Selasa, 05 Juni 2012

HILANG SATU DATANG YANG BARU


HILANG SATU DATANG YANG BARU
By : Resty Anindita Fitriani


            Siang yang sunyi dan senyap, saat itu Aku sedang duduk di beranda depan kamarku. Perasaanku sangat gelisah dan gundah, seperti ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Tapi Aku tak tahu apa itu, yang jelas perasaanku tak enak. Kemudian aku berdiri, berjalan kesana-kemari. Perasaanku semakin tak menentu. Akhirnya tanpa pikir panjang, lebih baik Aku pergi ke toko buku bersama Rita. Aku bergegas pergi ke rumah Rita tanpa memberi tahu kepadanya terlebih dahulu. Aku masuk ke dalam kamar dan mengambil kunci mobil dan segera ke rumah Rita. Aku menyetir agak kencang agar segera sampai di rumah Rita. Rita adalah sahabatku sejak kelas 1 SMA dan sekarang kami sudah kelas 3.
            Tadinya Aku ingin pergi ke toko buku bersama Angga pacarku. Tetapi Angga bilang dia harus mengantar mamanya ke rumah tantenya. Entah kenapa akhir-akhir ini dia bersikap aneh kepadaku. Setiap Aku mengajaknya pergi selalu saja tidak bisa dan banyak sekali alasannya. Terkadang Aku sangat kesal dengan tingkahnya itu.
            Saat Aku tiba di sepan rumah Rita, betapa terkejutnya Aku saat melihat Angga ada di sana, dia di rummah Rita dan sedang asyik mengobrol dan bercanda ria serta berpegangan tangan. Hatiku sangat hancur, tak kusangka sahabatku bisa melakukan semua itu dengan diriku.
            “Ternyata Angga berbohong padaku…. Dia bilang mau  mengantar mamanya ke rumah tantenya. Tetapi sekarang aku melihat dia ada di rumah Rita..”
            Air mata tak dapat ku tahan lagi. Tega sekali mereka melakukan itu di belakangku. Padahal selama ini Aku setia kepada Angga. Dan Rita, dia adalah sahabatku, teman dimana Aku selalu berkeluh kesah tentang semua masalahku kepadanya. Mereka benar-benar jahat. Sampai hati berbuat seperti itu. Pantas saja Rita selalu bersikap aneh acap kali aku bercerita tentang Angga kepadanya.
            Aku tak tahan melihat semua itu, AKU langsung pergi dari tempat itu dan kembali kerumah. Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke kamar dan menutup pintu kamar dengan keras.
            Gubraaaaaaaakkkkkk………...
            Mama yang melihat Aku pulang sambil menangis merasa heran dan terkejut. Kemudian Mama menyusulku ke kamar.
            Tok…tok…tok…. Mama mengetuk pintu kamarku dengan lembut.
            “Zelin….. Azelin… kamu kenapa sayang?” Tanya Mama kepadaku, tetapi Aku hanya bisa menangis. “Zelin sayang buka pintunya sayang. cerita dong sama Mama, kamu kenapa?” bujuk Mama dengan lembut.
            Dengar bujukan Mama, kemudian aku membuka pintu kamar ku dan Mama pun ikut masuk ke kamar.
            “Ada apa sayang? Kenapa kamu menangis? Cerita kemama sayang….” Tanya Mama.
            “Angga Ma….” Aku menjawab singkat sambil menangis.
            “Kenapa dengan Angga sayang….?” Tanya Mama lagi.
            “Di…di…dia selingkuh Ma…” tangisku semakin terisak-isak.
            “Selingkuh dengan siapa sayang? Cerita yang jelas dong, hapus air mata kamu, jangan menangis lagi. Mama jadi ikut sedih sayang. Ayo cerita yang bener Angga selingkuh dengan siapa sayang?”
            Tangisku mulai mengecil, Aku mengusap air mataku dan Aku menarik nafasku. Aku mulai bercerita dengan Mama. “Angga selingkuh ma, dia selingkuh dengan Rita.”
            “Jangan menuduh orang seperti itu sayang, Zelin tahu dari siapa?” Tanya Mama tak percaya dengan kata-kataku.
            “Tadi Zelin ke rumah Rita Ma, rencananya mau mengajak dia pergi ke Toko buku karena saat Zelin ingin mengajak Angga katanya dia tidak bisa mau mengantar mamanya ke rumah tantenya.” Aku menjawab dengan nada rendah.
            “Apa sayang?? Rita?? Sahabat kamu itu kan??” Mama menjawab dengan terkejut. “Keterlaluan sekali mereka itu…. Sabar ya sayang…” Mama menghiburku dan kemudian memelukku. Mama mengelus-elus kepalaku, Aku sedikit mulai tenang tapi hatiku masih terasa sakit sekali.
            Malam harinya Aku berbaring di atas kasur sambil menangis, karena Aku masih teringat kejadian siang itu. Mama tau kalau Aku sedang tak ingin diganggu, jadi Mama tidak memanggilku untuk mengajak makan malam bersama. Tiba-tiba ponselku berdering, Aku melihat siapa yang menghubungiku. Ternyata Angga, Aku sengaja tak mengangkat panggilannya di ponselku. Aku merasa sangat marah terhadapnya dan sangat kecewa sekali. Berkali-kali Angga menghubungiku, tetapi taku abaikan. Kemudian nada pesan di ponselku berbunyi, ternyata Angga mengirim pesan.
Sayang, kok gk dingkat sih telponnya? Kamu kenapa? Anggkat dong sayang….
            Kubaca pesan dari Angga, tetapi tidak Aku balas, kemudian beberapa saat keudian ponselku berdering lagi. Angga menghubungiku lagi, karena bosan melihatnya, ponselnya Aku matikan dan akupun langsung tidur.
            Keesokan paginya, rasanya Aku malas untuk berangkat ke sekolah. Apalagi jika harus bertemu dengan Angga dan Rita, maklum saja aku, Angga dan Rita satu sekolah. Tapi Aku harus tetap ke sekolah, Aku tak boleh terlalu bersedih karena hanya masalah ini dan mengabaikan sekolahku. Akhirnya Aku berangkat ke sekolah juga.
            Saat tiba di sekolah Angga sudah menungguku di depan pintu gerbang sekolah. Karena Aku tak ingin melihat wajahnya, Aku memalingkan pandanganku ke arah lain dan terus berjalan menuju kelas. Angga memanggilku tetapi Aku pura-pura tidak mendengarnya dan hanya diam. Tiba-tiba Angga mengejarku dan menarik tanganku dari belakang.
            “Zelin kamu kenapa sih…? Kenapa kamu tak mengangkat telponku semalam? Apa kamu marah sama Angga? Soal apa..? soal kemarin? Angga minta maaf  Zelin….”
            “Untuk saat ini tolong jangan ganggu Aku.” Jawabku ketus.
            “Ya tapi kenapa… beri Angga alasan dong….? Jangan seperti ini….” Jawabnya.
            “Apa perlu Aku beri tau alasannya…? Tanpa Aku beri tau seharusnya kamu sudah tau dong…”
            “Apa maksud kamu Zelin…???? Tanya Angga merasa bingung. “Soal Angga nggak bisa nemenin kamu ke toko buku ya. Angga minta maaf  Zelin….”
            Aku hanya diam dan melepas genggaman tangannya dan pergi meninggalkannya sendiri. Keudian Angga mengejarku lagi dan menarik tanganku lagi.
            “Ada apa lagi sih……” Aku membentak Angga dengan nada keras. Sehingga teman di sekitarku melihat tetapi aku tidak peduli.
            “Jawab pertanyaan Angga tadi Zelin…!” Pinta Angga dengan suara agak keras.
            “Baik… Aku bakal kasih tau kamu. Kamu kemarin bohong sama aku kan..? kamu bilang, kamu nganter mama kamu ke rumah tante kamu, tante Andin. Tapi ternyata kamu bohong…..” Jelasku sampai-sampai air mataku hamper keluar tetapi aku tahan.
            “Tapi nyatanya apa Zelin…? yang jelas dong….”
            “Kamu ke rumah Rita kan…..?? iya kan Angga….”
            Angga hanya bisa diam dan berdiri lemas, genggaman tangannya dilepasnya dari tanganku.
            “Jawab Angga.. jangan diam saja kamu. Aku sudah lihat semuanya, Aku lihat kalian dekat sekali seperti orang berpacaran. Kamu jahat ngga…”
            “Ze..Zelin…. Angga minta maaf Zelin… Angga sayang sama kamu Zelin…”
            “Sudahlah ngga…. Sekarang kita putus ngga….”
            “Tapi lin….. Angga masih sayang sama Zelin, jangan tinggalin Angga lin, Angga mohon…”
            Aku tak memperdulikannya lagi dan Aku pergi meninggalkannya sendiri. Sesampainya Aku di depan kelas Rita sudah menungguku di depan pintu. Karena Aku juga merasa marah dan kecewa dengannya, Aku memasang muka masam padanya. Rita memanggilku, tapi Aku hanya diam dan pura-pura tidak mendengar seperti yang kulakukan pada Angga.
            “Hail Zelin…. lama banget sih kamu datangnya. Aku udah nunggu kamu dari tadi.”
            Aku mengabaikan perkataanya dan nyelonong masuk ke dalam kelas tanpa mengiraukannya.
            “Hai Zelin… kamu kenapa sih..? kok muka kamu masa banget sama Aku. Lagi dapet ya…” Tanya Rita kepadaku.
            “Apa peduli lo… udahlah… lo jangan ganggu gue lagi.” Jawabku ketus.
            “Ihh… kok gitu sih lin, lo..lo..gue..gue.. kamu jawabnya ketus gitu. Ya jelas aku peduli sama kamu, kamu itu kan sahabat Aku.”
            “Sahabat lo bilang…? orang kaya lo nggak pantes dibilang sahabat. Kalau lo emang sahabat gue, lo nggak akan nusuk gue dari belakang.” Jelasku.
            “Apa sih maksud kamu lin…? Aku nggak ngerti…” Jawab Rita bingung.
            “Lo nggak usah pura-pura deh Ta….. gue udah tau kok. Mulai sekarang lo jangan deket-deket gue lagi.”
            “Tapi Zelin…” Rita hanya bisa terdiam dengan perkataanku. Lalu Aku pergi dari hadapannya. Suasana saat itu sangat memanas.
            Aku pergi ke kamar mandi untuk menenangkan diri. Beberapa saat kemudian bel masukpun berbunyi. Aku segera masuk ke dalam kelas dan melakukan aktifitas belajar seperti biasa. Rita kelihatan sangat sedih, wajahnya murung sekali. Tetapi Aku bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
            Waktu istirahat pun tiba, Aku keluar kelas dan berjalan menuju tempat duduk yang terdapat di bawah pohon sudut sekolah. Di sana aku duduk termenung mengingat kejadian kemarin. Hatiku terasa sakit sekali, mengingat sahabatku sendiri bermain api dengan pacarku, sungguh keterlaluan. Dari kejauhan Aku melihat rita sedang menuju ke arahku. lalu dia duduk di sampingku.
            “Zelin…. apa sih maksud perkataan kamu tadi..?” tanya Rita dengan nada pelan.
            “Udahlah Ta… jangan pura-pura nggak tau.” Jawabku ketus. “Jujur ya Ta.. gue nggak nyangka lo bisa lakuin itu sama gue.”
            “Lakuin apa sih Zelin… Aku nggak ngerti.”
            “Jawab jujur Ta, lo pacaran kan sama Angga. Jawab jujur Ta…”
            “Apa Lin…? Ya nggak mungkinlah Aku kayak gitu…” jawab Rita dengan gugup.
            “Udah deh Ta, jangan sok baik di depan gue. gue lihat dengan mata kepala gue sendiri. kemari Angga ke rumah lo kan Ta… lo mesra-mesraan dengan dia. Gue liat itu Ta… kalau lo nggak pacaran sama Angga, kenapa lo mesra banget kemarin sama dia. Terus kenapa Angga mesti bohong sama gue. Dia bilang dia mau nganter mamanya ke rumah tante Andin, tapi ternyata dia bohong, dan gue lihat dia ada di ruah lo Ta…. Lo tega Ta… lo tega nusuk gue dari belakang.”
            “Zeee..linn…. maafin Aku ya…” Jawab Rita dengan nada pelan dan air matanya hampir keluar.
            “Apa lo bilang Ta…? Maaf..? setelah apa yang lo lakuin di belakang gue, sekarang lo bilang maaf. Lo sahabat gue tega nyakitin hati gue. Bahkan gue udah aggap lo kayak sodara gue Ta… sekarang setelah apa yang lo lakuin ke gue lo bilang maaf…???”
            “Please Lin… maafin gue…” pinta Rita.
            “Udahlah ta… sekarang lo tinggalin gue sendiri ta…”
            “Tapi lin….”
            Rita menangis dan pergi dari sampingku. Begitu juga denganku, air mataku jatuh ke pipi. Aku tak sanggup untuk menahannya. Disaat Aku sedang menangis meikirkan kejadian tadi, tiba-tiba….
            “Gubraaaaaakkkk….. aaawww… sakit…” Teriak seseorang dari belakangku. Aku terkejut mendengar suara itu. Kemudian Aku melihat ke arah belakangku. Terlihat seorang lelaki terduduk sambil memegang bokongnya.
            “Ehhh… lo kenapa..? Tanyaku.
            “Lo nggak liat apa..? gue jatuh ne… tolongin dong…” Jawab lelaki itu.
            Aku langsung beranjak dari tempat dudukku dan membantunya berdiri. Sebelum itu aku menghapus air mataku. Kemudian aku menarik tangannya dan membantunya berdiri.
            “Lo ngapain di sini…? Kok bisa jatuh sih, lo nguping pembicaraan gue tadi ya…?” tanyaku padanya.
            “Ehhh…. Jangan sembarangan lo ya, bukan hobi gue buat nguping pembicaraan orang. Gue emang dari tadi udah di sini kali… lo nya aja yang nggak tau.” Bantahnya.” Gue ketiduran di atas pohon.”
            “Apa..? Ketiduran..? Aneh banget sih lo, ketiduran di atas pohon, kayak monyet aja.” Aku tersenyum.
            “Yee…. Enak aja lo bilang gue kayak monyet, gue emang sering duduk di atas pohon ini.”
            “Apa….?” Jawabku kaget.
            “Biasa aja kali jawabnnya…. Gue Eza. Eza Febrian, siswa kelas 3D di sekolah ini.” Dia mengulurkan tangannya.
            “Gue Zelin, Azelin Anggraini siswa kelas 2A. Kok gue nggak pernah liat lo ya..?” tanyaku lagi.
            “Iya gue tau kok nama lo Zelin, gue emang kurang suka ngumpul-ngumpul sama temen-temen gue. Gue lebih suka tiduran di pohon ini.”
            “Apa..? lo kok tau nama gue..? kok bisa sih, kita kan nggak pernah ketemu..?
            “Lo emang nggak pernah liat gue, tapi gue sering liat lo.”
            “Lo sering lihat gue..? jangan-jangan lo diam-diam sering perhatiin gue ya, lo suka sama gue ya..” tebakku dengan PD.
            “GR banget sih lo, lo sering duduk di sini, sedangkan gue di atas pohon. Gimana gue nggak neliat lo, sedangkan lo di bawah gue.”
            “Jadi lo tau semua yang gue lakuin di sini….?”
            “Ya jelas dong…” jawabnya sambil tertawa.
            “Apa…? Ya ampuunnn….” Jawabku terkejut.
            Kami ngobrol panjang lebar. Aku dan Eza seperti sudah kenal lama. Rasanya asyik banget ngobrol dengan Eza. Dia bisa membuat Aku tertawa dan sejenak melupakan kejadian tadi, bahkan ternyata Eza tau banyak tentang aku walau dia baru kena denganku.
            Dua minggu telah berlalu setelah kejadian itu. Saat itu hari Rabu, sepulang sekolah aku sengaja meminta Rita untuk menemuiku di belakang sekolah. Disana Aku membuka hati untuk memafkannya. tetapi dengan syarat Aku tidak bisa lagi dekat dengan dia berdua.
            Aku dan Rita udah nggak deket lagi. sekarang Aku lebih dekat dengan Eza. Hampir setiap istirahat Aku dan Eza bersama di bawah pohon sudut sekolah itu. Lama-kelamaan kami semakin dekat. Aku menceritakan tentang Angga kepada Eza. Angga merasa cemburu melihat kedekatan Aku dan Eza. Tapi Aku tidak peduli, yang penting Aku sekarang udah bisa ngelupain dia.
            Angga udah mutusin Rita dan ngajak balikan Aku tapi Aku tidak mau. Kemudian Aku menceritakannya kepada Eza.
            “Za… kemarin Angga ke rumah gue.”
            “Ngapain dia, dia ganggu lo lagi, bilang sama gue kalau dia ganggu lo.”
            “Nggak ko, dia nggak ganggu gue Za, tapi dia ngajak gue balikan.”
            “Terus lo jawab apa..? lo mau balikan sama dia..?” Tanya Eza.
            “Ya nggak lah Za, bego banget gue mau nerima dia lagi, dia udah nyakiti gue.”
            “Bagus deh kalu begitu..” jawab Eza lega.
            “Kok bagus sih Za… lo nggak seneng ya liat gue balikin lagi sama Angga. Lo cemburu ya Za….” Ledekku.
            “Ye… siapa yang cemburu, udah deh jangan ngeledekin gue.” Eza menjawab dengan muka memerah.
            “Iya kan Za… lo cemburu kan??” candaku, muka Eza semakin memerah dan merasa malu.
            Tidak terasa udah tiga bulan Aku dan Eza dekat. Suatu hari Eza ngajak gue nonton dan Aku mengiyakannya.
            “Zelin… malam minggu besok lo ada acara nggak..?” Tanya Eza.
            “Kayaknya nggak deh Za, emang kenapa Za..?” tanyaku.
            “Kita nonton yuk… ada film bagus nih..” ajak Eza.
            “Boleh juga tuh Za..”
            “Ya udah besok malam gue jemput lo jam 19.30 ya.”
            “Ok deh Za…”
            Aku seneng banget karena akhirnya Eza ngajak gue nonton. Maklum selama tiga bulan Aku kenal Eza belum pernah dia ngajak Aku jalan atau nonton.
            Akhirnya malam minggu yang kutunggu-tunggu tiba juga. Aku akan pergi nonton dengan Eza. Tepat pukul 19.30 Eza menjemputku.
            Titt….titt…tiiitt….. suara klakson mobil Eza berbunyi dan aku segera keluar.
            “Lama banget sih Lin…” keluh Eza.
            “Ya maaf dong Za… maklum perempuan, hehehe.” Aku tertawa kecil. “Tapi kita jadi pergi kan Za..?”
            “Ya jadi dong Zelin… cepet masuk, kita berangkat lagi.”
            Aku langsung masuk ke dalam mobil dan mobilpun meluncur menuju bioskop. Kamipun tiba di bioskop dan menonton film horor. Aku sangat takut tetapi Eza mengenggam tanganku dengan erat. Jantungku berdetak kencang saat Eza mengenggam tanganku. Aku merasa tak ingin jauh dari Eza, sepertinya Aku menyukai Eza. Setelah sejam lebih kami nonton Aku merasa lapar dan Eza mengajakku makan. Aku mulai suka dengan Eza, tetapi aku tidak tau bagaimana perasaan Eza terhadapku.
            Pada saat kami lagi asyik makan, tiba-tiba seorang cewek datang menghampiri kami. Ternyata mantannya Eza, Dian namanya. Dia bertingkah seolah di antara mereka masih ada hubungan. Dian memeluk Eza dihadapanku, Aku tau Eza merasa risih, tetapi Aku tak tahan melihatnya, sepertinya Aku cemburu.
            “Hai Eza.. apa kabar lo, udah lama ya kita nggak ketemu.” Sapa Dian sambil mencium pipi Eza.
            “Baik, Lo ngapain di sini.”
            “Gue pengen ketemu sama lo Za, gue kangen banget sama lo.” Dian langsung memeluk Eza.
            “Apa-apaan sih lo Yan, lepasin gue nggak..!” Bentak Eza. “Nggak tau malu banget lo si Yan, kita itu udah putus ya…” bentak Eza lagi.
            “Nggak ah, gue nggak akan ngelepasin lo Za.” Jawab Dian.
            Tingkah Dian semakin menjadi-jadi, sepertinya Dian sengaja menasin Aku. Aku tak tahan melihatnya dan Aku pergi dari tepat itu. Eza melepas tangan Dian dan Eza mengejarku. Kemudian Eza menarik tanganku dan tiba-tiba dia langsung memelukku, Aku terkejut dan hanya bisa diam.
            “Lo kenapa Zelin..? Lo cemburu ya… gue minta maaf ya…” suara Eza sangat lembut.
            “Nggak..! siapa yang cemburu, emang gue siapa lo. Ya terserah lo mau berbuat apa dan sama siapa aja, kenapa gue mesti cemburu.” Jawabku dengan gugup.
            “Bener lo nggak cemburu… terus kenapa lo mesti pergi..?” Eza bertanya sambil memelukku.
            “Ya gue nggak mau aja ganggu kalian berdua aja. Ngomong-ngomong lepasin dong pelukan lo, sakit tau..”
            “Ohh… maaf Zelin….” Jawabnya.
            “Hhmm… gue mau pulang dulu, udah malam za.”
            “Tunggu Zelin…” Eza memelukku lagi. “Jangan pergi dari gue. Gue…gue…gue sayang sama lo lin..”
            “Maksud lo….?” Aku merasa gugup dan jantungku semakin berdetak kencang.
            “Lo mau nggak jadi pacar gua, jujur semenjak kenal lo, gue ngerasa ada yang beda. Gue suka sama lo Lin.”
            Aku terdiam, Aku hanya bisa terdiam dan kaget, Eza suka sama gue…? Rasanya Aku tak percaya. Ternyata cinta gue nggak bertepuk sebelah tangan.
            “Terus gimana dengan Dian Za…?” tanyaku pelan.
            “Gue sama Dian udah nggak ada hubungan apa-apa lagi Lin, gue sama dia tuh udah putus.”
            Aku terdiam sejenak dan memikirkan perkataan Eza.
            “Zelin lo kok diem lagi sih…? Lo mau nggak jadi pacar gue..?” Tanya Eza lagi.
            “Apa..? hhhmmm… giana ya… kayaknya gue nggak bisa deh Za…”
            “Kenapa nggak bisa lin..? gue sayang sama lo Zelin, gue nggak akan nyakitin lo seperti Angga.” Eza merasa kecewa dengan jawaban dari Zelin.
            “Kayaknya gue emgang nggak bisa Eza, gue nggak bisa nolak lo… hehehe..” tawaku.
            “Jadi lo mau jadi pacar gue..?” wajah Eza terlihat senang sekali.
            “Iya sayang…, Zelin juga suka sama Eza, Zelin ngerasain ini udah lama Za…”
            “Makasih ya sayang…” Eza memelukku lagi.
            Setelah itu Eza mengantarku pulang ke rumah. Kini Aku dan Eza udah jadian, rasanya Aku masih tidak percaya. Tapi ini semua memang kenyataan. Ternyata dibalik semua kejadian waktu Angga selingkuh dengan Rita ada hikmahnya, yaitu Aku mendapatkan seorang lelaki yang benar-benar sayang padaku.