‘Gadis Pemalas’
Oleh : Resty
Anindita Fitriani
Tepat pukul 06.00 WIB, alarm
berdering nyaring. Lani terbangun dari tidurnya. Ia terkejut dan tersentak, kemudian terjatuh dari
tempat tidur. Dengan wajah lusuh dan mata masih tepejam, Lani meraih jam weker
yang terletak di atas meja lalu melempar ke arah pintu, hingga jam itu berhenti
berdering. Ia pun beranjak dan naik ke atas kasur untuk melanjutkan mimpi
indahnya yang belum usai.
Setengah jam kemudian Mama
mengetuk-ngetuk pintu kamar Lani. Namun, tidak dihiraukannya. Ia masih saja
tidur dan menutup telinganya dengan bantal.
Tok…tok…tok….
“Lani…! Lani…! bangun! Sudah jam
berapa ini! Kamu nanti telat berangkat ke sekolah!” Mama berteriak untuk
membangunkan Lani. Karena Lani tak juga bangun, akhirnya Mama membuka pintu
kamar Lani dan dilihatnya Lani masih tidur. Mama merasa kesal karena sulit sekali
membangunkan Lani. Akhirnya Mama mengambil secangkir air dan kemudian menarik bantal
yang menutupi wajah dan telinganya, lalu memercikkan air ke wajahnya. Sontak
Lani langsung terbangun dan terkejut.
“Mama… Lani masih ngantuk.” jawabnya
dengan nada lesu.
“Kamu harus ke sekolah! Sudah jam
berapa ini!” bentak Mama.
Mama
memampangkan jam weker di depan mata Lani dan Lani melihatnya lalu ia berteriak.
“Aaaaaaaaaaaaa…. Jam setengah tujuh?
Mama… aku telat. Mana handuk, mana Ma! Aku telat Ma…” Lani kebingungan.
“Dari tadi Mama bangunin, tetapi
susah sekali!” Mama memarahinya.
Lani lari ke sana ke mari mencari
handuk, setelah menemukannya ia langsung masuk ke kamar mandi sedangkan Mama
pergi ke dapur menyiapkan sarapan. Tak sampai 5 menit Lani sudah keluar dari
kamar mandi dan sibuk mencari baju seragam sekolahnya. Karena kamarnya yang
sangat berantakan, ia kebingungan mencarinya.
“Mbak Yati…..!” panggil Lani. “Mana
baju seragam sekolahku?” tanyanya sambil berteriak.
“Ia Non ini Mbak carikan.” sahut
Mbak Yati pembantu di rumah Lani.
“Cepetan Mbak… aku sudah telat ini!”
“Ini baju seragamnya Non.” Mbak Yati
menyerahkan seragam sekolah itu kepada Lani.
Setelah selesai merapikan buku dan
pakaiannya, Lani terburu-buru untuk berangkat sekolah dan tak ingat dengan
sarapan pagi. Mama menegurnya.
“Eeeeee… sarapan dulu Lani!” tegur
Mamanya.
“Iya Ma, aku sudah telat Ma..” Lani
kembali ke meja makan dan mengambil sepotong roti. Digigitnya roti itu sambil
mengenakan sepatu sekolah. Dan berlari menuju mobil.
“Pak Oyo, ayo cepat antarkan aku
sekolah.” teriak Lani ke Pak Oyo supir di rumahnya.
“Iya baik Non.” Pak Oyo sigap
langsung masuk ke dalam mobil dan segera menghidupkan mobil. Meluncur cepat menuju sekolah Lani.
Saat tiba di depan sekolah. Ternyata
gerbang sekolah telah ditutup. Lani tak kehabisan akal, ia memanjat pagar sekolah dan saat loncat dari atas pagar
salah seorang guru Buk Santi melihat perbuatan Lani tersebut. Langsung saja Buk
Santi menergur Lani.
“Kamu terlambat ya…!” tegur Buk
Santi kepada Lani sambil meletakkan kedua tangannya
di pinggang..
Lani terkejut mendengar suara Buk
Santi. “Hehehe… Iya Buk. Saya terlambat.” jawab Lani dengan polos
sambil mengaruk-garuk kepalanya.
“Lani! Sekarang kamu ikut Ibu ke
kantor!” perintah Buk Santi.
Sesampainya di kantor Lani
mendapatkan sanksi karena telat datang ke sekolah. Akhirnya ia dihukum berdiri
di depan tiang bendera sambil hormat. Dengan wajah tak ikhlas melakukan hukuman
tersebut, akhirnya Lani menuruti apa kata Buk Santi. Dia hormat di depan tiang
bendera.
Lima menit kemudian, tiba-tiba
datang seorang lelaki berdiri di sampingnya dan melakukan persis apa yang
dilakukan Lani. Yaitu hormat kepada bendera.
“Kamu
telat ya…?” tanya lelaki itu.
“Ya… seperti apa yang kamu lihat.”
jawab Lani. “Kamu?”
“Ya begitulah… kita senasib.” jawab lelaki
itu.
“Nama kamu siapa?” tanya Lani.
“Andre, anak kelas XII IPA A. kamu?”
Lani terkejut karena yang berdiri di
sebelahnya adalah Andre. Lelaki yang ia taksir dari awal masuk SMA. Betapa
tidak percayanya Lani bisa ngobrol dengannya.
“Kok kamu diam?” Andre mengagetkan
Lani.
“Eh iya, aku Lani Kak anak kelas XI
IPS C.”
“Adik kelas ya? Kok bisa telat sih?”
tanya Andre.
“Iya, aku kesiangan Kak.” jawab Lani
gugup. Kakak mengapa telat?”.
“Wah
‘gadis pemalas’, kamu anak
perempuan tetapi bangunnya siang.” ledek Andre sambil tertawa kecil. Kalau Aku telat karena macet, sebab rumah Kakak jauh.”
Lani merasa malu karena di ledek
seperti itu. Setelah jam istirahat akhirnya hukuman mereka berdua selesai. Lani
dan Andre kembali ke kelasnya masing-masing. Saat tiba di kelas Lani langsung
duduk di kursinya. Tiba-tiba Nina sahabat sekaligus teman sebangku Lani
mengejutkannya.
“Hei… Lani. Kemana saja kamu? Kok
tidak masuk tadi?” Nina mengagetkan Lani.
“Eh kamu Nin, mengagetkan saja. Aku
telat, jadi aku dihukum.” jawabnya dengan wajah lesu.
“Haha, kebiasaan sih kamu bangun
siang seperti kerbau, eh kamu sudah buat tugas Buk
Santi?” tanya Nina.
“Memang kita ada tugas ya, aku lupa
Nin. Aku lihat ya.” bujuk Lani.
“Pemalas banget sih kamu! ‘gadis
pemalas’.” Nina sewot.
“Ih kamu sama aja dengan Kak Andre.
Ledekin aku ‘gadis pemalas’. Lani cemberut.
“Kak Andre?” Nina mengerutkan
keningnya. “Kamu bertemu dimana?” tanya Nina penasaran.
“Ada deh.” jawab Lani santai. Nina
cemberut.
Saat pulang sekolah, Lani sedang
menunggu Pak Oyo di samping gerbang sekolah. Dia kesal karena Pak Oyo lama
sekali menjemputnya. Lalu Lani menghubungi Pak Oyo dengan menelponya.
“Halo Pak Oyo, kok lama sekali sih,
bosan nih pak!” keluh Lani.
“Maaf Non, ban mobilnya bocor. Jadi
agak lama Non. Maaf ya Non Lani.” Pak Oyo menjelaskan.
“Kok tidak bilang dari tadi, kan aku
bisa naik taksi.” Lani kesal dan mematikan telponnya. Dia marah-marah dan
menggerutu sendiri. Tiba-tiba dari belakang ada yang memanggilnya.
“Hai Lani….” Panggil seorang lelaki
dari belakang.
Lani menoleh ke belakang dan
menjawab. “Iya…” dan melihat ternyata Andre. “Eh Kak Andre.”
“Ngapain kamu di sini? Tidak
pulang?” tanyanya.
“Hmm..” Lani bingung menjawab karena
gugup. “Hmm itu Kak, ban mobilnya bocor, jadi Pak Oyo sedang ke bengkel.”
Jawabnya sambil tersenyum kecil.
“Mau Kakak antar pulang?” Andre
menawarkan pulang bareng.
Lani hanya terdiam karena tidak
menyangka Andre mau mengantarnya pulang. Tanpa pikir panjang Lani mengiyakan
tawaran Andre. “Iya Kak. Bener nih, apa tidak merepotkan?.”
“Rumah kita kan searah, jadi tidak
masalah.” jawabnya sambil tersenyum.
Akhirnya Lani diantar Andre. Dalam
perjalanan pulang Lani senyum-senyum sendiri di belakang Andre. Mereka pulang mengendarai
motor. Di atas motor, mereka saling ngobrol panjang lebar dan semakin akrab. Tetapi
dalam obrolan tersebut lagi-lagi Andre mengejek Lani “Gadis Pemalas”. Lani merasa
malu, untuk itu dalam hati lani berkata “Aku
harus berubah agar tidak di ejek gadis pemalas”.
Sesampainya di rumah Lani langsung
menuju kamar kesayangannya. Saat membuka pintu kamar dan dilihatnya, betapa
berantakan kamarnya tersebut. Karena memikirkan kata-kata Andre “Gadis
Pemalas”, Lani berniat membersihkan kamarnya tersebut. Ketika Mama melihatnya
sedang asyik membersihkan kamarnya, Mama sangat heran
dan terkejut. Ada angin apa tiba-tiba Lani menjadi rajin.
“Tumben kamu rajin Lani”. Mama
bertanya sambil berdiri di depan pintu kamar Lani.
“Ya apa salahnya Lani rajin Mama,
kan Lani seorang anak perempuan dan sudah besar.” Lani menjawab sambil
tersenyum.
“Mama heran saja, kamu yang
pemalasnya minta ampun tiba-tiba berubah menjadi rajin seperti itu, yang tidak
pernahnya membersihkan kamar ini Mama lihat kamu melakukannya.” Mama penasaran.
“Lani hanya ingin menjadi lebih baik
Ma.” Lani menjawab dengan mantap.
“Mudah-mudahan seterusnya kamu
seperti ini ya sayang.” Mama tertawa geli melihat perubahan anaknya tersebut.
“Ih Mama mengapa tertawa. Mama lihat
saja, anak perempuan Mama ini akan menjadi anak rajin.” Lani meyakinkan
Mamanya.
Mama meninggalkan Lani yang masih
sibuk membersihkan kamar. Mama juga menceritakan kejadian tersebut ke Papa dan
Mbak Yati. Mereka senyum-senyum melihat perubahan Lani tersebut dan masih belum
percaya.
Keesokan paginya, Lani bangun lebih
awal. Pukul 05.30 WIB ia sudah sibuk membuat sarapan. Mbak Yati yang biasa
melakukan pekerjaan tersebut saja belum bangun begitu juga Mama dan Papa. Saat
Mbak Yati bangun dan ingin membut sarapan, betapa terkejutnya dia. Lani sudah
mempersiapkan semuanya di meja makan. Mbak yati hanya bisa bengong melihat
semua itu, kemudian buru-buru membangunkan Mama dan Papa Lani.
“Sayang, kamu yang masak semua ini?” tanya Mama tak percaya.
“Iya dong Mama, selama ini kan Lani
selalu malas-malasan. Kali ini special, sarapan pagi Lani yang buat.” Lani
tersenyum lebar.
Papa dan Mbak Yati hanya bisa
melongo.
“Kok pada diam, ayo Mama, Papa di
makan dong nasi goring buatan Lani. Mbak Yati juga. Harus ikut sarapan dengan
kita. Sebelumya Mbak Yati panggil Pak Oyo.” Jelas Lani.
Mereka semua duduk dan terdiam
sambil memakan nasi goring buatan Lani.. Mereka heran, apa yang bisa membuat
Lani berubah seperti ini. Lani juga sudah mandi dan menggunakan seragam sekolah
yang rapi. Pukul 06.30 WIB Lani sudah berangkat ke sekolah.
Tiba di sekolah, saat di depan
gerbang dia tidak sengaja bertemu dengan Andre.
“Hai Kak,” tegur Lani.
“Hai Lani, sudah datang ya. Kali ini
kamu tidak telat.”
“Iya dong Kak, aku kan tidak ingin
di ejek Kakak “Gadis Pemalas” lagi.
“Hmm, perubahan yang menakjubkan.”
Andre tersenyum simpul merasa senang.
Mereka berjalan menuju kelas
bersama-sama dan Andre mengantarkan Lani ke kelasnya. Saat pulang sekolah Lani
juga diantar Andre lagi.
Setelah dua bulan mereka dekat dan
Lani tidak lagi menjadi seorang yang pemalas. Itu karena Andre. Akhirnya saat
malam minggu Lani dan Andre makan malam bersama di sebuah café, Andre
menyatakan cintanya kepada Lani.
“Lani….” panggil Andre sambil
menggenggam tangan Lani.
“Iya Kak…” jawab Lani lembut.
“Jujur dari sebelum kita dekat,
sebelum kita di jemur berdua saat terlambat sekolah. Kakak udah suka dengan
Lani. Saat kamu terlambat datang ke sekolah waktu itu, Kakak sengaja datang
terlambat juga. Agar kita bisa sama-sama di hukum jadi Kakak bisa kenal dan
dekat sama kamu. Sungguh Kakak jatuh hati sama kamu, karena kamu apa adanya.
Kamu mau jadi pacar Kakak?”
Lani tersenyum lebar. Ternyata
selama ini cintanya kepada Andre tidak bertepuk sebelah tangan. “Kak Andre, aku
kira aku saja yang suka dengan Kakak. Dari awal aku masuk sekolah aku sudah
jatuh hati dengan Kakak. Aku mau jadi pacar Kakak.”
Dan akhirnya Lani dan Andre pacaran,
dan Andre juga bisa membuat Lani yang malas menjadi seorang yang rajin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar