BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Salah
satu dari berbagai cara manusia membudayakan dirinya ialah dengan bahasa, yang
merupakan alat komunikasi antar sesama. Bahasa itu kemudian diungkapkan juga
dengan simbol atau lambang sebagai bahasa tulis disamping bahasa lisan. Menurut
http://idorastafara.blogspot.com/2011/10/ragam-bahasa-lisan-dan-tulisan.html
bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada hubungan antara
lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan
dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri.
Tulisan,
merupakan salah satu cara untuk memberitahukan sesuatu pada orang lain selain
dengan tuturan. Budaya tulisan merupakan sebuah kebudayaan baru, yang menjadi
pemisah antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah. Pada awalnya,
tulisan-tulisan ini masih berupa simbol-simbol yang digambar di sembarang
tempat, seperti di dinding gua. Manusia mengalami sesuatu dengan melihat, kemudian
mendengar. Melalui daya ingat dan penglihatan, maka timbulah bahasa gambar.
Bahasa gambar pun berkembang tatkala manusia berbahasa lisan, dari bahasa lisan
manusia mengungkapkan gambar-gambar tadi menjadi simbol atau gambar abstrak
yang menjadi huruf-huruf sebagai alat penyampaian pesan kepada manusia lain
secara tidak langsung.
Perlahan-lahan
budaya tulisan ini mengalami perkembangan sesuai dengan daerahnya
masing-masing, meskipun berasal dari satu induk yang sama. Begitu juga halnya
di Indonesia. Budaya tulisan berkembang dengan seiringnya waktu. Muncul
berbagai aksara di Nusantara sebagai buktinya adalah peninggalan prasasti.
Dalam makalah ini kami sebagai
penulis membahas tentang “Sejarah Keberaksaan di Nusantara”. Pembahasan ini
sangat menarik karena membahas tentang sejarah serta perkembangan aksara di
Nusantara. Dimana setiap daerah memiliki aksara yang berbeda. Perbedaan ada
pada bentuk dan beberapa bunyi kata yang berbeda. Masih banyak aksara-aksara lain yang tersebar
di Nusantara ini. Nusantara bukan hanya Indonesia jika mengacu pada Sumpah
Palapa. Banyak kemiripan antara kebudayaan di Nusantara ini. Hal itu
kemungkinan karena kebudayaan tersebut berasal dari satu kebudayaan yang
kemudian berkembang sesuai dengan daerah masing-masing. Namun satu hal, bahwa
wilayah yang mempunyai budaya lisan dan budaya tulis sekaligus mayoritas berada
di timur, dan itu artinya kebudayaan timur lebih maju dibandingkan dengan
kebudayaan barat. Tak ada aksara Inggris atau aksara Amerika, yang ada aksara
Jawa, Sunda, Bali, Kanji, dan lain sebagainya.
1.2.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang kami ambil adalah:
- Apakah yang dimaksud dengan aksara Nusantara?
- Bagaimanakah perkembangan keberaksaraan di Nusantara?
- Apa sajakah jenis-jenis dari aksara di Nusantara?
BAB II
SEJARAH KEBERAKSARAAN DI NUSANTARA
2.1. PENGERTIAN AKSARA
NUSANTARA
Aksara
merupakan bentuk dari tulisan yang digunakan untuk menuliskan bahasa yang
dipakai, aksara sistem
tanda-tanda
grafis yg dipakai manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili
ujaran. Konsep
keberaksaraan atau literasi mengandung harapan tentang keterampilan dan
pengetahuan dalam membaca, memahami, dan menghasilkan teks sebagai bagian dari
perangkat dan kapasitas intelektual seseorang jika ia ingin berpartisipasi
secara penuh di kebudayaan dan masyarakat tempatnya hidup. Secara spesifik,
keberaksaraan adalah sebuah kompetensi yang terutama amat diperlukan agar
seseorang dapat secara efektif mempelajari dan menggunakan berbagai format dan
representasi komunikasi yang diciptakan oleh sebuah masyarakat. Kompetensi ini
seringkali berkaitan pula dengan kesepakatan dan aturan yang ada di masyarakat
bersangkutan. Sedangkan Nusantara merupakan kawasan
yang ada di seluruh indonesia. Menurut //E:/Aksara
Nusantara –Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas.htm Aksara Nusantara merupakan
beragam aksara atau tulisan
yang digunakan di Nusantara untuk secara
khusus menuliskan bahasa daerah tertentu. Istilah Aksara Nusantara seringkali dikaitkan dengan
aksara hasil inkulturisasi kebudayaan India sebelum
berkembangnya Agama Islam di Nusantara
dan sebelum kolonialisasi bangsa-bangsa Eropa di Nusantara. Berbagai macam media tulis dan alat
tulis digunakan untuk menuliskan Aksara Nusantara. Media tulis untuk prasasti
antara lain meliputi batu, kayu, tanduk hewan, lempengan emas, lempengan perak,
tempengan tembaga, dan lempengan perunggu; tulisan dibuat dengan alat tulis
berupa pahat. Media tulis untuk naskah antara lain meliputi daun lontar, daun nipah, janur kelapa, bilah bambu, kulit kayu,
kertas lokal, kertas impor, dan kain; tulisan dibuat dengan alat tulis berupa
pisau atau pena dan tinta. Jadi keberaksaraan nusantara merupakan kemampuan dan
keterampilan dalam mempelajari, memahami dan menggunakan tulisan.
2.2. PERKEMBANGAN AKSARA DI NUSANTARA
Bukti tertua mengenai keberadaan
Aksara Nusantara yaitu berupa tujuh buah yupa (tiang batu untuk menambatkan
tali pengikat sapi) yang bertuliskan prasasti mengenai upacara waprakeswara
yang diadakan oleh Mulawarmman, Raja Kutai di daerah Kalimantan Timur. Tulisan
pada yupa-yupa tersebut menggunakan Aksara Pallawa dan Bahasa Sanskrta.
Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf Aksara Pallawa pada yupa, para ahli
menyimpulkan bahwa yupa-yupa tersebut dibuat pada sekitar abad IV.
Dapat
disimpulkan sejak abad IV itulah Bangsa Indonesia telah mengenal bahasa tulis
yang terus berkembang mengikuti perkembangan bahasa lisan. Perkembangan ini
dimulai terutama sejak bahasa daerah (misalnya Bahasa Melayu Kuno dan Bahasa
Jawa Kuno) juga dituangkan dalam bentuk tulisan selain dari Bahasa Sanskrta
yang pada masa sebelumnya merupakan satu-satunya bahasa yang lazim dituliskan.
Sejak abad XV Aksara Nusantara berkembang pesat dengan ditandai
beraneka-ragamnya aksara untuk menuliskan berbagai bahasa daerah hingga
kemudian peranannya mulai tergeser oleh Abjad Arab dan Alfabet Latin.
Sebagaimana
halnya dengan identitas budaya lokal di Nusantara, pada masa kini Aksara
Nusantara merupakan salah satu warisan budaya yang nyaris punah. Oleh karena
itu, beberapa pemerintah daerah yang merasa tergugah untuk menjaga kelestarian
budaya tersebut membuat peraturan-peraturan khusus mengenai pelestarian aksara
daerah masing-masing. Latar belakang inilah yang akhirnya antara lain menjadi
dasar munculnya Aksara Sunda Baku pada tahun 1996.
Hampir
semua aksara daerah di Indonesia merupakan turunan Aksara Pallawa yang berasal
dari daerah India Selatan. Aksara Jawi, Akara Pegon, dan Aksara Bilang-bilang
merupakan turunan Abjad Arab; sedangkan Aksara Nagari berasal dari daerah India
Utara. Baik Aksara Pallawa maupun Aksara Nagari adalah turunan dari Aksara
Brahmi yang merupakan induk semua aksara di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Istilah
Aksara Nusantara juga bisa digunakan untuk merangkum aksara-aksara yang
digunakan dan berkembang di Kepulauan Filipina. Hampir semua aksara daerah di
Filipina merupakan turunan Aksara Kawi (Aksara Jawa Kuno). Aksara-aksara ini
meliputi Aksara Baybayin, Aksara Tagbanwa, Aksara Buhid, Aksara Hanunó'o, dan
Aksara Kapampangan. Sedangkan Aksara Eskaya merupakan hasil budaya asli Bangsa
Filipina.
Beberapa
aksara daerah dinamai menurut susunan huruf-hurufnya atau menurut nama
abecedarium aksara tersebut. Demikianlah maka Aksara Jawa Baru dan Aksara Bali
disebut Aksara Hanacaraka; sedangkan Aksara Rejang, Aksara Kerinci, Aksara
Lampung, dan Aksara Sunda Baku disebut juga Aksara Kaganga mengikuti
abecedarium Aksara Pallawa : ka kha ga gha nga.
Zaman Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
Aksara yang berkembang
pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha pada umumnya digunakan untuk
menuliskan Bahasa Sanskrta atau bahasa daerah yang sangat terpengaruh Bahasa
Sansekerta.
·
Aksara Pallawa
·
Aksara Nagari
·
Aksara Kawi (Aksara
Jawa Kuna)
·
Aksara Buda
·
Aksara Sunda Kuna
·
Aksara Proto-Sumatera
Zaman Kerajaan-kerajaan
Islam
Aksara yang berkembang
pada zaman kerajaan-kerajaan Islam di antaranya memiliki huruf untuk menuliskan
bunyi dalam Bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa daerah (misalnya
Aksara Jawa dan Aksara Bali) ataupun sistem vokalnya mengikuti sistem vokal
Abjad Arab yang hanya mengenal tiga bunyi vokal (misalnya Aksara Kerinci dan
Aksara Buhid).
·
Aksara Batak (Surat
Batak)
·
Aksara Rejang
·
Aksara Kerinci (Surat
Incung)
·
Aksara Lampung (Had
Lappung)
·
Aksara Jawa (Aksara
Jawa Baru / Hanacaraka)
·
Aksara Bali
·
Aksara Lontara
·
Aksara Baybayin (Aksara
Tagalog)
·
Aksara Tagbanwa
·
Aksara Buhid
·
Aksara Hanunó'o
·
Aksara Kapampangan
·
Aksara Eskaya
Zaman Modern
Aksara daerah yang berkembang pada
zaman modern memiliki huruf untuk menuliskan bunyi dalam Bahasa Arab (misalnya
f dan z) dan Bahasa Latin (misalnya x dan v) yang tidak terdapat dalam bahasa
daerah.
·
Aksara Sunda Baku
Perubahan
Aksara Pallawa (kolom paling kiri) menjadi sejumlah aksara Nusantara. Kolom
kedelapan adalah Aksara Jawa Baru (Hanacaraka), kolom kesembilan adalah Aksara
Bali, dan kolom paling kanan adalah Aksara Bugis (Lontara).

Seiring
perubahan zaman, budaya, dan bahasa masyarakat penggunanya, suatu aksara dapat
mengalami perubahan jumlah huruf, bentuk huruf maupun bunyinya, walaupun tetap
saja dianggap sebagai bagian dari aksara induknya; atau dengan kata lain, tidak
terpecah menjadi aksara baru. Demikianlah misalnya Abjad Arab yang digunakan
untuk menuliskan Bahasa Arab sedikit berbeda dengan Abjad Arab yang digunakan
untuk menuliskan Bahasa Melayu, atau juga Alfabet Latin yang digunakan untuk
menuliskan Bahasa Latin sedikit berbeda dengan Alfabet Latin yang digunakan untuk
menuliskan Bahasa Jerman. Dalam perjalanan sejarahnyapun Aksara Nusantara tidak
luput dari kecenderungan untuk memunculkan variasi-variasi baru yang tetap
mempertahankan kaidah inti aksara induknya.
Aksara lain yang digunakan selain aksara yang diatas :
Aksara lain yang digunakan selain aksara yang diatas :
·
Abjad Arab : Aksara Jawi untuk
Bahasa Melayu dan Aksara Pegon untuk Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda
·
Alfabet Latin : Ejaan
Van Ophuijsen, Ejaan Soewandi, dan EYD
·
Hanzi
·
Hangul
2.3. JENIS-JENIS AKSARA
NUSANTARA
Dari urutannya, Aksara Nusantara
terbagi dalam beberapa bagian :
Zaman
Klasik :
·
Aksara
Palawa
·
Aksara
Siddamatrka
·
Aksara
Kawi ( Aksara Jawi Kuna )
Zaman
Pertengahan :
·
Aksara
Buda
·
Aksara
Sunda Kuna
·
Proto
– Sumatera
Zaman
Kolonial :
·
Aksara
Batak ( Surat Batak )
·
Aksara
Rencong ( Aksara Kerinci )
·
Aksara
Lampung ( Had Lampung )
·
Aksara
Jawa ( Aksara Jawa Baru / Hanacaraka )
·
Aksara Bali
·
Aksara
Lontara ( Aksara Bugis - Makassar )
·
Aksara
Baybayin
·
Aksara
Buhid
·
Aksara
Hanuno'o
·
Aksara
Tagbanwa
Zaman Modern :
Dalam perjalanannya, Aksara
Nusantara mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan perkembangan budaya,
zaman dan juga masyarakat penggunanya. Beberapa contoh variasi perubahan Aksara
Nusantara sebagai berikut :
Variasi
Aksara Kawi ( Aksara Jawa Kuno ) :
·
Aksara
Kayuwangi : Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk bundar
miring. Disebut Aksara Kayuwangi, karena aksara ini banyak ditemukan di
prasasti-prasasti dari sebelum hingga sesudah masa pemerintahan Rakai
Kayuwangi, Raja Mataram ( 855 - 885 ), oleh para ahli epigrafi Indonesia,
aksara Kayuwangi dinilai sebagai jenis Aksara Kawi yang paling indah.
·
Aksara
Kuadrat : merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk huruf menyerupai
kotak atau bujursangkar. Variasi ini banyak dijumpai jaman Kerajaan Kediri dan
Kerajaan Singasari.
·
Aksara
Majapahit : merupakan aksara Kawi yang tiap hurupnya ditulis dengan banyak
hiasan yang kadang membuat para ahli kesulitan membacanya. Seperti namanya.
Aksara ini banyak dijumpau pada jaman Kerajaan Majapahit.
Variasi
Aksara Batak :
·
Aksara
Batak : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Toba
·
Aksara
Karo : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Karo
·
Aksara
Dairi : Akasara Batak untuk menuliskan Bahasa Dairi
·
Aksara
Simalungun : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Simalungun
·
Aksara
Mandailing : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Mandailing.
Variasi
Aksara Jawa :
·
Aksara
untuk menuliskan Bahasa Jawa Baru
·
Aksara
untuk menuliskan Bahasa Jawa Kuna
·
Aksara
untuk menuliskan Bahasa Jawa dengan dialek Banten
·
Aksara
untuk menuliskan Bahasa Jawa dengan dialek Cirebon
·
Aksara
untuk menuliskan Bahasa Sunda / Aksara Sunda Cacarakan
Variasi
Aksara Bali :
·
Aksara
untuk menuliskan Bahasa Bali Baru
·
Aksara
untuk menuliskan Bahasa Bali Kuna
·
Aksara
untuk menuliskan Bahasa Sasak
Variasi Bahasa Lontara :
Terdiri dari Aksara Bugis yang
digunakan unatuk menuliskan Bahasa Bugis dan Aksara Makassar yang digunakan
untuk menuliskan Bahasa Makassar.
Dan kekayaan budaya Nusantara
khususnya Aksara Nusantara diyakini tidak hanya itu, masih ratusan atau ribuan
lagi Aksara dan Bahasa Nusantara yang saat ini masih digunakan oleh penduduk
Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
HURUF AKSARA DI INDONESIA
Sejarah
mencatat bahwa aksara tertua di Nusantara (Asia Tenggara umumnya)
disebarluaskan seiring dengan menyebarnya agama Buddha, jenis aksara yang
semula dipergunakan untuk menulis ajaran. mantra-mantra suci atau teks-teks
dengan jenis aksara yang dipakainya disebut Sidhhamatrika, disingkat Siddham.
Tetapi sarjana Belanda lebih menyukai istilah Prenagari
Sebelum
hadirnya aksara Arab dan Latin sekarang, tulisan yang lazim dipergunakan di
kawasan Asia Tenggara (kecuali di Vietnam dan sebagian kalangan penduduk Cina
Selatan) diduga sebagian besar dari pengaruh India. Begitu pun halnya yang
terjadi di Nusantara para sarjana (pribumi dan asing) hampir selalu mengajukan
pendapat senada bahwa aksara di Nusantara hadir sejalan dengan berkembangnya
unsur (Hindu-Buda) dari India yang datang dan menetap, melangsungkan
kehidupannya dengan menikahi penduduk setempat. Maka sangat wajar, langsung
atau tidak langsung disamping mengenalkan budaya dari negeri asalnya sambil
mempelajari budaya setempat di lingkungan pemukiman baru, salah satu
implikasinya adalah bentuk aksara (de Casparis 1975).
1.
Aksara Rencong
Aksara rencong adalah istilah yang
mula-mula digunakan oleh para peneliti belanda untuk merujuk pada aksara surat
ulu yang digunakan di kawasan ulu (pegunungan) sumatra, khususnya di kerinci,
bengkulu, sumatra selatan, dan lampung. Bersama dengan aksara-aksara daerah
lain di sumatra, surat ulu merupakan turunan dari aksara pallawa. Pada masa
lalu surat ulu dituliskan pada bambu, tanduk kerbau, dan kulit kayu.
Aksara
ulu yang kadang-kadang juga dinamakan aksara kaganga berdasarkan tiga huruf
pertama dalam urutan abjadnya, masih serumpun dengan surat batak (aksara
batak).
2.
Aksara Batak
sistem
tradisi penulisan didalam bahasa batak toba diduga telah ada sejak abad
ke-13,dengan aksara yang mungkin berasal dari aksara jawa kuno, melalui aksara
sumatera kuno. Aksara ini bersifat silabis artinya tanda untuk menggambarkan
satu suku kata/silaba atau silabis. Jumlah lambang /tanda itu sebanyak 19 buah
huruf yang disebut juga induk huruf dan ditambah 7 jenis anak huruf.
Pada
dasarnya huruf /ka/ tidak pernah ditemukan dalam bahasa batak toba, misalnya
orang batak toba pada mulanya bila menyebutkan kopi adalah hopi, dan hoda
[bukan kuda]. Tetapi sekarang ini orang batak tidak lagi menyebutnya hopi
melainkan kopi, itulah perubahan pelafalan dalam bahasa batak toba.
3.
Aksara Lampung
Aksara
lampung yang disebut dengan had lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki
hubungan dengan aksara pallawa dari india selatan. Macam tulisannya fonetik
berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam huruf arab dengan
menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris
bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan
tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
4.
Aksara Sunda
Aksara
sunda kuna merupakan aksara yang berkembang di daerah Jawa Barat pada abad
xiv-xviii yang pada awalnya digunakan untuk menuliskan bahasa sunda kuna.
Aksara sunda kuna merupakan perkembangan dari aksara pallawa yang mencapai
taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar
pada abad xvi.
5.
Aksara Jawa

Aksara jawa modern adalah modifikasi dari aksara kawi dan merupakan abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili dua buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara ha yang mewakili dua huruf yakni h dan a, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “hari”. Aksara na yang mewakili dua huruf, yakni n dan a, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “nabi”. Dengan demikian, terdapat penyingkatan cacah huruf .dalam suatu penulisan kata apabila dibandingkan dengan penulisan aksara latin.
6.
Aksara Bali
Aksara
bali adalah huruf tradisional masyarakat bali dan berkembang di bali. Aksara
bali merupakan suatu abugida yang berpangkal pada huruf pallawa. Aksara ini
mirip dengan aksara jawa. Perbedaannya terletak pada lekukan bentuk huruf.
7.
Aksara Bugis/Lontara
Sejarahnya
lontara mempunyai dua pengertian dalam bahasa bugis,yakni 1).lontara sebagai
sejarah dan ilmu pengetahuan,dan 2).lontara sebagai tulisan. Kata lontara
berasal dari bahasa bugis yang berarti daun lontar karena awalnya ditulis dalam
daun lontar. Daun lontar ini memiliki lebar kira-kira 1 cm sedangkan panjangnya
disesuaikan dengan panjangnya tulisan. Tiap – tiap daun lontar disambungkan
dengan menggunakan benang lalu digulung pada jepitan kayu, yang bentuknya mirip
gulungan pita kaset. Cara membacanya dari kiri ke kanan.aksara lontara biasa
juga disebut dengan sulapaq eppaq.
Selain dari aksara di atas, ada
aksara-aksara lain yang terdapat di Nusantara yaitu adalah:
Aksara
Hangul, diturunkan dari pendatang Korea di Indonesia
Aksara Jawi untuk Bahasa Melayu
Bahasa Bugis Konsonan
Bahasa Bugis Non-Konsonan
Aksara Sunda Kuno
Hanacaraka Jawa
Aksara Hanzi yang dibawa oleh pendatang dari daratan China
Aksara yang digunakan orang Batak
Aksara Pegon untuk Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda
Aksara Kawi dari salah satu kitab Sutasoma
Aksara Kanganga
Aksara Tagbanwa
Aksara Harunoo
Aksara Buhid
BAB III
PENUTUP
3.1
SIMPULAN
Aksara Nusantara merupakan beragam aksara atau tulisan
yang digunakan di Nusantara untuk secara
khusus menuliskan bahasa daerah tertentu. Perkembangan aksara terjadi di beberapa
zaman seperti zaman kerajaan Hindu-Budha, zaman kerajaan islam dan zaman
modern. Berbagai macam aksara berkembang di beberapa daerah.
Aksara digunakan sebagai alat penyampaian
pesan kepada manusia secara tidak langsung. Aksara sebagai simbol dari bahasa
lisan yang di tuliskan. Ada beberapa jenis aksara yang terdapat di nusantara
yaitu:
Zaman
Klasik :
·
Aksara
Palawa
·
Aksara
Siddamatrka
·
Aksara
Kawi ( Aksara Jawi Kuna )
Zaman
Pertengahan :
·
Aksara
Buda
·
Aksara
Sunda Kuna
·
Proto
– Sumatera
Zaman
Kolonial :
·
Aksara
Batak ( Surat Batak )
·
Aksara
Rencong ( Aksara Kerinci )
·
Aksara
Lampung ( Had Lampung )
·
Aksara
Jawa ( Aksara Jawa Baru / Hanacaraka )
·
Aksara Bali
·
Aksara
Lontara ( Aksara Bugis - Makassar )
·
Aksara
Baybayin
·
Aksara
Buhid
·
Aksara
Hanuno'o
·
Aksara
Tagbanwa
3.2
SARAN
Kami
sebagai penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
ilmu pengetahuan bagi pembaca. Kita ketahui bahwa sekarang ini masyarakat sudah
tidak mengetahui tentang aksara-aksara sebagi peninggalan sejarah tulisan di
Nusantara. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan
guna menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://yoppyyohana.blogspot.com/2009/12/perkembangan-aksara-aksara-di-indonesia.html
Terima kasih atas informasinya, sangat informatif dan bermanfaat. Jangan lupa kunjungi website Universitas Islam Negeri Walisongo: walisongo.ac.id
BalasHapus