Rabu, 22 April 2015

Aksara Nusantara



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
            Salah satu dari berbagai cara manusia membudayakan dirinya ialah dengan bahasa, yang merupakan alat komunikasi antar sesama. Bahasa itu kemudian diungkapkan juga dengan simbol atau lambang sebagai bahasa tulis disamping bahasa lisan. Menurut http://idorastafara.blogspot.com/2011/10/ragam-bahasa-lisan-dan-tulisan.html bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri.
            Tulisan, merupakan salah satu cara untuk memberitahukan sesuatu pada orang lain selain dengan tuturan. Budaya tulisan merupakan sebuah kebudayaan baru, yang menjadi pemisah antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah. Pada awalnya, tulisan-tulisan ini masih berupa simbol-simbol yang digambar di sembarang tempat, seperti di dinding gua. Manusia mengalami sesuatu dengan melihat, kemudian mendengar. Melalui daya ingat dan penglihatan, maka timbulah bahasa gambar. Bahasa gambar pun berkembang tatkala manusia berbahasa lisan, dari bahasa lisan manusia mengungkapkan gambar-gambar tadi menjadi simbol atau gambar abstrak yang menjadi huruf-huruf sebagai alat penyampaian pesan kepada manusia lain secara tidak langsung.
            Perlahan-lahan budaya tulisan ini mengalami perkembangan sesuai dengan daerahnya masing-masing, meskipun berasal dari satu induk yang sama. Begitu juga halnya di Indonesia. Budaya tulisan berkembang dengan seiringnya waktu. Muncul berbagai aksara di Nusantara sebagai buktinya adalah peninggalan prasasti.
            Dalam makalah ini kami sebagai penulis membahas tentang “Sejarah Keberaksaan di Nusantara”. Pembahasan ini sangat menarik karena membahas tentang sejarah serta perkembangan aksara di Nusantara. Dimana setiap daerah memiliki aksara yang berbeda. Perbedaan ada pada bentuk dan beberapa bunyi kata yang berbeda.  Masih banyak aksara-aksara lain yang tersebar di Nusantara ini. Nusantara bukan hanya Indonesia jika mengacu pada Sumpah Palapa. Banyak kemiripan antara kebudayaan di Nusantara ini. Hal itu kemungkinan karena kebudayaan tersebut berasal dari satu kebudayaan yang kemudian berkembang sesuai dengan daerah masing-masing. Namun satu hal, bahwa wilayah yang mempunyai budaya lisan dan budaya tulis sekaligus mayoritas berada di timur, dan itu artinya kebudayaan timur lebih maju dibandingkan dengan kebudayaan barat. Tak ada aksara Inggris atau aksara Amerika, yang ada aksara Jawa, Sunda, Bali, Kanji, dan lain sebagainya.
           
1.2.RUMUSAN MASALAH
             Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang kami ambil adalah:
  1. Apakah yang dimaksud dengan aksara Nusantara?
  2. Bagaimanakah perkembangan keberaksaraan di Nusantara?
  3. Apa sajakah jenis-jenis dari aksara di Nusantara?















BAB II
SEJARAH KEBERAKSARAAN DI NUSANTARA

2.1. PENGERTIAN AKSARA NUSANTARA
Aksara merupakan bentuk dari tulisan yang digunakan untuk menuliskan bahasa yang dipakai, aksara sistem tanda-tanda grafis yg dipakai manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran. Konsep keberaksaraan atau literasi mengandung harapan tentang keterampilan dan pengetahuan dalam membaca, memahami, dan menghasilkan teks sebagai bagian dari perangkat dan kapasitas intelektual seseorang jika ia ingin berpartisipasi secara penuh di kebudayaan dan masyarakat tempatnya hidup. Secara spesifik, keberaksaraan adalah sebuah kompetensi yang terutama amat diperlukan agar seseorang dapat secara efektif mempelajari dan menggunakan berbagai format dan representasi komunikasi yang diciptakan oleh sebuah masyarakat. Kompetensi ini seringkali berkaitan pula dengan kesepakatan dan aturan yang ada di masyarakat bersangkutan. Sedangkan Nusantara merupakan kawasan yang ada di seluruh indonesia. Menurut //E:/Aksara Nusantara –Wikipedia bahasa Indonesia,  ensiklopedia bebas.htm Aksara Nusantara merupakan beragam aksara atau tulisan yang digunakan di Nusantara untuk secara khusus menuliskan bahasa daerah tertentu. Istilah Aksara Nusantara seringkali dikaitkan dengan aksara hasil inkulturisasi kebudayaan India sebelum berkembangnya Agama Islam di Nusantara dan sebelum kolonialisasi bangsa-bangsa Eropa di Nusantara. Berbagai macam media tulis dan alat tulis digunakan untuk menuliskan Aksara Nusantara. Media tulis untuk prasasti antara lain meliputi batu, kayu, tanduk hewan, lempengan emas, lempengan perak, tempengan tembaga, dan lempengan perunggu; tulisan dibuat dengan alat tulis berupa pahat. Media tulis untuk naskah antara lain meliputi daun lontar, daun nipah, janur kelapa, bilah bambu, kulit kayu, kertas lokal, kertas impor, dan kain; tulisan dibuat dengan alat tulis berupa pisau atau pena dan tinta. Jadi keberaksaraan nusantara merupakan kemampuan dan keterampilan dalam mempelajari, memahami dan menggunakan tulisan.

2.2. PERKEMBANGAN AKSARA DI NUSANTARA
            Bukti tertua mengenai keberadaan Aksara Nusantara yaitu berupa tujuh buah yupa (tiang batu untuk menambatkan tali pengikat sapi) yang bertuliskan prasasti mengenai upacara waprakeswara yang diadakan oleh Mulawarmman, Raja Kutai di daerah Kalimantan Timur. Tulisan pada yupa-yupa tersebut menggunakan Aksara Pallawa dan Bahasa Sanskrta. Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf Aksara Pallawa pada yupa, para ahli menyimpulkan bahwa yupa-yupa tersebut dibuat pada sekitar abad IV.
Posted Image
salah satu yupa yang ada di Museum Nasional Indonesia
Posted Image
tulisan pada yupa yang di-"vektor" kan

            Dapat disimpulkan sejak abad IV itulah Bangsa Indonesia telah mengenal bahasa tulis yang terus berkembang mengikuti perkembangan bahasa lisan. Perkembangan ini dimulai terutama sejak bahasa daerah (misalnya Bahasa Melayu Kuno dan Bahasa Jawa Kuno) juga dituangkan dalam bentuk tulisan selain dari Bahasa Sanskrta yang pada masa sebelumnya merupakan satu-satunya bahasa yang lazim dituliskan. Sejak abad XV Aksara Nusantara berkembang pesat dengan ditandai beraneka-ragamnya aksara untuk menuliskan berbagai bahasa daerah hingga kemudian peranannya mulai tergeser oleh Abjad Arab dan Alfabet Latin.
            Sebagaimana halnya dengan identitas budaya lokal di Nusantara, pada masa kini Aksara Nusantara merupakan salah satu warisan budaya yang nyaris punah. Oleh karena itu, beberapa pemerintah daerah yang merasa tergugah untuk menjaga kelestarian budaya tersebut membuat peraturan-peraturan khusus mengenai pelestarian aksara daerah masing-masing. Latar belakang inilah yang akhirnya antara lain menjadi dasar munculnya Aksara Sunda Baku pada tahun 1996.
            Hampir semua aksara daerah di Indonesia merupakan turunan Aksara Pallawa yang berasal dari daerah India Selatan. Aksara Jawi, Akara Pegon, dan Aksara Bilang-bilang merupakan turunan Abjad Arab; sedangkan Aksara Nagari berasal dari daerah India Utara. Baik Aksara Pallawa maupun Aksara Nagari adalah turunan dari Aksara Brahmi yang merupakan induk semua aksara di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
            Istilah Aksara Nusantara juga bisa digunakan untuk merangkum aksara-aksara yang digunakan dan berkembang di Kepulauan Filipina. Hampir semua aksara daerah di Filipina merupakan turunan Aksara Kawi (Aksara Jawa Kuno). Aksara-aksara ini meliputi Aksara Baybayin, Aksara Tagbanwa, Aksara Buhid, Aksara Hanunó'o, dan Aksara Kapampangan. Sedangkan Aksara Eskaya merupakan hasil budaya asli Bangsa Filipina.
            Beberapa aksara daerah dinamai menurut susunan huruf-hurufnya atau menurut nama abecedarium aksara tersebut. Demikianlah maka Aksara Jawa Baru dan Aksara Bali disebut Aksara Hanacaraka; sedangkan Aksara Rejang, Aksara Kerinci, Aksara Lampung, dan Aksara Sunda Baku disebut juga Aksara Kaganga mengikuti abecedarium Aksara Pallawa : ka kha ga gha nga.
Posted Image
Silsilah Bahasa Nusantara
Zaman Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
            Aksara yang berkembang pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha pada umumnya digunakan untuk menuliskan Bahasa Sanskrta atau bahasa daerah yang sangat terpengaruh Bahasa Sansekerta.
·         Aksara Pallawa
·         Aksara Nagari
·         Aksara Kawi (Aksara Jawa Kuna)
·         Aksara Buda
·         Aksara Sunda Kuna
·         Aksara Proto-Sumatera
Zaman Kerajaan-kerajaan Islam
            Aksara yang berkembang pada zaman kerajaan-kerajaan Islam di antaranya memiliki huruf untuk menuliskan bunyi dalam Bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa daerah (misalnya Aksara Jawa dan Aksara Bali) ataupun sistem vokalnya mengikuti sistem vokal Abjad Arab yang hanya mengenal tiga bunyi vokal (misalnya Aksara Kerinci dan Aksara Buhid).

·         Aksara Batak (Surat Batak)
·         Aksara Rejang
·         Aksara Kerinci (Surat Incung)
·         Aksara Lampung (Had Lappung)
·         Aksara Jawa (Aksara Jawa Baru / Hanacaraka)
·         Aksara Bali
·         Aksara Lontara
·         Aksara Baybayin (Aksara Tagalog)
·         Aksara Tagbanwa
·         Aksara Buhid
·         Aksara Hanunó'o
·         Aksara Kapampangan
·         Aksara Eskaya

Zaman Modern
            Aksara daerah yang berkembang pada zaman modern memiliki huruf untuk menuliskan bunyi dalam Bahasa Arab (misalnya f dan z) dan Bahasa Latin (misalnya x dan v) yang tidak terdapat dalam bahasa daerah.
·                Aksara Sunda BakuPosted ImagePerubahan Aksara Pallawa (kolom paling kiri) menjadi sejumlah aksara Nusantara. Kolom kedelapan adalah Aksara Jawa Baru (Hanacaraka), kolom kesembilan adalah Aksara Bali, dan kolom paling kanan adalah Aksara Bugis (Lontara).
            Seiring perubahan zaman, budaya, dan bahasa masyarakat penggunanya, suatu aksara dapat mengalami perubahan jumlah huruf, bentuk huruf maupun bunyinya, walaupun tetap saja dianggap sebagai bagian dari aksara induknya; atau dengan kata lain, tidak terpecah menjadi aksara baru. Demikianlah misalnya Abjad Arab yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Arab sedikit berbeda dengan Abjad Arab yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Melayu, atau juga Alfabet Latin yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Latin sedikit berbeda dengan Alfabet Latin yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Jerman. Dalam perjalanan sejarahnyapun Aksara Nusantara tidak luput dari kecenderungan untuk memunculkan variasi-variasi baru yang tetap mempertahankan kaidah inti aksara induknya.
Aksara lain yang digunakan selain aksara yang diatas :
·         Abjad Arab : Aksara Jawi untuk Bahasa Melayu dan Aksara Pegon untuk Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda
·         Alfabet Latin : Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Soewandi, dan EYD
·         Hanzi
·         Hangul

2.3. JENIS-JENIS AKSARA NUSANTARA
            Dari urutannya, Aksara Nusantara terbagi dalam beberapa bagian :
Zaman Klasik :
·         Aksara Palawa
·         Aksara Siddamatrka
·         Aksara Kawi ( Aksara Jawi Kuna )
Zaman Pertengahan :
·         Aksara Buda
·         Aksara Sunda Kuna
·         Proto – Sumatera
Zaman Kolonial :
·         Aksara Batak ( Surat Batak )
·         Aksara Rencong ( Aksara Kerinci )
·         Aksara Lampung ( Had Lampung )
·         Aksara Jawa ( Aksara Jawa Baru / Hanacaraka )
·          Aksara Bali
·         Aksara Lontara ( Aksara Bugis - Makassar )
·         Aksara Baybayin
·         Aksara Buhid
·         Aksara Hanuno'o
·         Aksara Tagbanwa
Zaman Modern :
            Dalam perjalanannya, Aksara Nusantara mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan perkembangan budaya, zaman dan juga masyarakat penggunanya. Beberapa contoh variasi perubahan Aksara Nusantara sebagai berikut :
Variasi Aksara Kawi ( Aksara Jawa Kuno ) :
·         Aksara Kayuwangi : Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk bundar miring. Disebut Aksara Kayuwangi, karena aksara ini banyak ditemukan di prasasti-prasasti dari sebelum hingga sesudah masa pemerintahan Rakai Kayuwangi, Raja Mataram ( 855 - 885 ), oleh para ahli epigrafi Indonesia, aksara Kayuwangi dinilai sebagai jenis Aksara Kawi yang paling indah.
·         Aksara Kuadrat : merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk huruf menyerupai kotak atau bujursangkar. Variasi ini banyak dijumpai jaman Kerajaan Kediri dan Kerajaan Singasari.
·         Aksara Majapahit : merupakan aksara Kawi yang tiap hurupnya ditulis dengan banyak hiasan yang kadang membuat para ahli kesulitan membacanya. Seperti namanya. Aksara ini banyak dijumpau pada jaman Kerajaan Majapahit.
Variasi Aksara Batak :
·         Aksara Batak : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Toba
·         Aksara Karo : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Karo
·         Aksara Dairi : Akasara Batak untuk menuliskan Bahasa Dairi
·         Aksara Simalungun : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Simalungun
·         Aksara Mandailing : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Mandailing.
Variasi Aksara Jawa :
·         Aksara untuk menuliskan Bahasa Jawa Baru
·         Aksara untuk menuliskan Bahasa Jawa Kuna
·         Aksara untuk menuliskan Bahasa Jawa dengan dialek Banten
·         Aksara untuk menuliskan Bahasa Jawa dengan dialek Cirebon
·         Aksara untuk menuliskan Bahasa Sunda / Aksara Sunda Cacarakan
Variasi Aksara Bali :
·         Aksara untuk menuliskan Bahasa Bali Baru
·         Aksara untuk menuliskan Bahasa Bali Kuna
·         Aksara untuk menuliskan Bahasa Sasak
Variasi Bahasa Lontara :
            Terdiri dari Aksara Bugis yang digunakan unatuk menuliskan Bahasa Bugis dan Aksara Makassar yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Makassar.
            Dan kekayaan budaya Nusantara khususnya Aksara Nusantara diyakini tidak hanya itu, masih ratusan atau ribuan lagi Aksara dan Bahasa Nusantara yang saat ini masih digunakan oleh penduduk Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

HURUF AKSARA DI INDONESIA
Sejarah mencatat bahwa aksara tertua di Nusantara (Asia Tenggara umumnya) disebarluaskan seiring dengan menyebarnya agama Buddha, jenis aksara yang semula dipergunakan untuk menulis ajaran. mantra-mantra suci atau teks-teks dengan jenis aksara yang dipakainya disebut Sidhhamatrika, disingkat Siddham. Tetapi sarjana Belanda lebih menyukai istilah Prenagari
Sebelum hadirnya aksara Arab dan Latin sekarang, tulisan yang lazim dipergunakan di kawasan Asia Tenggara (kecuali di Vietnam dan sebagian kalangan penduduk Cina Selatan) diduga sebagian besar dari pengaruh India. Begitu pun halnya yang terjadi di Nusantara para sarjana (pribumi dan asing) hampir selalu mengajukan pendapat senada bahwa aksara di Nusantara hadir sejalan dengan berkembangnya unsur (Hindu-Buda) dari India yang datang dan menetap, melangsungkan kehidupannya dengan menikahi penduduk setempat. Maka sangat wajar, langsung atau tidak langsung disamping mengenalkan budaya dari negeri asalnya sambil mempelajari budaya setempat di lingkungan pemukiman baru, salah satu implikasinya adalah bentuk aksara (de Casparis 1975). 
1. Aksara Rencong
           Aksara rencong adalah istilah yang mula-mula digunakan oleh para peneliti belanda untuk merujuk pada aksara surat ulu yang digunakan di kawasan ulu (pegunungan) sumatra, khususnya di kerinci, bengkulu, sumatra selatan, dan lampung. Bersama dengan aksara-aksara daerah lain di sumatra, surat ulu merupakan turunan dari aksara pallawa. Pada masa lalu surat ulu dituliskan pada bambu, tanduk kerbau, dan kulit kayu.
Aksara ulu yang kadang-kadang juga dinamakan aksara kaganga berdasarkan tiga huruf pertama dalam urutan abjadnya, masih serumpun dengan surat batak (aksara batak).

2. Aksara Batak
sistem tradisi penulisan didalam bahasa batak toba diduga telah ada sejak abad ke-13,dengan aksara yang mungkin berasal dari aksara jawa kuno, melalui aksara sumatera kuno. Aksara ini bersifat silabis artinya tanda untuk menggambarkan satu suku kata/silaba atau silabis. Jumlah lambang /tanda itu sebanyak 19 buah huruf yang disebut juga induk huruf dan ditambah 7 jenis anak huruf.
Pada dasarnya huruf /ka/ tidak pernah ditemukan dalam bahasa batak toba, misalnya orang batak toba pada mulanya bila menyebutkan kopi adalah hopi, dan hoda [bukan kuda]. Tetapi sekarang ini orang batak tidak lagi menyebutnya hopi melainkan kopi, itulah perubahan pelafalan dalam bahasa batak toba.

3. Aksara Lampung
Aksara lampung yang disebut dengan had lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara pallawa dari india selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam huruf arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.


4. Aksara Sunda
Aksara sunda kuna merupakan aksara yang berkembang di daerah Jawa Barat pada abad xiv-xviii yang pada awalnya digunakan untuk menuliskan bahasa sunda kuna. Aksara sunda kuna merupakan perkembangan dari aksara pallawa yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar pada abad xvi.
5. Aksara Jawa
hanacaraka atau dikenal dengan nama carakan atau cacarakan (bahasa sunda) adalah aksara turunan aksara brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa jawa, bahasa madura, bahasa sunda, bahasa bali, dan bahasa sasak.
Aksara jawa modern adalah modifikasi dari aksara kawi dan merupakan abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili dua buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara ha yang mewakili dua huruf yakni h dan a, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “hari”. Aksara na yang mewakili dua huruf, yakni n dan a, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “nabi”. Dengan demikian, terdapat penyingkatan cacah huruf .dalam suatu penulisan kata apabila dibandingkan dengan penulisan aksara latin.

6. Aksara Bali
Aksara bali adalah huruf tradisional masyarakat bali dan berkembang di bali. Aksara bali merupakan suatu abugida yang berpangkal pada huruf pallawa. Aksara ini mirip dengan aksara jawa. Perbedaannya terletak pada lekukan bentuk huruf.





7. Aksara Bugis/Lontara
Sejarahnya lontara mempunyai dua pengertian dalam bahasa bugis,yakni 1).lontara sebagai sejarah dan ilmu pengetahuan,dan 2).lontara sebagai tulisan. Kata lontara berasal dari bahasa bugis yang berarti daun lontar karena awalnya ditulis dalam daun lontar. Daun lontar ini memiliki lebar kira-kira 1 cm sedangkan panjangnya disesuaikan dengan panjangnya tulisan. Tiap – tiap daun lontar disambungkan dengan menggunakan benang lalu digulung pada jepitan kayu, yang bentuknya mirip gulungan pita kaset. Cara membacanya dari kiri ke kanan.aksara lontara biasa juga disebut dengan sulapaq eppaq.
            Selain dari aksara di atas, ada aksara-aksara lain yang terdapat di Nusantara yaitu adalah:
Posted Image
Aksara Hangul, diturunkan dari pendatang Korea di Indonesia

Posted Image
Aksara Jawi untuk Bahasa Melayu
Posted Image
Bahasa Bugis Konsonan
Posted Image
Bahasa Bugis Non-Konsonan

Posted Image
Aksara Sunda Kuno

Posted Image
Hanacaraka Jawa
Posted Image
Aksara Hanzi yang dibawa oleh pendatang dari daratan China

Posted Image
Aksara yang digunakan orang Batak

Posted Image
Aksara Pegon untuk Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda
Posted Image
Aksara Kawi dari salah satu kitab Sutasoma

Posted Image
Aksara Kanganga

Posted Image
Aksara Tagbanwa


Posted Image
Aksara Harunoo

Posted Image
Aksara Buhid















BAB III
PENUTUP

3.1  SIMPULAN
            Aksara Nusantara merupakan beragam aksara atau tulisan yang digunakan di Nusantara untuk secara khusus menuliskan bahasa daerah tertentu. Perkembangan aksara terjadi di beberapa zaman seperti zaman kerajaan Hindu-Budha, zaman kerajaan islam dan zaman modern. Berbagai macam aksara berkembang di beberapa daerah.
            Aksara digunakan sebagai alat penyampaian pesan kepada manusia secara tidak langsung. Aksara sebagai simbol dari bahasa lisan yang di tuliskan. Ada beberapa jenis aksara yang terdapat di nusantara yaitu:
Zaman Klasik :
·         Aksara Palawa
·         Aksara Siddamatrka
·         Aksara Kawi ( Aksara Jawi Kuna )
Zaman Pertengahan :
·         Aksara Buda
·         Aksara Sunda Kuna
·         Proto – Sumatera
Zaman Kolonial :
·         Aksara Batak ( Surat Batak )
·         Aksara Rencong ( Aksara Kerinci )
·         Aksara Lampung ( Had Lampung )
·         Aksara Jawa ( Aksara Jawa Baru / Hanacaraka )
·          Aksara Bali
·         Aksara Lontara ( Aksara Bugis - Makassar )
·         Aksara Baybayin
·         Aksara Buhid
·         Aksara Hanuno'o
·         Aksara Tagbanwa
3.2  SARAN
            Kami sebagai penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca. Kita ketahui bahwa sekarang ini masyarakat sudah tidak mengetahui tentang aksara-aksara sebagi peninggalan sejarah tulisan di Nusantara. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini.

























DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/
http://yoppyyohana.blogspot.com/2009/12/perkembangan-aksara-aksara-di-indonesia.html


1 komentar:

  1. Terima kasih atas informasinya, sangat informatif dan bermanfaat. Jangan lupa kunjungi website Universitas Islam Negeri Walisongo: walisongo.ac.id

    BalasHapus