
Tugas-tugas
notula atau penulis
a.
menulis jumlah peserta dan segala
kegiatan dalam diskusi.
b.
Diperbolehkan untuk menyanggah.
c.
Diperbolehkan untuk menyetujui ataupun
tidak menyetujui.
d. Membuat
makalah tentang permasalah yang didiskusikan
o
Tugas-tugas
penyaji atau panelis
a.
menyajikan materi diskusi.
b.
berperan sebagai pembicara dalam
diskusi.
c.
Mengutarakan makalah yang disampaikan.
d. Menjawab
pertanyaan dari peserta dan penyanggah.
o
Tugas-tugas
moderator
a. Membuka diskusi
b. Membacakan riwayat kehidupan panulis.
c. Mempersilakan
panulis untuk berbicara.
d. Mengatur
dan memimpin jalannya diskusi.
e. Membacakan
kesimpulan diskusi.
o
Tugas-tugas
penyanggah
a.
Menyanggah usulan dari tim affirmative.
b.
Menyanggah pembicaraan panelis.
c.
Meneliti kata-kata dalam makalah.
d.
Melakukan pembuktian dan menentuka
nilai banding.
e. Menyanggah
hal-hal yang dianggap penting.
2.4.3. Tata
krama diskusi panel
Adapun
tata krama dalam diskusi panel diantaranya adalah:
·
Tata Krama Penyaji atau Pemasaran yaitu:
a. Menyiapkan
makalah yang sesuai dengan topik dan landasan pemikiran yang akurat.
b. Menyampaikan
makalah secara berurutan, sengkay, dan jelas.
c. Menerima
kritik dan saran dari berbagai pihak.
d. Menjawab
pertanyaan dengan objektif.
·
Tata krama peserta yaitu:
a. Mempelajari
makalah.
b. Bersikap
sopan.
c. Menjaga
kelancaran rapat/diskusi.
d. Tidak
berbicara pada waktu diskusi.
e. Apabila
materi yang disampaikan belum selesai hendaknya jangan ada yang tbertanya, bila
ingin bertanya ada waktunya yaitu sesi pertanyaan.
2.4.4 Cara Penyusunan Laporan
Diskusi
Panel
Laporan
diskusi panel dibuat setelah diskusi selesai dilaksanakan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam penyusunan laporan diskusi panel sama dengan laporan diskusi
lainnya. Laporan sebaiknya tersusun atas bagian pendahuluan, bagian uraian
pelaksanaan, serta bagian penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
·
Bagian pendahuluan laporan harus meliputi :
1. Latar belakang pelaksanaan diskusi panel
2. Tujuan diskusi panel
3. Persiapan-persiapan diskusi panel
·
Bagian uraian atau isi laporan meliputi
:
1. Pelaksanaan diskusi panel (hari, tanggal, waktu,
dan tempat)
2. Peserta yang mengikuti diskusi panel
3. Hasil diskusi panel
4. Jalannya diskusi panel
·
Bagian penutup meliputi :
1. Kesimpulan hasil diskusi panel
2. Hal-hal yang disarankan dalam diskusi panel
·
Lampiran-lampiran dapat berupa :
1. Sura-surat izin pelaksanaan diskusi panel
2. Proposal penyelenggaraan diskusi panel
3. Makalah-makalah yang didiskusikan
4. Susunan panitia penyelenggaraan
5. Ringkasan makalah
6. Daftar hasil peserta
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Jenis-jenis
Kegiatan Berbicara
1. Jenis
kegiatan berbicara berdasarkan situasi
v Berbicara formal
q Ceramah
q Perencanaan
q Interview
q Prosedur parlementer
q Pidato
v Berbicara informal
q Tukar pengalaman
q Percakapan
q Menyampaikan berita
q Menyampaikan pengumuman
q Bertelepon
q Memberi petunjuk
2. Jenis kegiatan berbicara berdasarkan
tujuan
v Berbicara menghibur
v Berbicara menginformasikan
v Berbicara menstimulasi
v Berbicara meyakinkan
v Berbicara menggerakkan
3. Jenis kegiatan berbicara berdasarkan
jumlah penyimak
v Berbicara antar pribadi
v Berbicara dalam kelompok kecil
v Berbicara dalam kelompok besar
4.
Etika berbicara yang sopan
1.
Adanya
kesabaran
2.
Tidak
menunjukkan rasa jemu
3.
Tidak
berbicara terus menerus
4.
Tidak
membicarakan diri sendiri
5.
Tidak
menceritakan keburukan orang lain
6.
Tidak
baik mengolok-olok orang lain dalam pembicaraan
7.
Tidak
berbicar untuk satu orang saja
8.
Tidak
bersenda gurau pada teman karib di depan umum
9.
Tidak
menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing
10.
Tidak
berbicara tentang kecabulan
11.
Mengambil
topik pembicaraan yang disukai oleh sebagian besar peserta percakapan
12.
Tidak
menyebutkan budi baik kita
13.
Tidak
bergaya sok tau
14.
Tidak
membicarakan paham politik atau agama didepan pembicaraan yang pesertanya
berbeda paham dan agama
15.
Tidak
bersikeras dengan pendapat sendiri
5.
Berbicara tidak sopan
Pada
dasarnya sikap yang dinilai tidak sopan di dalam suatu percakapan ialah sikap
yang berlawanan dengan sikap sopan. Kalau kita menerapkan sikap sopan,
menghindari sikap yang tidak sopan atau sebaliknya. Bila kita mampu menghindari
hal tersebut, mudah-mudahan kita menjadi anggota percakapan yang diterima oleh
setiap pendengar yang hadir memang tidak mudah melakukannya. Tetapi kita harus
berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan dan menghindarkan aturan tersebut.
Cara
yang tepat untuk berbicara efektif :
·
Membicarakan Sesuatu yang Pantas untuk dibicarakan
berdasarkan pengalaman atau penyelidikan.
·
Yakinlah Anda Pada Pokok Pembicaraan Anda
·
. Bersemangat dalam Berbagi Pendapat
v
Diskusi Panel merupakan forum
pertukaran pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang dihadapan sekelompok
hadirin mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkan. Diskusi panel
adalah sekelompok individu yang membahas topik tentang kelebihan pada
masyarakat atau pendengar diskusi.
3.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca atau
pendengar yang membaca makalah ini dapat mengetahui dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari bagaimana jenis kegiatan berbicara, etika berbicara, dan
cara yang tepat untuk berbicara efektif. Denan adanya makalah ini pembaca lebih
mengetahui secara mendalam dan dapat berpedoman dalam menyampaikan sesuatu
kepada pendengar bahwa dalam berbicara banyak hal yang harus diperhatikan dalam
menyampaikannya. Selain itu dapat meningkatkan kualitas berbicara di depan para
pendengar.
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa, Nur,dkk. 2006. Berbicara. Pekanbaru : Cendekia Insani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar