Rabu, 22 April 2015

Cerpen



Gadis Pemalas
Oleh : Resty Anindita Fitriani


            Tepat pukul 06.00 WIB, alarm berdering nyaring. Lani terbangun dari tidurnya. Ia terkejut dan tersentak, kemudian terjatuh dari tempat tidur. Dengan wajah lusuh dan mata masih tepejam, Lani meraih jam weker yang terletak di atas meja lalu melempar ke arah pintu, hingga jam itu berhenti berdering. Ia pun beranjak dan naik ke atas kasur untuk melanjutkan mimpi indahnya yang belum usai.
            Setengah jam kemudian Mama mengetuk-ngetuk pintu kamar Lani. Namun, tidak dihiraukannya. Ia masih saja tidur dan menutup telinganya dengan bantal.
            Tok…tok…tok….
            “Lani…! Lani…! bangun! Sudah jam berapa ini! Kamu nanti telat berangkat ke sekolah!” Mama berteriak untuk membangunkan Lani. Karena Lani tak juga bangun, akhirnya Mama membuka pintu kamar Lani dan dilihatnya Lani masih tidur. Mama merasa kesal karena sulit sekali membangunkan Lani. Akhirnya Mama mengambil secangkir air dan kemudian menarik bantal yang menutupi wajah dan telinganya, lalu memercikkan air ke wajahnya. Sontak Lani langsung terbangun dan terkejut.
            “Mama… Lani masih ngantuk.” jawabnya dengan nada lesu.
            “Kamu harus ke sekolah! Sudah jam berapa ini!” bentak Mama.
            Mama memampangkan jam weker di depan mata Lani dan Lani melihatnya lalu ia berteriak.
            “Aaaaaaaaaaaaa…. Jam setengah tujuh? Mama… aku telat. Mana handuk, mana Ma! Aku telat Ma…” Lani kebingungan.
            “Dari tadi Mama bangunin, tetapi susah sekali!” Mama memarahinya.
            Lani lari ke sana ke mari mencari handuk, setelah menemukannya ia langsung masuk ke kamar mandi sedangkan Mama pergi ke dapur menyiapkan sarapan. Tak sampai 5 menit Lani sudah keluar dari kamar mandi dan sibuk mencari baju seragam sekolahnya. Karena kamarnya yang sangat berantakan, ia kebingungan mencarinya.
            “Mbak Yati…..!” panggil Lani. “Mana baju seragam sekolahku?” tanyanya sambil berteriak.
            “Ia Non ini Mbak carikan.” sahut Mbak Yati pembantu di rumah Lani.
            “Cepetan Mbak… aku sudah telat ini!”
            “Ini baju seragamnya Non.” Mbak Yati menyerahkan seragam sekolah itu kepada Lani.
            Setelah selesai merapikan buku dan pakaiannya, Lani terburu-buru untuk berangkat sekolah dan tak ingat dengan sarapan pagi. Mama menegurnya.
            “Eeeeee… sarapan dulu Lani!” tegur Mamanya.
            “Iya Ma, aku sudah telat Ma..” Lani kembali ke meja makan dan mengambil sepotong roti. Digigitnya roti itu sambil mengenakan sepatu sekolah. Dan berlari menuju mobil.
            “Pak Oyo, ayo cepat antarkan aku sekolah.” teriak Lani ke Pak Oyo supir di rumahnya.
            “Iya baik Non.” Pak Oyo sigap langsung masuk ke dalam mobil dan segera menghidupkan mobil. Meluncur cepat menuju sekolah Lani.
            Saat tiba di depan sekolah. Ternyata gerbang sekolah telah ditutup. Lani tak kehabisan akal, ia memanjat pagar sekolah dan saat loncat dari atas pagar salah seorang guru Buk Santi melihat perbuatan Lani tersebut. Langsung saja Buk Santi menergur Lani.
            “Kamu terlambat ya…!” tegur Buk Santi kepada Lani sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang..
            Lani terkejut mendengar suara Buk Santi. “Hehehe… Iya Buk. Saya terlambat.” jawab Lani dengan polos sambil mengaruk-garuk kepalanya.
            “Lani! Sekarang kamu ikut Ibu ke kantor!” perintah Buk Santi.
            Sesampainya di kantor Lani mendapatkan sanksi karena telat datang ke sekolah. Akhirnya ia dihukum berdiri di depan tiang bendera sambil hormat. Dengan wajah tak ikhlas melakukan hukuman tersebut, akhirnya Lani menuruti apa kata Buk Santi. Dia hormat di depan tiang bendera.
            Lima menit kemudian, tiba-tiba datang seorang lelaki berdiri di sampingnya dan melakukan persis apa yang dilakukan Lani. Yaitu hormat kepada bendera.
            “Kamu telat ya…?” tanya lelaki itu.
            “Ya… seperti apa yang kamu lihat.” jawab Lani. “Kamu?”
            “Ya begitulah… kita senasib.” jawab lelaki itu.
            “Nama kamu siapa?” tanya Lani.
            “Andre, anak kelas XII IPA A. kamu?”
            Lani terkejut karena yang berdiri di sebelahnya adalah Andre. Lelaki yang ia taksir dari awal masuk SMA. Betapa tidak percayanya Lani bisa ngobrol dengannya.
            “Kok kamu diam?” Andre mengagetkan Lani.
            “Eh iya, aku Lani Kak anak kelas XI IPS C.”
            “Adik kelas ya? Kok bisa telat sih?” tanya Andre.
            “Iya, aku kesiangan Kak.” jawab Lani gugup. Kakak mengapa telat?”.
            “Wah ‘gadis pemalas’, kamu anak perempuan tetapi bangunnya siang.” ledek Andre sambil tertawa kecil. Kalau Aku telat karena macet, sebab rumah Kakak jauh.”
            Lani merasa malu karena di ledek seperti itu. Setelah jam istirahat akhirnya hukuman mereka berdua selesai. Lani dan Andre kembali ke kelasnya masing-masing. Saat tiba di kelas Lani langsung duduk di kursinya. Tiba-tiba Nina sahabat sekaligus teman sebangku Lani mengejutkannya.
            “Hei… Lani. Kemana saja kamu? Kok tidak masuk tadi?” Nina mengagetkan Lani.
            “Eh kamu Nin, mengagetkan saja. Aku telat, jadi aku dihukum.” jawabnya dengan wajah lesu.
            “Haha, kebiasaan sih kamu bangun siang seperti kerbau, eh kamu sudah buat tugas Buk Santi?tanya Nina.
            “Memang kita ada tugas ya, aku lupa Nin. Aku lihat ya.” bujuk Lani.
            “Pemalas banget sih kamu! ‘gadis pemalas’.” Nina sewot.
            “Ih kamu sama aja dengan Kak Andre. Ledekin aku ‘gadis pemalas’. Lani cemberut.
            “Kak Andre?” Nina mengerutkan keningnya. “Kamu bertemu dimana?” tanya Nina penasaran.
            “Ada deh.” jawab Lani santai. Nina cemberut.
            Saat pulang sekolah, Lani sedang menunggu Pak Oyo di samping gerbang sekolah. Dia kesal karena Pak Oyo lama sekali menjemputnya. Lalu Lani menghubungi Pak Oyo dengan menelponya.
            “Halo Pak Oyo, kok lama sekali sih, bosan nih pak!” keluh Lani.
            “Maaf Non, ban mobilnya bocor. Jadi agak lama Non. Maaf ya Non Lani.” Pak Oyo menjelaskan.
            “Kok tidak bilang dari tadi, kan aku bisa naik taksi.” Lani kesal dan mematikan telponnya. Dia marah-marah dan menggerutu sendiri. Tiba-tiba dari belakang ada yang memanggilnya.
            “Hai Lani….” Panggil seorang lelaki dari belakang.
            Lani menoleh ke belakang dan menjawab. “Iya…” dan melihat ternyata Andre. “Eh Kak Andre.”
            “Ngapain kamu di sini? Tidak pulang?” tanyanya.
            “Hmm..” Lani bingung menjawab karena gugup. “Hmm itu Kak, ban mobilnya bocor, jadi Pak Oyo sedang ke bengkel.” Jawabnya sambil tersenyum kecil.
            “Mau Kakak antar pulang?” Andre menawarkan pulang bareng.
            Lani hanya terdiam karena tidak menyangka Andre mau mengantarnya pulang. Tanpa pikir panjang Lani mengiyakan tawaran Andre. “Iya Kak. Bener nih, apa tidak merepotkan?.”
            “Rumah kita kan searah, jadi tidak masalah.” jawabnya sambil tersenyum.
            Akhirnya Lani diantar Andre. Dalam perjalanan pulang Lani senyum-senyum sendiri di belakang Andre. Mereka pulang mengendarai motor. Di atas motor, mereka saling ngobrol panjang lebar dan semakin akrab. Tetapi dalam obrolan tersebut lagi-lagi Andre mengejek Lani “Gadis Pemalas”. Lani merasa malu, untuk itu dalam hati lani berkata “Aku harus berubah agar tidak di ejek gadis pemalas”.
            Sesampainya di rumah Lani langsung menuju kamar kesayangannya. Saat membuka pintu kamar dan dilihatnya, betapa berantakan kamarnya tersebut. Karena memikirkan kata-kata Andre “Gadis Pemalas”, Lani berniat membersihkan kamarnya tersebut. Ketika Mama melihatnya sedang asyik membersihkan kamarnya, Mama sangat heran dan terkejut. Ada angin apa tiba-tiba Lani menjadi rajin.
            “Tumben kamu rajin Lani”. Mama bertanya sambil berdiri di depan pintu kamar Lani.
            “Ya apa salahnya Lani rajin Mama, kan Lani seorang anak perempuan dan sudah besar.” Lani menjawab sambil tersenyum.
            “Mama heran saja, kamu yang pemalasnya minta ampun tiba-tiba berubah menjadi rajin seperti itu, yang tidak pernahnya membersihkan kamar ini Mama lihat kamu melakukannya.” Mama penasaran.
            “Lani hanya ingin menjadi lebih baik Ma.” Lani menjawab dengan mantap.
            “Mudah-mudahan seterusnya kamu seperti ini ya sayang.” Mama tertawa geli melihat perubahan anaknya tersebut.
            “Ih Mama mengapa tertawa. Mama lihat saja, anak perempuan Mama ini akan menjadi anak rajin.” Lani meyakinkan Mamanya.
            Mama meninggalkan Lani yang masih sibuk membersihkan kamar. Mama juga menceritakan kejadian tersebut ke Papa dan Mbak Yati. Mereka senyum-senyum melihat perubahan Lani tersebut dan masih belum percaya.
            Keesokan paginya, Lani bangun lebih awal. Pukul 05.30 WIB ia sudah sibuk membuat sarapan. Mbak Yati yang biasa melakukan pekerjaan tersebut saja belum bangun begitu juga Mama dan Papa. Saat Mbak Yati bangun dan ingin membut sarapan, betapa terkejutnya dia. Lani sudah mempersiapkan semuanya di meja makan. Mbak yati hanya bisa bengong melihat semua itu, kemudian buru-buru membangunkan Mama dan Papa Lani.
            “Sayang, kamu yang masak semua ini?” tanya Mama tak percaya.
            “Iya dong Mama, selama ini kan Lani selalu malas-malasan. Kali ini special, sarapan pagi Lani yang buat.” Lani tersenyum lebar.
            Papa dan Mbak Yati hanya bisa melongo.
            “Kok pada diam, ayo Mama, Papa di makan dong nasi goring buatan Lani. Mbak Yati juga. Harus ikut sarapan dengan kita. Sebelumya Mbak Yati panggil Pak Oyo.” Jelas Lani.
            Mereka semua duduk dan terdiam sambil memakan nasi goring buatan Lani.. Mereka heran, apa yang bisa membuat Lani berubah seperti ini. Lani juga sudah mandi dan menggunakan seragam sekolah yang rapi. Pukul 06.30 WIB Lani sudah berangkat ke sekolah.
            Tiba di sekolah, saat di depan gerbang dia tidak sengaja bertemu dengan Andre.
            “Hai Kak,” tegur Lani.
            “Hai Lani, sudah datang ya. Kali ini kamu tidak telat.”
            “Iya dong Kak, aku kan tidak ingin di ejek Kakak “Gadis Pemalas” lagi.
            “Hmm, perubahan yang menakjubkan.” Andre tersenyum simpul merasa senang.
            Mereka berjalan menuju kelas bersama-sama dan Andre mengantarkan Lani ke kelasnya. Saat pulang sekolah Lani juga diantar Andre lagi.
            Setelah dua bulan mereka dekat dan Lani tidak lagi menjadi seorang yang pemalas. Itu karena Andre. Akhirnya saat malam minggu Lani dan Andre makan malam bersama di sebuah café, Andre menyatakan cintanya kepada Lani.
            “Lani….” panggil Andre sambil menggenggam tangan Lani.
            “Iya Kak…” jawab Lani lembut.
            “Jujur dari sebelum kita dekat, sebelum kita di jemur berdua saat terlambat sekolah. Kakak udah suka dengan Lani. Saat kamu terlambat datang ke sekolah waktu itu, Kakak sengaja datang terlambat juga. Agar kita bisa sama-sama di hukum jadi Kakak bisa kenal dan dekat sama kamu. Sungguh Kakak jatuh hati sama kamu, karena kamu apa adanya. Kamu mau jadi pacar Kakak?”
            Lani tersenyum lebar. Ternyata selama ini cintanya kepada Andre tidak bertepuk sebelah tangan. “Kak Andre, aku kira aku saja yang suka dengan Kakak. Dari awal aku masuk sekolah aku sudah jatuh hati dengan Kakak. Aku mau jadi pacar Kakak.”
            Dan akhirnya Lani dan Andre pacaran, dan Andre juga bisa membuat Lani yang malas menjadi seorang yang rajin.








           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar